Setelah orang tua nya bercerai, Talita dan kedua adiknya tinggal bersama ibu mereka. Akan tetapi, semua itu hanya sebentar. Talita dan adik-adik nya kembali terusir dari rumah Ibu kandung nya. Ibu kandungnya lebih memilih Ayah tiri dan saudara tiri nya. Bukan itu saja, bahkan ayah kandung mereka pun menolak kedatangan mereka. Kemana Talita dan adik-adik nya harus pergi? Siapa yang akan menjaga mereka yang masih sangat kecil? Jawaban nya ada di sini. Selamat membaca. Ini novel kedua ku ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
"Ada urusan apa kau ke sini?"
"Aku mau tahu, dimana Talita tinggal."
Anton hanya tertawa terbahak-bahak. Ia bahkan memegang perut nya. Di samping nya sang istri juga menatap Naina dengan sorot mata yang tajam.
"Kenapa kau tertawa?"
"Kau itu sangat lucu. Kau yang sudah membuang mereka dan merebut rumah yang aku berikan. dan sekarang, setelah mereka pergi kau justru menanyakan keberadaan mereka. Kau waras Naina?"
"Tidak perlu banyak bicara. Aku hanya perlu tahu dimana anak-anak ku tinggal."
"Aku tak tahu. Sama seperti mu. Aku juga sudah membuang mereka dari hidup ku. Walaupun hidup sederhana, yang penting aku bahagia sekarang."
"Cih, bahagia. Uang itu segala nya Anton. Kau tak perlu munafik."
"Terserah kau saja. Ayo sayang kita masuk. Kita tidak akan mampu menghadapi anjing gila."
Istri Anton hanya tersenyum mengejek. Naina sangat kesal sekali. Kemana ia harus mencari Talita dan memberi pelajaran pada wanita itu.
Naina teringat pada toko kue yang terakhir kali ia datangi. Mungkin orang-orang yang tinggal di sekitar nya akan tahu di mana Talita tinggal.
Saat ia akan pergi, suara telepon genggam milik nya berbunyi.
"Halo,,"
"Cepat pulang sekarang juga."
"Tapi aku belum memberi pelajaran kepada Talita."
"Pulang sekarang juga!" Suara Jaka yang besar membuat Naina terkejut.
Ia buru-buru pulang ke rumah nya. Ia sama sekali tidak tahu mengapa Jaka bersikap seperti itu.
Saat ia berada di depan rumah nya, tiba-tiba rumah nya di penuhi dengan banyak nya orang yang berkunjung. Jaka menangis di samping jenazah yang di tutupi kain.
"Sayang, ada apa ini."
Plak..
"Ada apa katamu?"
Plak..
"Lihat! Anakku mati karena kegagalan mu menjadi seorang ibu. Kau sudah membuang anak kandung mu. Dan sekarang kau bunuh anak ku. Kau memang perempuan pembawa sial."
Naina tertegun. Baru tadi ia melihat Andi baik-baik saja di rumah sakit. Tapi sekarang, anak yang selama ini ia jaga dan kasihi dengan sepenuh hati malah pergi meninggalkan nya selama nya.
" Andi. Tidak sayang. Jangan tinggalin mama. Andiiiii."
Naina meraung dan menangis histeris saat melihat anak sambung nya Andi terbujur kaku. Ia tidak menyangka, akan menjadi seperti ini jalan hidup nya.
Setelah di shalatkan, Andi di makam kan di tempat pemakaman umum yang ada di sekitar komplek perumahan tempat tinggal mereka.
Saat Naina pulang ke rumah, seluruh barang-barang milik nya telah di lemparkan keluar oleh Jaka.
"Mengapa baju-baju ku ada di luar?"
"Naina, mulai hari ini kau ku ceraikan. Dan kau bukan lagi istri ku. Silahkan pergi dari rumah ku ini."
"Rumah mu? Jangan mimpi. Kau baru saja membayar rumah ini setengah dari harga asli nya."
"Walaupun begitu, rumah ini sudah pindah nama bukan? Jadi, jangan buang waktu mu di sini. Silahkan pergi jauh. Aku tidak mau wanita pembawa sial seperti mu membuat ku bertambah sial."
"Kau breng-sek Jaka. Mengapa kau lakukan ini padaku? Mengapa?"
"Aku menikahi mu karena kau memiliki putri yang cantik. Akan tetapi, karena kau itu pembawa sial, anak cantik mu sampai pergi. Aku muak sekali dengan mu Naina."
"Kau sangat ke-jam, Jaka."
"Aku memang ke-jam. Akan tetapi, aku tidak pernah membuang anak-anak ku sendiri. Sudah. Pergi sana! Aku sangat muak melihat wajah mu."
Jaka mendorong Naina ke jalanan hingga tersungkur. Setelah sekian lama menjadi nyonya, akhir nya ia harus terusir dari rumah nya sendiri.
Tidak lama kemudian, sebuah taksi berhenti di depan rumah itu. Seorang wanita cantik yang masih muda turun dan membawa koper.
"Siapa kau?" Tanya Naina yang masih berada di sana.
"Kenalkan. Aku calon istri Bang Jaka."
Setelah itu, wanita cantik itu langsung masuk begitu saja. Wajah nya yang cantik dan juga masih muda, pasti akan membuat siapa saja tergoda.
Naina hanya bisa menangis meratapi nasib nya yang begitu buruk. Dua kali menikah, ia harus bercerai dan menjadi janda kembali. Sungguh nasib buruk tidak pernah jauh dari pada nya.
Entah kemana ia akan pergi. Naina tidak memiliki siapapun untuk saat ini. Ia teringat akan Tasya. Bisa jadi Tasya akan memaafkan nya. Bukan kah Tasya selama ini sangat menyayangi nya.
Pasti Tasya akan senang jika Naina datang dan memberi perhatian seperti dulu. Seperti apapun kesalahan seorang Ibu, pasti anak-anak akan memaafkan nya.
*****
"Tania, dari mana saja kau seharian ini?"
"Hmm, anu. Tania jalan-jalan aja sama mbak Raya."
"Kok nggak ajak-ajak. Kakak cemburu loh. Mentang-mentang udah ada mbak Raya, kakak di tinggalkan gitu aja." Ucap Talita sambil memasang wajah cemberut.
"Iya deh, maafin Tania. Janji nggak gini lagi."
"Yaudah, kamu udah makan?"
"Belum, nggak selera."
"Loh, kok bisa."
"Ya nggak selera aja. Yaudah, Tania masuk kamar dulu ya, kak."
Talita heran dengan sikap Tania. Tidak biasanya ia lesu seperti itu. Apalagi Talita masak makanan kesukaan nya. Talita pun bertanya-tanya dalam hati.
Ingin bertanya lagi, tapi Talita tidak ingin Tania tidak nyaman. Untuk saat ini, akan ia biarkan saja.
*****
Anton dan istri nya terpaksa membawa anak nya ke dokter. Tiba-tiba anak nya memiliki sedikit masalah.
Umur nya yang sudah hampir 2 tahun tapi masih belum bisa berjalan dan susah dalam berbicara. Anak nya juga sering tantrum dan susah tidur nyenyak.
Selama ini, Anton mengira mungkin anak nya hanya masih terlalu kecil. Akan tetapi dari ketiga putri nya dulu, tidak seperti anak ke empat nya ini. Padahal ia sangat bahagia ketika tahu memiliki anak laki-laki.
"Sepertinya pendengaran anak bapak bermasalah. Setelah di periksa, ada sedikit benjolan yang terdapat di kepala nya."
"Benjolan?"
"Iya. Kita harus melakukan operasi secepat nya. Supaya pertumbuhan nya tidak terhambat."
Anton langsung lemas seketika. Anak laki-laki yang sangat ia banggakan ternyata memiliki penyakit dan harus segera di operasi. Uang dari mana ia. Untuk makan sehari-hari saja, Istri nya itu yang bekerja.
"Kita pulang saja, bang."
"Loh, kok pulang?"
"Nanti kita berobat kampung saja. Kalau operasi, biaya nya pasti mahal."
"Apakah bisa sembuh?"
"Kita lihat aja nanti."