"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 31. Sesuatu di rumah eyang Putra.
Dara dan amar terlihat sholat berjamaah di ruang tamu, Amar sungguhan mengimami dan Dara ma'mum nya. Bi Endang yang keluar dari kamar eyang terenyuh melihat Dara dan Amar yang sholat, bi Endang tersenyum - senyum sendiri.
'Ya Allah, adem nya liat non sama mas nya sholat.' Batin bi Endang.
Tak lama Dara dan Amar selesai sholat, san Dara sungguh merasa lebih tenang. Dia yang semula bermimpi sangat buruk sampai hatinya tidak karuan kini sudah tenang.
Dan setelah mereka sholat, tidak terjadi apapun.. Dara kembali tidur karena dia masih begitu mengantuk. Amar sendiri juga memejamkan matanya sambil duduk di sofa..
KE ESOKAN HARINYA..
Dara baru saja selesai membantu eyang mandi.. Setelah mandi biasanya eyang akan berjalan - jalan untuk sekalian berjemur, dan Amar ikut kemana Dara membawa eyang pergi.
Hanya Dara dan Amar yang menemani eyang jalan pagi, bibi - bibi menunggu di rumah. Dan sekarang.. Dara membawa eyang nya pergi menuju ke jembatan dimana eyang nya biasa melihat pemandangan.
"Matahari nya bagus." Ujar eyang.
"Eyang.. apa Dara boleh tanya sesuatu?" Tanya Dara pada eyang nya.
"Tanya apa nduk?" Sahut eyang nya.
"Dara.. apa Dara boleh ke rumah eyang putra?" Tanya Dara, seketika eyang nya menoleh menatap Dara.
"Mau apa?" Tanya eyang nya..
"Dara cuma mau liat - liat aja.. kata bibi di sana banyak alat musik, kebetulan Dara juga suka musik." Ujar Dara.
"Eyang putramu main nya gamelan dan alat musik tradisional, bukan alat musik orang jaman sekarang." Ujar eyang Dara, lalu beliau kembali menatap matahari.
"Tapi Dara boleh liat, kan?" Tanya Dara lagi.. Dara sangat penasaran dengan rumah itu, apakah rumah itu yang ada di dalam mimpi nya atau bukan.
"Tidak boleh." Sahut eyang nya, seketika Dara kecewa..
"Eyang sudah selesai jemuran nya, ayo pulang." Ujar eyang, Dara masih ingin memohon tapi akhir nya dia tetap mengangguk.
"Iya eyang." Ujar Dara..
"Abang di sini dulu dek, kamu bisa balik sendiri kan?" Tanya Amar, karena Amar sedang penasaran akan sesuatu yang dia lihat.
"Bisa, bang." Ujar Dara sambil senyum, Dara pun pergi bersama eyang nya dan kembali kerumah.
Dara berjalan mendorong kursi roda eyang nya dan di tengah jalan dia bertemu dengan bi Endang yang hendak menyusul mereka, bi Endang kebingungan karena biasanya eyang kaan menghabiskan banyak waktu hanya untuk berjemur dan berjam - jam.. tapi ini kurang dari satu jam.
"Kok sudah balik, eyang?" Tanya bi Endang.
"Dara ikut eyang pulang." Eyang tak menyahuti ucapan bi Endang tapi fokus nya pada Dara.
"Dara mau nyusul bang Amar, eyang." Ujar Dara.
"Jangan terlalu mencari tahu atau kamu yang akan celaka nanti. Eyang sudah bilang, setiap sudut tempat ini ada penghuni nya dan kalau kamu tidak mau terjadi sesuatu padamu maka jangan terlalu banyak ingin tahu, nduk." Ujar eyang nya.
"Dara mau bantu eyang.." Ujar Dara, kini Dara memutar dan berdiri di depan eyang nya.
Dara dan eyang kini saling pandang, wajah eyang juga bukan wajah yang biasa saja, tapi seperti marah dan juga takut di saat yang bersamaan. Dara jongkok di depan eyang nya dan kemudian menyentuh tangan eyang nya lalu berkata..
"Dara mau bantu eyang lepas dari semuanya, Dara nggak tega liat eyang di kejar - kejar terus.." Ujar Dara.
"Jangan, atau nanti kamu yang celaka." Ujar eyang nya.
"Tapi.."
"Endang, bawa saya pulang." Ujar eyang, dan bi Endang mengangguk.
Dara di tinggalkan di sana, eyang nya pulang bersama bi Endang. Dara lalu kembali berdiri dan menatap kepergian eyang nya yang kembali kerumah, tapi tekad nya sudah bulat.. dia akan mencari cara agar eyang nya bisa lepas dari jerat apapun yang tak kasat mata.
Dara lalu berbalik dan dia kembali ke tempat di mana sebelum nya ia dan Amar menemani eyang berjemur, tapi saat Dara sampai di sana, Amar tidak lagi terlihat di tempat. Dara pun celingukan mencari keberadaan Amar, dan fokus nya kini ke rumah eyang putra nya yang berada di seberang.
"Apa abang ke sana?" Gumam Dara.
Dara pun berjalan maju dan dia kembali menoleh kebelakang memastikan tidak ada eyang nya yang melihat, dia kemudian menyeberang jembatan dan kini sudah masuk ke wilayah rumah eyang putra nya. Selayak nya rumah kosong.. tentu banyak di tumbuhi tanaman liar di sekeliling nya.
Meski oleh bi Endang dan bi Lastri di bersikan pun tetap saja rumah itu tampak mengerikan sebab bangunan nya adalah bangunan tua yang sudah tidak di huni.
"Bang.." Panggil Dara.
"Srettt"
Dara terkejut saat melihat sekelebat bayangan orang lewat dari dalam rumah eyang putra nya, tapi meski terkejut Dara malah makin penasaran dan mendekati jendela kaca besar yang berada di depan rumah dan mengintip kedalam. Tapi ternyata di dalam nya tidak ada siapapun, hanya ada ruangan luas yang tak asing..
"Eh.. kok.." Gumam Dara.
"Kirreett..." Tiba - tiba pintu rumah itu terbuka dan Dara mematung melihat nya..
Seolah Dara di persilahkan masuk kedalam, pintu itu terbuka dengan sendiri nya. Dara pun mendekat dan mencoba melihat dari luar apa isi di dalam rumah itu.. Dan ketika Dara mengulurkan tangan nya untuk menyentuh gagang pintu nya tiba - tiba..
"BRAK!"
"AKH!
Pintu nya tertutup dengan sendirinya dengan kencang sampai Dara yang berada di depan nya terkejut, Karena takut.. akhir nya Dara memutuskan untuk kembali saja, dia memutar badan nya dan hendak berlari tapi tiba - tiba dia menabrak sesuatu..
"Dara."
"Aaaakkhh!!" Dara berteriak ketakutan.
"Dara ini abang."
Ternyata yang Dara tabrak adalah Amar, Dara sampai menutup wanah nya saking dia takut nya.
"Astagfirullah.. Astagfirullah." Ujar Dara.
"Kenapa?" Tanya Amar.
"Tapi pintu itu kebuka sendiri dan aku masuk mau liat kedalam, pas aku mau buka pintu nya pintu nya kebanting sendiri.." Ujar Dara.
"Jangan di sini, dek.. Ayo balik." Ujar Amar lalu dia mengandeng tangan Dara tanpa sadar.
Amar membawa Dara kembali dan menyeberangi jembatan yang sama, setelah sudah berada di seberang Amar lalu melepaskan gandengan tangan nya dari Dara.
"Kamu tadi liat apa?" Tanya Amar.
"Nggak liat apa - apa, cuma sekelebat kayak ada orang lewat dari dalem, aku pikir itu abang tadi makanya aku ngintip." Ujar Dara.
"Jangan kesana kalo kamu sendirian, mereka mancing." Ujar Amar.
"Astagfirullah. Abang dari mana tadi? Aku nyari in nggak ada aku pikir abang ke sana." Ujar Dara.
"Abang cari sinyal dan ngabarin pakde, InsyaAllah pakde nanti dateng." Ujar Amar.
"Alhamdulillah." Ujar Dara.
"Sudah yuk, jangan di sini." Ujar Amar dan Dara mengangguk.
Mereka berdua pun pergi dari sana, tapi Amar melirik kebelakang dan ternyata di belakang ada sosok kakek - kakek yang sedang berdiri di ujung jambatan.
BERSAMBUNG..
sebelum dibawa ke masjid pasti bakalan banyak drama... "mereka-mereka" nggak bakalan diem aja kalau eyang dibawa keluar dari rumah itu...👻👻👻