Di paksa ikut ke salah satu club malam, Amara tidak tahu jika ia di jadikan barang taruhan oleh kakak tirinya di atas meja judi. Betapa hancurnya hati Amara karena gadis berusia dua puluh tiga tahun harus ikut bersama Sean, seorang mafia yang sudah memiliki istri.
Amara di jadikan istri kedua oleh Sean tanpa sepengetahuan Alena, istri pertama Sean. Tentu saja hal ini membuat Alena tidak terima bahkan wanita ini akan menyiksa Amara di saat Sean pergi.
Seiring berjalannya waktu, Sean lebih mencintai Amara dari pada Alena. Hingga suatu hari, ada rahasia yang terbongkar hingga membuat Sean menceraikan Alena dan membuat Amara menjadi istri satu-satunya kesayangan Sean.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 07
"Astaga Sean, di mana otak mu? Kenapa kau membawa Amara kembali ke mansion hah?"
Leon menggelengkan kepalanya tak percaya atas keputusan Sean.
"Alena sendiri yang meminta," jawab Sean.
"Kau sudah gila, jika Alena membunuh Amara bagaimana?"
"Tidak akan mungkin. Besok Alena akan pergi berlibur, pastikan semua berjalan sesuai rencana!"
"Mau kau apa kan dia?" Tanya Leon penasaran.
"Memberinya pelajaran!" Jawab Sean singkat.
"Sudah dari dulu, kenapa baru sekarang?"
Sean hanya diam, pria ini tak berniat menjawab pertanyaan Leon.
"Kau ini, aku saja belum menikah tapi, kau sudah punya dua istri. Ada baiknya kau ikhlaskan Amara untuk ku. Lagian, aku yakin jika kau belum menyentuh gadis itu kan?"
"Berani mengusik milik ku akan ku kuliti kau!" Ancam Sean.
Pria kemudian pergi, pria ini memutuskan untuk pulang ke mansion.
Di mansion, orang yang pertama di cari Sean adalah Alena. Tentu saja, karena Alena adalah istri yang sudah tiga tahun menemani dirinya. Tapi, Alena tidak ada di mansion.
Klek....
Tanpa permisi Sean membuka kamar Amara hingga membuat Amara terkejut.
"Dasar tidak sopan!" Seru Amara.
"Kenapa aku harus sopan saat masuk ke dalam kamar istri ku sendiri?"
Amara mendengus kesal.
"Di mana Alena?" Tanya Sean pada Amara.
"Aku tidak tahu, aku bukan ibunya!" Jawab Amara sedikit kasar.
"Kemarin saja ampun-ampun, menangis seperti anak kecil. Sekarang, sikap mu begitu menyebalkan!"
"Menangis pun percuma. Sayang air mata ku," jawab Amara.
"Ikut aku!" Ajak Sean.
"Kemana?"
"Bercinta...!" Jawab Sean membuat bulu kuduk Amara merinding.
"Aku tidak mau!" Tolak Amara.
Sean melangkah maju, menghampiri Amara yang saat ini sedang duduk di tepi ranjang.
"Heh, mau apa kau?"
Amara panik.
"Aku ingin mencicipi tubuh mu," jawab Sean membuat Amara semakin ketakutan.
"Jangan, ku mohon jangan!" Pinta Amara.
"Kau istri ku, sudah seharusnya kau melayani aku." Ucap Sean
"Kita tidak saling cinta. Aku tidak mau!" Tolak tegas Amara.
"Berisik, ayo cepat ikut aku!"
Sean menarik tangan Amara, mengajak gadis itu pergi.
"Kita mau kemana?" Tanya Amara penasaran.
Sean tak menjawab, pria ini terus menarik tangan istrinya sampai lantai bawah.
Sedangkan Alena saat ini sedang berada di markas Remon. Hampir setiap hari jika ada kesempatan Alena pasti akan menemui sang ke kekasih hatinya.
"Aku sudah berusaha mencari apa yang kau minta tapi, tetap saja aku tidak bisa menemukannya." Ujar Alena memberitahu Remon.
"Sean itu tidak sebodoh yang kita kira. Pulang dari liburan kau harus secepatnya menemukan berkas kepemilikan perusahaan. Sayang, taruhan itu undur bulan depan."
"Aku tidak peduli mau di undur atau apa yang penting aku bisa menghabiskan waktu bersama dengan mu," ucap Alena lalu mengecup bibir Remon.
Entah sudah berapa lama wanita ini tega membohongi suaminya. Tapi, yang jelas selama ini Sean tahu kelakuan Alena di belakang dirinya. Hanya saja Sean pura-pura bodoh di depan Alena.
Kembali pada Sean, pria ini ternyata mengajak Amara pergi ke salah satu clubs untuk bermain judi.
"Kenapa mengajak ku tempat seperti ini lagi?" Tanya Amara dengan wajah dingin tak bersahabat.
"Aku ingin bermain sebentar. Kenapa?"
"Hanya demi kepuasan mu, apa kau ingin mengingatkan pada ku jika aku ini istri yang kau beli di atas meja judi?"
Sean mengerutkan keningnya.
"Bukan begitu maksud ku," ucap Sean. "Aku bermain judi jika ada yang menantang ku saja. Bukan untuk mengingatkan mu!"
"Apa pun alasannya, tetap saja mengarah ke sana. Kau ingin menunjukan pada banyak orang jika aku dewi keberuntungan mu. Iya kan?"
"Sepertinya kau mulai jadi pembangkang. Ikut aku masuk atau.....!"
"Atau menghabisi ku. Begitu yang kau maksud?"
Amara menyambar ucapan suaminya.
"Aku tidak pernah takut mati. Aku akan jauh lebih berterimakasih jika kau membunuh ku sekarang," ucap Amara dengan beraninya.
"Kau menantang ku?" Tanya Sean dengan sorot mata tajam.
"Serendah-rendahnya harga diriku yang kau beli di atas meja judi. Akan jauh lebih rendah di saat kau selalu membanggakan aku sebagai dewi keberuntungan mu. Silahkan jika kau ingin membunuh ku!" Tantang Amara.
Rahang Sean mengeras, untuk yang pertama kalinya ada seorang perempuan berani menantang dirinya. Berbeda dengan Alena meskipun wanita itu memiliki muka dua tapi, Sean suka sikap kepura-puraan Alena yang begitu lembut.
Amara memutuskan untuk keluar dari clubs tersebut. Mengacuhkan Sean yang saat ini sudah termakan emosi.
"Amara, berhenti atau ku tembak kau!" Ancam Sean seraya menodongkan senjata api ke arah Amara.
Amara menghentikan langkahnya lalu menoleh ke arah belakang.
"Tembak saja. Semakin cepat kau menembak akan semakin cepat aku bertemu dengan kedua orang tua ku," ucap Amara dengan senyum sinisnya.
Setetes air mata jatuh membasahi pipi Amara cepat-cepat ia hapus kemudian gadis ini melanjutkan langkahnya.
Aaaaargh......
"Sial....!" Umpat Sean kemudian pria ini menyimpan kembali senjata apinya lalu mengejar Amara.
Terus mengajar Amara yang saat ini sudah keluar dari area clubs malam. Jalanan sepi, kiri kanan hutan bahkan tak ada kendaraan yang lewat.
"Amara, mau kemana kau. Ikut aku balik...!" Sean menarik tangan istrinya. "Jangan seperti anak kecil!"
"Biarkan aku pergi....!" Pinta Amara dengan nada tinggi.
"Di sini hutan, bahkan jalan untuk keluar pun jauh dan rawan binatang buas. Ayo ikut aku masuk!"
"Aku tidak mau!" Tolak Amara.
"Biarkan aku pergi, ku mohon. Aku akan menggantikan semua uang mu, meskipun harus ku bayar dengan darah!" Ucap Amara begitu kerasa kepala.
"Kau ingin bebas dari ku?" Tanya Sean dengan sorot mata tajam.
"Ya, aku juga berhak hidup atas diri ku sendiri."
"Kalau begitu, lahiran satu anak untuk ku maka aku akan melepaskan mu setelah itu!" Ucap Sean membuat Amara terkejut.
Gadis ini tertawa tapi air matanya keluar.
"Ternyata, kau suka sekali membeli hak hidup orang lain." Ucap Amara.
"Aku tidak peduli. Jika kau mau bebas dari ku, maka lahirkan satu anak untuk ku!"
"Aku tidak mau!" Tolak Amara. "Aku tidak ingin menjual darah daging ku sendiri."
"Kalau begitu jadilah pendiam dan penurut!" Titah Sean.
"Sean.....!" Jerit Amara. "Aku tidak mau....!"
Bukkk.......
Sean yang sudah geram dan kesal langsung memukul pundak Amara sampai gadis itu tidak sadarkan diri.
Sean membuang nafas kasar lalu dengan entengnya ia menggendong tubuh istrinya masuk ke dalam mobil.
"Keras kepala, ternyata begini sifat asli mu." Ucap Sean yang geram.
Pria ini melepas jasnya lalu menyelimutkannya pada Amara. Sean hanya menakuti istrinya saja. Tapi, kemungkinan besar Amara menganggapnya serius.
tapi kalo lagi jutek tetep ngakak