NovelToon NovelToon
Kontrak Dendam

Kontrak Dendam

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Iris Prabowo

Setelah bangun dari koma karena percobaan bunuh diri, aku terkejut karena statusku menjadi menikah. Ternyata sebuah rahasia yang disembunyikan suamiku bahwa dia seorang profesional pembunuh bayaran.

Aku tak menyangka lelaki yang ku ketahui sebagai Vice President adalah anggota elite organisasi hitam yang menjadi buronan negara.

Teror demi teror datang. Beberapa pihak punya rencana jahat untuk menyingkirkan ku demi harta dan cinta, termasuk ibu tiri dan adikku.

Aku bersedia menukar tubuhku pada lelaki yang menjadi suami kontrak itu untuk sebuah komitmen balas dendam kematian sang ibu.

Akankah kebenaran tentang masa lalu menghancurkan rumah tangga kami? Penuh ketegangan berbalut kisah romansa yang sensual, ikuti cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Iris Prabowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perempuan Simpanan Papa

"KOK DIBUAAANG?!"

Sepuluh menit mencari di pelosok kamar dan rumah, aku kesal menemukan bouquet bunga mawar pemberian Biru ada di tempat sampah depan rumah. Kelopaknya terkoyak, layu, dan bau sampah. Tidak mungkin asisten rumah yang membuang, pasti ini kerjaan Kin.

"Kenapa lo buang bunga gue?!" ketusku pada lelaki yang sedang sibuk di depan kompor dapur.

"Bunga jelek gitu,"

"Kelakuan lo yang jelek! Itu bunga mau gue simpan sampai kering terus dibikin handcraft. Ah goblok, lo bener-bener merusak mood gue!"

"Nanti gue ganti yang baru. Lebih mahal, lebih indah dan pasti nggak berduri..." jawabnya ringan sambil menarik daguku mendekati wajahnya. Dia lalu memasukkan sebutir bakso ke mulutku.

Sialan, tapi baksonya enak juga.

Apa yang dilakukan manusia ini di dapur begitu pagi? Dia sibuk dengan panci serta peralatan dapur lainnya. Aku masih sangat trauma dengan nasi goreng kematian buatannya, sepertinya karya kali ini juga tidak baik untuk diproses lambung.

Satu box pasta spaghetti mentah dan saus bolognese instan. Not bad sih sepertinya dia hanya membuat spaghetti. Praktis hanya rebus lalu tambah bumbu dan topping.

Bahkan hal sesimpel yang ada intruksi pemakaian saja kacau. Kin panik karena spaghetti nya lengket satu sama lain.

"Harusnya air rebusan diberi olive oil dan garam, baru saat mendidih lo masukkan pastanya. Pas udah matang aldente dikasih oil lagi sedikit. Ini kelembekan juga, selama ini lo bikin spaghetti gini?"

"Ah ribet, gue masak mie sat set jadi dan enak"

Bebal. Malas debat, terserah. Karena aku lapar belum sarapan, aku pun mengambil piring dan mencicipi masakannya.

Huek! Apa ini? Rasa apa ini? Refleks aku memuntahkan sedikit makanan yang baru masuk mulut.

"Lo campur apaan sih? Kok nggak enak, huek!"

"Nggak ada, biasa aja sesuai tulisan di kotak pastanya"

"Kok rasanya gini ada getir-getir tipis. Lo masukkin seledri?"

"Parsley"

"Hah?" Aku mencari sayur yang sudah dipotong lalu mengendus aromanya. "Ini seledri astaga! Lo nggak bisa bedain parsley sama seledri ya?"

Kin menggeleng tetap lahap memakan spaghetti. "Beda ya? Sama aja rasanya"

"Saran gue lo mending musuhan aja sama dapur. Lapar beli aja, oke?"

Ctak!

Dia menyentil dahiku, melihat perempuan yang nyinyir tapi tetap lahap menghabiskan satu piring spaghetti. Rasanya lumayan tertolong dengan saos bolognese instan.

Kin mengambil tangan kanan ku lalu melihat jari-jari yang semalam terluka. Semalam hanya diberi obat luka dan plester untuk meringankan perih. Pandangannya bergeser fokus ke sesuatu di tangan kiri. Dia melihat gelang ruby pemberian Biru. Sontak aku menarik tangan.

Tanpa komentar. Ya, memang tidak seharusnya bereaksi apapun, itu lebih baik daripada mencecar aku dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit ku jawab.

"Eh, tunggu bentar!"

Aku langsung teringat dengan jaket yang kubeli. Melesat ke kamar lalu kembali dengan shopping bag. Dia membuka lalu memandang isi hadiah yang kuberikan.

"Try it on and i'll tell you if it's a yay or a nay!"

Kin terlihat ragu-ragu mengenakannya. Iya sih, warnanya hijau pasti baginya yang suka pakai warna-warna netral akan nampak mencolok.

Sebuah reaksi yang tanpa diduga, tiba-tiba Kin memutar soundtrack Squid Game 2 round and round.

Dunggulgae dunggulgae

Binggeulbinggeul dolagamyeo chumeul chupsida

Ring-a ring-a riiiiing-a ring-a ring-a ring

Kin bahkan memperagakan gaya Thanos dalam scene Mingle Game lalu mengajakku berputar bersama.

Damn, aku baru sadar jaketnya mirip yang digunakan pemain Squid Game. Jadi malu, sepertinya memang jaket itu terlalu norak untuk dipakai.

"Thanks, Younghee... " bisiknya memanggilku nama boneka anak perempuan berbaju kuning oranye besar maskot Squid Game. Kin masuk ke kamar tapi masih bernyanyi round and round.

Pfffhhh....

***

Sibuk? Bisa temani papa?

Tumben. Beberapa hari kami tidak komunikasi baik di kantor atau via whatsapp, mendadak papa mengajak aku bertemu di sebuah restoran. Momen yang langka untuk kami hanya pergi berdua, biasanya ada Rania dan Luisa yang turut serta.

Topik apa kira-kira yang akan dibahas? Ah, apapun itu isinya pasti delapan puluh persen nasehat dan sisanya cerita. Cerita tentang kehidupannya, aku hanya jadi pendengar. Sepertinya stereotipe komunikasi orangtua dan anak seperti itu ya nggak sih? Kebanyakan 'dulu papa' dan 'makanya kamu'.

Tiba disana aku melihat lelaki paruh baya dengan dandy style duduk bersama seorang perempuan muda. Mereka tengah menikmati Suan Cai Yu dan beberapa hidangan lain. Perempuan itu menyuapi papa seperti baby sitter memberi makan bayi.

Itu pasti ani-ani nya. Dagu dan bibir filler, hidung rhinoplasty, payudara implan, gigi veneer, dan suntik putih. Kenapa ya template mereka itu sama? Produksi pabrikan mana sih?

Aku menarik kursi depan mereka, ani-ani yang sepertinya sebaya aku menyapa tapi kuacuhkan. Kebiasaannya main perempuan sudah biasa untukku, tapi kalau bentuk seperti ini yang akan dijadikan istri ketiga sepertinya aku menolak. Sorry to say, perempuan modelan begini hanya cocok dipakai lalu dibuang kalau bosan.

"Kea, ini Helena. Nanti temani dia jalan-jalan dulu ya, papa ada urusan bisnis sebentar."

Hah? Why me?

"Males ah, aku juga sibuk"

"Eh Kea, papa sering cerita tentang kamu. Ternyata kamu lebih cantik ya daripada yang aku bayangkan. Aku dari Surabaya, mau beli beberapa pakaian selama stay Jakarta. Mau ya temani aku?"

Aku sama sekali tidak menjawab apa-apa tapi perempuan itu menarikku keluar restauran. Papa hanya melambaikan tangan.

Ternyata sensasi jalan sama ani-ani itu beda, mereka kalau pakai parfum semerbak menyengat.

Yves Saint Laurent Black Opium salah satu favoritku, tapi kenapa dipakainya jadi bikin mual. Sepanjang jalan kami dilirik pengunjung lalu lalang di mall, Helena begitu menarik perhatian karena penampilannya yang terlalu ani-ani.

Can't you just walk normally? Tidak usah berjalan sambil membusungkan dada dan pantat untuk memberitahu kalau milikmu menggoda. Like a duck, you know bish?

"What's your connection to my dad?"

"Uhm, girlfriend?"

"Lo tahu dia udah punya anak istri?"

Helena mengangguk ringan sambil menyungging senyum. Reaksi yang begitu murah.

"Ngapain lo tetap dekati dia?"

"Karena papa bilang dia tidak bahagia dengan istrinya sekarang, dia dapat kebahagiaan dari aku"

"Lo dibiayain apa aja sama dia?"

"Hmm... apartemen, kuliah, uang jajan, perawatan, banyak lah."

Berbincang cukup lama dengannya aku sadar kalau dia bukan ani-ani high class, tapi perempuan kampung yang diperkosa kerasnya hidup di Jakarta jadi terpaksa menjual diri ke om-om. Dia memang seusiaku tapi sikapnya sangat kekanakan dan clumsy.

Tololnya terlalu nampak, cukup menarik.

Dia menjual cerita sedih kalau sudah mengganggap Adrian Mulia seperti papa nya karena dia yatim sejak lahir. What? Anak tidak mungkin bersedia ditiduri papanya. Papa hanya sebutan manja agar lelaki itu menafkahi seperti layaknya orangtua pada anak.

Arghh, jijik banget saat dia memanggil papa-papa dengan mulut bengkak tawonnya itu.

Aku memperhatikan style nya head to toe. Dia memaksa agar terlihat seperti perempuan high-end tapi tas gucci nya palsu. Sekilas mirip tapi berbeda dengan Gucci Marmont authentic milikku.

"Berapa banyak yang papa kasih untuk belanja?"

Perempuan itu memberikan credit card padaku. Entah kemasukan setan apa tapi tiba-tiba ingin membelikannya Lady Dior bag. Beberapa alasan sih, karena perempuan ini cukup asik diajak bicara, kasian karena alay, ketiga dia cerita banyak tentang kelakuan Rania dan Luisa pada papa yang membuat lelaki itu stress, dan terakhir karena belanjanya bukan pakai uang ku. Gongnya lagi ternyata Rania punya berondong dan itu diketahui papa. Helena juga bilang kalau pacar papa banyak, tapi hanya dia yang dikuliahkan.

Iyalah jelas papa greget menyekolahkan dia karena perempuan ini otaknya lemot.

Sebelum mengantarnya kembali pada papa aku meminta kontak whatsapp nya. Lumayan juga memanfaatkannya sebagai mata-mata internal papa.

***

1
erzzzyy
tidaaaak
erzzzyy
pasutri koplaaak /Proud/
erzzzyy
lusa pick me
erzzzyy
ngakak jika berkawan ama selingkuhan bapanya /Facepalm/
erzzzyy
enaknya bisa quit kerjaan semua hati /Chuckle/
erzzzyy
terpanaaaa
erzzzyy
suka banget sama alur ceritanya bikin dagdigdug
crownangel
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
crownangel
kesini karena tiktok /Shame/
crownangel
/Awkward//Awkward//Awkward//Awkward//Awkward//Awkward//Awkward/
crownangel
novelnya ringan bahasanya santai, lanjutkannn
crownangel
Greget protagonisnya /Hey/
crownangel
suka kata-kata englishnya /Sneer/
crownangel
lanjutttt
Sabrina
kin sayaaaang
ForestCream
pls kea cepat jadian ama kin
Iris: kan udah nikah kakak /Silent/
total 1 replies
Kayden
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Iris
/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
Sabrina
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
Sabrina
kinnnnn
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!