NovelToon NovelToon
Bos Jutek Itu Suamiku

Bos Jutek Itu Suamiku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duda / CEO / Berbaikan
Popularitas:30.6k
Nilai: 5
Nama Author: Edelweis Namira

Ayra tak pernah menyangka bahwa hidupnya bisa seabsurd ini. Baru saja ia gagal menikah karena sang tunangan-Bima berselingkuh dengan sepupunya sendiri hingga hamil, kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang tak kalah mengejutkan: bos barunya adalah Arsal—lelaki dari masa lalunya.

Arsal bukan hanya sekadar atasan baru di tempatnya bekerja, tetapi juga sosok yang pernah melamarnya dulu, namun ia tolak. Dulu, ia menolak dengan alasan prinsip. Sekarang, prinsip itu entah menguap ke mana ketika Arsal tiba-tiba mengumumkan di hadapan keluarganya bahwa Ayra adalah calon istrinya, tepat saat Ayra kepergok keluar dari kamar apartemen Arsal.

Ayra awalnya mengelak. Hingga ketika ia melihat Bima bermesraan dengan Sarah di depan matanya di lorong apartemen, ia malah memilih untuk masuk ke dalam permainan Arsal. Tapi benarkah ini hanya permainan? Atau ada perasaan lama yang perlahan bangkit kembali?

Lantas bagaimana jika ia harus berhadapan dengan sifat jutek dan dingin Arsal setiap hari?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edelweis Namira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

ARSAL TAKUT KHILAF

Arsal terus diam, bahkan hingga mereka sampai rumah pun Arsal masih diam. Ia masih dongkol sekali dengan Ayra yang sibuk merancang liburan tim mereka namun seakan lupa dengan dirinya. Apalagi mereka membicarakan itu tepat di depan matanya, namun sekalipun tidak menanyakan pendapat dirinya.

Oke, lupakan saja status mereka sebagai atasan dan bawahan. Barangkali mereka akan sungkan atau tidak bebas bersikap jika bos mereka pun ikut. Namun jika mengingat status Ayra yang juga istrinya, bukankah seharusnya perempuan itu segera berbicara minimal mengabarinya tentang rencana tersebut?

Bisa-bisanya ia langsung setuju dan mengambil peran sebagai tim inti untuk acara tersebut tanpa meminta pertimbangan dirinya akan diizinkan atau tidak untuk pergi.

"Papa kenapa? Mukanya kok serem gitu." Suara Kalya membuatnya terhenyak.

Saat ini mereka sedang berada di ruang keluarga, menemani Kalya belajar sebentar. Lebih tepatnya, menemani Kalya mewarnai. Sementara Ayra sedang di dapur membuat sesuatu, entah apa itu, Arsal tidak peduli.

Arsal tersenyum. Ia lalu mengusap lembut kepala putrinya itu.

Tiba-tiba Ayra muncul dengan sepiring cemilan di tangannya. Aroma keju memenuhi ruangan. Arsal hanya menatapnya sekilas, tanpa berminat untuk sekedar tersenyum apalagi menyapa istrinya itu.

"Cemilan spesial buat anak cantik yang menang lomba hari ini." Ayra meletakkan sepiring keju aroma yang sudah ditabur gula aren di meja dekat dengan Kalya mewarnai.

Arsal mengernyit heran. Ia bahkan tidak mengetahui hal itu. Kalya juga tidak menjelaskan apa-apa.

Kalya langsung menoleh pada Ayra. "Loh, kok Tante tahu? Papa aja nggak tahu." Kalya menatap Ayra dengan heran.

Perempuan itu menatap Arsal sebentar, lalu menatap Kalya lagi. "Lihat instagram sekolah kamu," jawab Ayra santai. "Ayo, makan dong. Lumayan buat nemenin kamu mewarnai." Mata Ayra menyipit karena tersenyum.

"Waah, aromanya enak banget!" Kalya berseru senang. Ia segera mengalihkan fokusnya ke cemilan yang sudah Ayra letakkan di meja. Tidak jauh dari buku mewarnai Kalya.

Ayra tersenyum puas. "Cobain deh, Kal. Harusnya kamu suka sih. Soalnya Papa kamu bilang kamu suka sama keju."

Kalya mengangguk cepat. Tangannya segera mengambil satu makanan tersebut, lalu segera mulai memakannya. Sementara Kalya mulai menikmati cemilan tersebut, Arsal lalu bangkit dan segera melangkah ke dapur.

Arsal haus. Ia segera mengambil minuman dingin dari kulkas. Lalu menuangkannya ke gelas.

"Kamu masih marah, ya?" Entah sejak kapan, tiba-tiba suara itu terdengar di belakangnya.

Arsal berbalik. Ia tidak menjawab pertanyaan Ayra langsung. Bukan karena ia sedang marah, namun karena ia sangat haus sehingga ia memilih untuk menarik kursi terlebih dulu untuk menegak minumannya.

Sudut mata Arsal bisa melihat Ayra datang mendekat. Namun ia menyelesaikan minumnya terlebih dulu.

"Kamu beneran semarah ini, ya?" Tanpa permisi Ayra menyentuh lengannya.

Arsal terkejut.

Tangannya yang masih memegang gelas bergerak refleks dan dalam sepersekian detik, gelas itu terlepas.

PRAAANG!!!

Bunyi pecahan kaca membelah keheningan ruang. Air dingin menyebar di lantai, bercampur dengan serpihan bening yang memantulkan cahaya lampu. Arsal segera berdiri menghindari pecahan tersebut, namun Ayra justru dengan cepat segera membungkuk untuk membersihkan serpihan pecahan gelas.

Arsal segera menarik tangan Ayra. Rasa khawatir bercampur emosi.

"Jangan sentuh itu, Ayra!"

Mata bulat hitam itu menatap Arsal tatapan kaget bercampur takut. Arsal merutuk dalam hati, ini pasti karena suara bentakannya barusan.

Namun itu sangat membuatnya khawatir. Bahkan ia masih menggenggam tangan Ayra dengan erat. "Apa yang kamu lakukan, hah?!"

"Aku cuma... aku cuma mau bantu bersihin," gumam Ayra lirih.

"Saya tidak butuh bantuan kamu." Arsal melepaskan tangan Ayra. Ia bukannya tidak benar-benar membutuhkan bantuan Ayra, namun rasa khawatirnya itu membuatnya emosi.

"Kenapa Papa marah sama Tante Ayra?" Tiba-tiba Kalya datang.

Arsal menghela napasnya. Dengan cepat ia mengontrol emosinya. Lalu saat ia hendak menghampiri Kalya, Ayra menahannya.

"Biar aku aja. Kayaknya Kalya juga mulai mengantuk."

Ayra kemudian membawa Kalya ke kamar. Sementara Arsal segera membersihkan pecahan gelas tersebut. Dalam hati ia masih terus menyalahkan dirinya karena sudah membentak Ayra bahkan berkata ketus pada perempuan tersebut.

Hari ini suasana hatinya sangat buruk sekali. Setelah ia membersihkan pecahan gelas tersebut, ia segera ke kamar. Ia harus segera menenangkan pikirannya dan juga hatinya. Jika tidak, akan sulit untuknya mengontrol emosinya.

Arsal kemudian memilih menenggelamkan pikirannya dengan membaca buku. Ia duduk di tempat tidur, mencoba mengalihkan kerumitan pikirannya. Hingga tiba-tiba pintu kamar terbuka. Ayra melangkah masuk. Lalu duduk di sisi sebelahnya.

"Aku minta maaf,"

Arsal tetap tidak bergeming. Namun dari sudut matanya ia bisa melihat Ayra sedang menatapnya dengan tatapan menyesal. Jari jemarinya bahkan saling bertautan.

Lagi, Ayra lalu menyentuh tangannya. Hal tersebut membuat jantung Arsal berdegup kencang. Namun ia berusaha mengendalikan dirinya agar tidak terlalu terlihat betapa gugupnya ia sekarang.

"Aku sungguh-sungguh minta maaf, Sal. Maaf aku belum memberitahumu. Tapi aku beneran nggak bermaksud untuk menyembunyikan ini dari kamu."

Mendengar suara yang terdengar sangat menyesal tersebut dan rasa inginnya menatap Ayra dengan jarak sedekat serta seintens ini, Arsal pun menutup bukunya. Matanya menatap lurus bola mata Ayra yang terlihat pekat itu. Bola matanya menyerupai biji klengkeng. Sesuatu yang Arsal sukai dari dulu.

"Menikah dengan saya itu membebani kamu, ya?" Arsal sengaja menanyakan ini. Walaupun ia sendiri takut mendengar jawaban Ayra.

"Maksudnya?"

Lalu Arsal menatap Ayra dengan dalam. Entah disadari atau tidak oleh Ayra, namun tangan perempuan itu masih memegang tangannya dan Arsal tentu saja membiarkan itu.

"Jujur sama saya, selama kamu menikah dan hidup dengan saya, apakah kamu merasa itu justru menambah beban hidup kamu? Kamu bahkan tidak ingin pernikahan kita diketahui orang-orang di kantor. Kamu juga tidak meminta izin saya untuk ikut acara itu. Saya merasa status saya sebagai suami kamu hanya ada di buku nikah dan sebagai pergantian status kamu di KTP."

Ayra menepuk lengan Arsal dan memasang wajah cemberut. "Pikiran kamu tuh ya, dari dulu kayaknya kebanyakan negatifnya. Aku nggak pernah mikir begitu. Semua ada alasannya. Kamu kebanyakan suudzon sama aku," sungutnya kesal.

"Kamu berani pukul lengan saya?" tanya Arsal tidak terima. Seharusnya ia yang marah, namun sekarang justru wajah Ayra yang terlihat seperti orang marah.

Ayra mendelik tajam pada Arsal. "Kalau nggak mikir takut kualat sama suami, seharusnya kepala kamu yang aku pukul. Minimal kening kamu tuh yang aku sentil. Biar pikiran buruknya hilang." Ayra mendengus kesal.

"Lagipula nih ya, kalau orang-orang kantor tahu kamu suamiku, mereka bakalan mengira yang aneh-aneh. Nanti dikira mereka aku godain kamu lagi. Atau yang lebih parah, kita itu menikah cuma jarak sebulan dari gagalnya aku menikah sama Bima. Nanti dikira mereka aku jadiin kamu pelarian doang lagi." ujar Ayra dengan serius dan seksama.

Cara Ayra berbicara berikut dengan ekspresinya yang sangat ekspresif sebenarnya sudah bisa meluluhkan kekesalan di hati Arsal. Hanya saja, Arsal tiba-tiba kepikiran untuk memancing Ayra agar berbicara lebih panjang lagi.

"Hmmmh...." gumam Arsal dengan wajah datar. "Lalu kenapa kamu bisa-bisanya merancang acara liburan kalian yang mendadak itu? Nggak minta izin saya sebagai suami kamu?"

Ayra menghela napasnya. "Itu sih sebenarnya aku udah mau bicara pas di ruangan kamu tadi. Cuma belum bicara aku lebih dulu kamu usir." Nada bicaranya terdengar sinis.

"Kenapa saya tidak dilibatkan untuk acara itu?" tanya Arsal iseng, namun wajahnya tetap dengan ekspresi datar.

Sebenarnya Arsal sama sekali tidak peduli lagi dengan apapun alasan mengapa ia sebagai pimpinan tidak dilibatkan dengan acara itu. Apalagi dengan pribadi yang sebenarnya sulit berbaur tersebut, Arsal terkadang sangat sulit untuk memulai pembicaraan. Itulah ia sebenarnya harus bersyukur karena tidak diajak dalam acara tersebut.

Ayra tiba-tiba diam. Ia menggaruk kepalanya seperti orang bingung.

Melihat gelagat istrinya itu, Arsal yakin, pasti ada sesuatu yang disembunyikan.

"Ay?" Mata Arsal menyipit seolah ingin tahu. Ia yang tadinya tidak ingin tahu, mendadak sangat ingin tahu.

"Tapi kamu janji jangan marah ya. Ini karena mereka kurang kenal aja sama kamu."

Arsal mengangguk sembari menikmati pemandangan wajah Ayra dari jarak dekat. Setidaknya ia perlu alasan untuk berada dekat dengan istrinya itu.

"Mereka itu sungkan sama kamu. Mereka khawatir kalau ngajak kamu, nantinya mereka nggak bisa bebas. Soalnya sebagian besar dari mereka, tiap ditatap kamu aja mereka takut. Sesungkan itu mereka sama kamu," jawab Ayra sambil tersenyum tipis berusaha menenangkan Arsal agar tidak lagi emosi.

"Tapi kalau kamu mau ikut, aku bisa kok ngomong sama mereka."

Arsal menggeleng. "Kamu aja belum dapat izin dari saya, sok iye banget ngomong begitu."

Ayra segera menarik tangan Arsa, lalu menangkupnya dalam dua telapak tangannya. Jantung lelaki itu semakin berdegup kencang. Tampaknya Ayra tidak mengetahui bahwa sekecil apapun kontak fisik antara mereka, mampun membuat Arsal salah tingkah.

"Acaranya cuma dua hari, Sal. Masa iya aku nggak ikut. Kamu ikut aja deh. Biar kita bisa bareng di sana." Ayra menatap dengan penuh harap.

"Kamu aja pasti bareng sama Haikal dan Riana. Saya pasti kamu biarin sendiri." Ayra baru saja akan protes, namun Arsal lebih dulu lagi bersuara kembali. "Saya juga nggak minat ikut acara begituan."

"Nggak. Kali ini nggak. Aku janji. Kalau kamu nggak kasih izin aku buat pergi, masa iya besoknya aku cuma dengar cerita mereka aja. Nggak seru. Ayo dong, izinin, ya....please...." Ayra semakin mendekatkan dirinya pada Arsal.

"Ya, ya... boleh ya...." Wajahnya bahkan semakin dekat pada Arsal.

Berada dekat dengan Ayra dalam ruangan seperti ini ditambah suara rintik hujan di luar sana, membuat Arsal gugup. Lalu dengan sekuat hatinya, ia berusaha tenang. Ia lalu segera berbaring dan meminta Ayra menjauh.

"Awas-awas. Mepet banget sih. Saya mau tidur. Kamu jangan terlalu dekat dengan saya." Arsal lalu pura-pura tidur.

"Ish, malah ditinggal tidur." Ayra lalu menggeser tubuhnya sambil mendumel.

"Ay, Ay.... Saya takut khilaf kalau kamu terlalu dekat dengan saya...." keluh Arsal dalam hati.

1
Erni Zahra76
aahhhaaayyyy...lanjut thor bikin bucin keduanya💪💪
Alfatihah
bikin meleleh ...mleot hihihi ayra jail bgt

lanjut thor
Alfatihah
lanjuttttt
emil ninda
novel ini bagus Lo tp kok peminat nya sedikit ya
Edelweis Namira: Pendatang baru kak. Terima kasih yaa
total 1 replies
Alfatihah
adohhhh gak ISO turu Iki mri up... tanggung jawab thorrr kecanduan Karo karyamu thorrr....semangattttt
Edelweis Namira: terima kasih ya
total 1 replies
Khanza Via
lanjut kak... double up
Alfatihah
haduhhhhh tambah penisirin ini thorrrrt...lanjuttttt
Alfatihah
mantullll jadi obong2an wkwkwk
Erni Zahra76
up lg thor
Erni Zahra76
makanya jd laki yg tegas mn istri dan mn adik ipar hrs bs membatasi...lanjut thor jgn lm2 upnya🙏
Edelweis Namira: Iya marahin aja itu si Arsal
total 1 replies
Khanza Via
double up kak
Edelweis Namira: Jangan lupa selalu komen ya. Gak hanya komen up aja. Hehehe
total 1 replies
Khanza Via
up tiap hari kak
Alfatihah
lama banget nunggu up nyaaaaaa...g berasa upppppp nyaaaaaaa... bagus banget ceritanya kak beneran deh
Fitriana Yusuf
awal nikah jg gini... punya suami kaku dan dingin... ya Allah kok serba canggung 😅
Edelweis Namira: Iya bener
total 1 replies
Alfatihah
lanjutttkan
Erni Zahra76
lanjut lg thor
Alfatihah
bagus bangetttt
Alfatihah
berasa gak up...cepet banget abisnya ... semangat ya kak up y... minimal 1x sehari hehe nglunjak maaffff ....karyamu bagus banget kakkkk
Alfatihah
up donk kak ...
Alfatihah
semangat Arsal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!