Sebagai lelaki bertanggung jawab, Abas mau menikahi pacarnya yang hamil duluan. Mereka menikah di usia muda dan harus rela berhenti sekolah. Sayangnya kehadiran Abas sebagai suami Tari tidak begitu diterima oleh keluarga sang istri. Bisa dibilang Abas tak pernah diperlakukan baik sebagai menantu. Dia terus dihina dan diremehkan.
Hingga suatu hari, karena hasutan keluarga sendiri, Tari tega mengkhianati Abas dan membuang anaknya sendiri.
Abas diceraikan dan harus merawat anaknya seorang diri. Namun dia tak putus asa. Abas mengandalkan keahlian tangannya yang terampil mencukur rambut dan memijat orang. Abas selalu bermimpi memiliki usaha di bidang jasa cukur & pijat yang sukses. Dalam perjalanan menuju kesuksesan, Abas menemukan banyak wanita yang datang silih berganti. Bahkan mengejutkannya, sang mantan istri kembali tertarik padanya. Bagaimana perjuangan Abas setelah dibuang oleh istri dan mertuanya? Berhasilkah dia membangun usaha jasa yang sukses?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 - Warisan Nenek
"Ayah!" seru Denis yang kini sudah menghampiri Abas. "Apa kau sudah lama menunggu?" tanyanya.
"Baru aja Ayah datang. Yok kita pulang!" ajak Abas sembari naik ke motornya. Lalu di ikuti oleh Denis setelahnya.
Bersamaan dengan itu, ponsel Abas berdering. Dia lantas mengangkat panggilan tersebut.
Ternyata yang menelepon adalah Darto. Lelaki paruh baya yang diketahui adalah tetangganya dulu.
"Ada apa, Pak?" tanya Abas.
"Nenekmu, Bas! Dia meninggal!" ujar Darto dari seberang telepon.
Mendengar itu, rasanya jantung Abas serasa disambar petir. Terlebih neneknya adalah satu-satunya yang Abas miliki selain Tari dan Denis.
"Aku akan segera ke sana." Abas berucap begitu dengan perasaan cemas. Namun dia berusaha menyembunyikan rasa cemasnya untuk Denis. Anak itu pasti sedih bila mendengar neneknya sudah tiada.
Alhasil Abas pergi mengantar Denis ke rumah mertuanya terlebih dahulu. Nanti bila waktunya sudah tepat, dia akan memberitahukan Denis semuanya.
"Ayah mau kemana lagi?" tanya Denis yang langsung gelisah saat melihat Abas beranjak kembali ke motor.
"Ayah ada urusan mendesak. Kau di rumah yang pintar ya. Ayah nggak akan lama," tutur Abas.
"Nggak mau. Aku takut sama Nenek. Aku mau ikut Ayah aja," balas Denis seraya memegang erat salah satu tangan Abas. Nenek yang dia bicarakan tidak lain adalah Tania.
"Denis, apa yang kau takutkan dari Nenek? Bila dia marah, itu tandanya dia sayang padamu," tanggap Abas.
"Tapi, Yah..."
"Udah. Ayah nggak punya waktu. Ayah akan segera kembali," potong Abas yang langsung beranjak pergi meski tanpa persetujuan sang putra.
Kini Denis hanya bisa terdiam dan membiarkan ayahnya pergi.
...***...
Sesampainya di rumah nenek, Abas melihat bendera putih tampak sudah terpampang. Air mata yang sejak tadi dia tahan otomatis meluruh. Abas buru-buru masuk ke rumah dan melihat keadaan sang nenek dengan mata kepalanya sendiri.
Benar saja, saat sudah masuk, sosok nenek Abas terlihat tak berdaya dengan balutan kain jarik. Abas langsung menghampiri sang nenek dan memeluknya. Seketika dia bisa merasakan betapa dinginnya tubuh sang nenek. Itu pertanda bahwa neneknya telah benar-benar pergi.
"Nenek..." isak Abas. Dia tentu merasa sangat sedih. Namun di sisi lain, Abas tahu kalau suatu hari nanti dirinya akan mengalami hal ini. Apalagi umur neneknya sudah sangat tua. Jujur saja, Abas sudah mempersiapkan mentalnya untuk hari ini. Jadi kesedihannya tidak terlalu berlebihan. Intinya Abas merelakan kepergian sang nenek.
Abas tak lupa memberitahu Tari dan mertuanya bahwa neneknya sudah meninggal dunia. Akan tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari mereka. Bahkan saat Abas mencoba menelepon.
Abas akan berpikir positif. Ia yakin mertuanya pasti bisa menjaga Denis dengan baik.
Sekarang Abas memilih fokus untuk mengurus kematian neneknya. Dia juga mengantarkan neneknya sampai ke peristirahatan terakhir. Saat itulah Darto mengajaknya bicara.
"Bas, beberapa hari sebelumnya aku sempat mendengar nenekmu berpesan," ucap Darto.
"Berpesan apa, Pak?" tanya Abas.
"Dia bilang, kalau sesuatu terjadi padanya, dia ingin kau memeriksa lemari. Katanya di sana ada sesuatu yang ingin dia wariskan padamu," ungkap Darto.
"Benarkah, Pak? Terima kasih. Aku akan langsung memeriksanya setelah ini," kata Abas. Dia berlari menuju rumahnya yang jaraknya hanya beberapa meter dari tempat pemakaman.
Abas buka lemari neneknya. Di sana atensinya langsung tertuju pada sebuah kotak berbahan kayu jati dengan ukiran kuno. Abas yakin itulah hal yang ingin diberikan sang nenek kepadanya.
Tanpa pikir panjang, Abas buka kotak itu.
ingat entar tambah parah Lo bas....,