Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Di tengah perdebatan Alina dan Raffa yang sengit tiba-tiba seorang pria tinggi besar mengetuk kaca jendela mobil mereka, seketika keduanya terkejut.
Macam-macam pikiran bergelayut di benak mereka.
“St..” kata Raffa memberikan kode kepada Alina agar diam.
Perlahan Raffa mulai menurunkan kaca jendela untuk mengetahui tujuan laki-laki tinggi besar itu.
“Iya ada apa, Pak? “ tanya Raffa
“Maaf Mas, disini dilarang parkir,” ucap pria yang mengenakan jaket hitam itu.
“Oh gitu maaf Mas, saya akan segera pergi,” jawab Raffa. Ia merasa malu dan geli sendiri karena pikirannya sudah berpikir yang macam-macam.
“Jadi, gimana kita mau kemana nih?” tanya Raffa.
Dering telepon Alina berbunyi. Ia melihat nama Nadia di layar ponselnya.
“Iya hallo Nad, kata Alina.
“Lo kerumah gue sekarang!” tegas Nadia. Gila yah lo keadaan kaya gitu masih aja berusaha nyelesain sendiri. Udah sekarang lo kesini aja!” cerocos Nadia.
“Iya..iya Nad, gue kesana,” ujar Alina pasrah.
“Nadia bilang apa?”
“Aku di suruh ke rumahnya,” jawab Alia.
“Nah, begitu lebih baik aku jadi tidak terlalu khawatir,” ucap Raffa lega.
Raffa langsung meluncur ke arah rumah Nadia untuk mengantarkan Alina ke sana. Butuh 20 menit untuk sampai ke rumah Nadia. Sesampainya disana Nadia sudah berdiri di depan rumahnya. Bukan untuk menyambut Alina melainkan sebaliknya.
Nad, lo bukannya langsung kesini aja gimna sih kaya gak punya teman aja,” omel Nadia.
“Nad, gue titip Alina yah,” uar Raffa.
Nadia bingung dengan ucapan Raffa yang aneh karena biasanya yang bicara seperti itu harusnya pacar tau suami bukan?” pikir Nadia.
“Iy..a Raffa gue akan jagain Alina kok tenang aja,” jawab Nadia canggung.
“Gue balik dulu,” pamit Raffa.
“Hati-hati Fa, dan Makasih ya,” ucap Alina.
“Cie..ada apa nih kok, si Raffa bilang gitu yah udah kaya laki lo aja, patut di curigai sih,” ujar Nadia.
“Udah deh, jangan kebanyakan mikir yang aneh-aneh,” celetuk Alina.
Keesokan paginya waktu masih menunjukkan jam 5 pagi, tetapi telepon Alina sudah berdering. Membangunkannya dari tidur lelap.
“Aduh, Siapa sih yang nelpon pagi-pagi buta begini,” gerutu Alina sambil meraba-raba ponselnya dengan matanya yang masih tertutup rapat.
“Halo siapa nih,” ucap Alina.
“Alina ini aku Raffa kamu belum bangun?” tanya Raffa.
Alina berusaha membuka matanya lalu melihat jam di layar ponselnya. “Gak salah kamu nelpon jam segini?” ada apa ada hal penting?” tanya Alina heran.
“Tidak, aku hanya memastikan kamu tidur nyenyak,” ucapnya santai.
“Astaga! memangnya tidak bisa kamu menanyakan hal gak penting itu nanti saja,” protes Alina.
“ Ya sorry, kalo ganggu.”
“Udah nanya itu doang?” tanya Alina. “kalo sudah aku tutup telepon nya yah.”
“Tu..tunggu Alina! sebenarnya sekarang aku sudah di depan rumah Nadia mau jemput kamu,” ujar Raffa ragu
“Jemput? Mau kemana?” Tanya Alina heran.
“Ya pulang ke rumah kamu lah kan gak enak numpang di rumah orang kelamaan,” kilah Raffa.
“ini kan masih pagi belum juga ada sehari aku di sini.Raffa aku juga berniat pulang tapi tidak sepagi ini,” terang Alina.
“Ya sudah, sekarang saja pulangnya kan sama saja, biar aku yang antar kamu. Oh iya aku sudah sewa seorang petugas keamanan untuk menjaga rumah kamu,” jelas Raffa.
“Apa?! Sekarang dia dimana?”
“Dia sudah berada di rumah kamu,” jawab Raffa.
“Astaga!” Alina menepuk jidatnya. “Ya sudah tunggu aku 30 menit oke,” pinta Alina.
“Siap,” ucap Raffa.
Alina tampak terburu-buru membereskan barang-barangnya dari rumah Nadia. Ia juga mencuci mukanya dengan terburu-buru.
“Al, ada apa? Mau kemana pagi-pagi gini?” Nadia keheranan.
“Eh, Nad udah bangun? Ini Nad, kayanya gue harus balik sekarang,” ucap Alina sambil mengusap mukanya.
“Sepagi ini?"
“Iya Nad, Raffa udah jemput gue di depan,” sambung Alina.
“Al, Jangan-jangan si Raffa itu suka sama lo kalau dipikir-pikir gak ada orang se efforts itu kalo gak ada rasa,” celetuk Nadia.
“Hus! Diem,” ucap Alina. “Ya udah gue balik dulu makasih yah Nad, udah nampung gue,” pamit Alina lalu perginya.
“Iya hati-hati.”
Kemudian Alina bergegas untuk menemui Raffa yang sudah sekitar 40 menit menunggunya di luar. Pria itu kini terasa berbeda di matanya entah kenapa ketika Alina melihatnya tepat di depan matanya hatinya merasakan sesuatu yang aneh yang tidak bisa ia gambarkan dengan jelas.
“Sorry lama,” kata Alina tak enak hati karena membiarkan pria itu menunggu.
“Its oke, aku yang minta maaf karena mengganggu kamu pagi-pagi begini,” sahut Raffa ia lalu membukakan pintu mobil untuk Alina.
“Terus mobilku bagaimana?”
“Titip disini dulu. hari ini kamu naik mobil ini bersamaku,”
“Oke,” jawab Alina.
Sejenak keheningan muncul di antara keduanya rasa canggung itu tidak bisa dihindarkan tindakan Raffa yang seperti ini jelas- jelas bukan seperti tindakan teman biasa. Tetapi, mau bagaimana perasaan cinta memang susah di sembunyikan. Untuk sementara ini Raffa wajib mengerem dirinya untuk tidak bertindak lebih jauh karena status Alina masih istri orang.
“Apa agenda berikutnya dalam sidang nanti?” tanya Raffa memecah keheningan.
“Mungkin pembelaan dari pengacara Mas Danu. Entahlah aku juga tidak begitu tahu,” jelas Alina.
“Lalu bagaimana hubunganmu dengan Danu selanjutnya? Sorry jika pertanyaanku menyinggung.”
“Tidak kok, tentu saja aku akan mengajukan gugatan cerai ketika sudah ada vonis hukuman untuknya.”
Raffa terdiam ia tidak tahu harus merespon seperti apa harus sedih kah atau bahagia kah dia juga bingung akhirnya ia hanya terdiam.
Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit keduanya tiba di depan rumah Alina. Disana sudah ada seorang tinggi besar yang berdiri tegap.
“Itu orang yang kamu maksud?” tanya Alina.
“Iya betul seperti yang aku bilang tadi ada orang yang akan menjaga rumah kamu. Jika peneror itu muncul aku yakin Pak Edi dapat menangkapnya dia ini sudah profesional,” Jawab Raffa.
“Apa gak berlebihan, Fa?”
“Memang kamu tidak takut menghadai peneror itu sendiri?”Alina menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu tidak ada yang salah bukan,” Alina menganggukkan Kepalanya.
“Kalau begitu ini ambil,” kata Raffa sambil menyerahkan sebuah paper bag
“Apa ini? tanya Alina sambil melihat paperbag yang di genggamnya.
“Itu sarapan untukmu, menu diet yang khusus aku masak sendiri untuk mu total 450 kalori tinggi protein dan serat dimakan yah aku yakin kamu akan berhasil menurunkan berat badan. Kalau begitu aku pergi dulu pagi ini aku ada piket di rumah sakit.”
“Baiklah, Terima kasih Raffa kamu hati-hati di jalan.”
“Oke,” jawabnya sambil ia memaki mobil nya.
“Oh ya Alina kamu bisa menyuruh Pak Edi untuk mengambil mobil mu di rumah Nadia,” Teriak nya dari mobil.
“Siap!” ucap seorang pria dengan badan tinggi besar itu.
“Pak, ini kuncinya.Terima kasih yah Pak.”
“Baik, Bu,” sahut nya. “Silahkan ibu masuk saja,” ucap Pak Edi sambil membukakan pintu gerbang.
“Aaakk… !
Tiba-tiba Alina berteriak ketika ia baru memasuki halaman rumahnya.
Pak Edi yang tadinya ingin pergi ia buru-buru menghampiri Alina.
“Ada apa Bu?” tanya Pak Edi panik.
“Itu,” kata Alina. Sambil menunjukkan sesuatu di depannya. . . .