Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
Saat Laras sibuk di dapur, memasak pesanan nasi kotak yang cukup banyak dari temannya untuk acara kantornya. Laras mengerjakan sendirian dengan semangat dan senyum merekah. Baginya itu adalah rejeki yang berkah untuk memenuhi kebutuhan anak sematang wayangnya. Laras sudah bangun dari jam dua pagi. Dua ratus nasi kotak yang isinya lengkap. Ayam bakar, sambal goreng kentang ati, acar timun wortel, mie goreng juga kerupuk udang. Di tambah buah pisang juga jeruk sebagai pelengkapnya. Masakan Laras cukup enak, sehingga dia sering dapat pesanan dari teman temannya.
Pukul lima pagi semua masakan sudah hampir selesai, tinggal menunggu nasi matang. Kaluna yang baru bangun tidur langsung menghampiri dapur untuk melihat ibunya.
"Ibu sudah selesai masaknya?" Tanya Kaluna dengan wajah ceria, matanya berbinar menatap masakan yang banyak di atas meja dapur.
"Iya dong, kan harus diantar pagi juga, nanti setelah ibu ngantar sekolah Luna, ibu langsung antar nasi kotaknya. Sekarang Luna mandi terus sholat, habis itu langsung ganti seragam terus sarapan ya nak. Nanti ibu juga bawain bekal buat makan di sekolah, juga buat ibu guru." Balas Laras dengan senyuman, membuat Luna langsung semangat dan terlonjak senang.
"Oke Bu, kalau begitu Luna mandi. Luna janji gak akan repotin ibu hari ini. Luna mau ganti baju sendiri dan siapin semua sendiri. Biar ibu gak kerepotan." Sahut Luna ceria, membuat Laras tertawa dengan tingkah putri kesayangannya.
"Iya sayang, yasudah buruan mandi. Nanti keburu habis waktu subuhnya." Balas Laras, dan Luna langsung berlari menuju kamar mandi. Laras kembali meneruskan pekerjaan nya di dapur dengan semangat.
🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Semua sudah beres, pesanan nasi kotak sudah di antar dengan selamat. Lembaran uang berwarna merah sudah berada di tangan Laras. Senyum mengembang dengan hati terus mengucapkan kata syukur. Semoga Tuhan selalu memberikan kelancaran di setiap langkahnya. Sebait doa yang selalu Laras gaungkan dalam setiap doa doanya.
Sisa masakan masih lumayan banyak, cukup untuk persediaan lauk dirinya dan Luna. Laras, duduk termenung memperistirahatkan tubuhnya yang sedikit lelah, sebelum kembali memulai aktifitasnya menulis di beberapa aplikasi di hapenya. Saat matanya terpejam, dering panggilan di ponselnya terdengar nyaring. Sesaat Laras terdiam menatap nama si penelpon.
"Tumben telpon, pasti akan bahas itu lagi." Lirih Laras yang seolah bisa menebak maksud si penelpon.
"Hallo assalamualaikum." Sapa Laras masih dengan berusaha tetap sopan menerima telepon dari anak sulung budenya.
"Waalaikumsallam, gimana kabarmu, Laras?" Sahut suara perempuan di seberang sana. Seperti biasa, Rani akan beramah tamah sebelum menyampaikan tujuannya.
"Alhamdulillah baik, mbak." Sahut Laras singkat, entahlah akhir akhir ini dia merasa malas meladeni omongan saudara sepupunya itu, karena yang terus di bahas itu itu saja.
"Gimana, apa kamu sudah sampaikan omonganku sama paklek mu juga bulekmu soal rumah yang mereka tempati?" Sahut Rani yang langsung pada intinya dia menghubungi Laras.
"Belum mbak, jujur aku gak enak dan takut. Karena itu bukan ranahku. Seharusnya mbak Rani yang menyampaikan langsung biar semua jelas." Sahut Laras memberanikan diri mengutarakan isi kepalanya.
"Kenapa harus takut, tinggal ngomong saja, kok. Lagian itu memang bukan rumahnya. Itu rumah ibuku, jadi kalau mereka mau tetap tinggal di sana harus mau mengganti uangnya sesuai dengan harga tanah saat ini." Herdik Rani dengan nada suara yang sedikit meninggi.
"Makanya itu, harusnya mbak Rani sendiri yang bicara langsung. Datang kesini dan temui mereka, bicarakan baik baik biar semua jelas." Sahut Laras dengan menahan rasa kesalnya.
"Yasudah, kapan kapan aku akan kesana. Bilang sama mereka untuk siapkan uangnya, kalau tidak mau lebih baik segera pindah biar rumah itu aku jual ke orang lain. Dan untuk rumah yang kamu tempati, itu juga harus kamu ganti. Tenang saja, untuk kamu aku akan beri keringanan." Sambung Rani dengan suara ketus, Laras hanya beristighfar di dalam hatinya dengan kelakuan anak sulung budenya yang serakah itu.
Sejak kematian orang tuanya, Rani tak terkontrol lagi gaya hidupnya yang memang suka foya foya. Warisan peninggalan orang tuanya yang tak sedikit sudah habis terjual tanpa sisa hanya untuk bersenang-senang. Dan sekarang dia mengincar rumah yang di tempati adik adik ibunya untuk dia jual karena merasa itu miliknya. Padahal menurut cerita, rumah yang kini aku tempati juga pak lek dan buklek adalah rumah waris dari Kakung, tapi naasnya sertifikat di atas namakan nama budhe tanpa sepengetahuan adik adiknya. Dulu budhe memang sempat berpesan, jika tanah yang kami tempati tidak boleh dijual sampai kapanpun. Tapi kini sudah lain cerita, Rani anak sulungnya budhe begitu berambisi untuk menjualnya karena dia sedang butuh uang untuk memenuhi gaya hidupnya yang selangit.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..