Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Diserang
Begitu Rangga mendengar suara desahan Wilona, saat itu juga dia menghentikan lantunan kidung syairnya, Rangga tidak menginginkan Wilona tersiksa diseberang sana, Sejurus dengan itu Wilona tersentak kaget, deru nafasnya masih terdengar memburu diujung sana.
" Kamu tidak apa apa Wilona? " Rangga sedikit merasa bersalah, tak seharusnya menggunakan kekuatan pada syairnya itu. walau otak Rangga sebelumnya ada ide nakalnya untuk melakukannya,
" Kenapa aku seperti sedang bercinta denganmu? " suara itu seperti terdengar menggumam. Dasar gadis polos, Pikir Rangga. dibalik sana dia menyungging senyuman.
Tut...tut...tut
Sambungan telepon itu diputus oleh Wilona, dirinya sungguh merasa malu pada Rangga. Wilona belum mengetahui jika hal itu memang disengaja oleh Rangga.
" Uhh...bodoh...bodoh...apa aku terdengar mendesah tadi ya? kenapa tiba tiba saja aku berbicara terus terang padanya, kalau aku seperti sedang bercinta dengannya? aku seperti terhipnotis dengan lantunan syair itu? " Wilona lalu menutup mukanya dengan kedua telapak tangan, setelah itu dia kembali berjalan kearah bathtub, untuk melanjutkan merendam tubuhnya disana.
Sementara itu Rangga yang mengetahui jika sambungan teleponnya diputus oleh Wilona semakin merasa dirinya bersalah, Rangga sedikit membanting tubuhnya ditempat tidur, Aku mulai jatuh cinta padamu, Wilona. Kemudian dia pun langsung bangkit kembali, ada puluhan kata kata yang baru saja tersirat dipikirannya. dia pun menuju meja untuk menulis sesuatu.
Pertemuan denganmu sesingkat itu, tapi cukup menggoreskan kekaguman, meluluh lantakan naluri rasaku yang baru saja ku tenggelamkan, tentang ceritaku kemarin yang kandas. mungkin juga berujung dendam kesumat. apa aku sulit untuk membedakan antara cinta dan prasangka nafsuku. karena melihatmu seperti mega yang berbunga bunga, selalu cantik dan energik.
Mungkin kelak aku akan membelai namamu seperti bunga, untuk saat ini aku tak ingin menceritakan beribu buaian, malam ini aku hanya ingin tertidur walau itu masih bersama bayanganmu, bayangan yang sempat ku dengar mendesah sesingkat itu, aku hampir membuatnya terkapar dalam alunan birahi, kalau saja aku masih bersikap lupa daratan.
Biarlah malam ini pucat kedinginan, sambil memeluk senyumanmu, walau pun harus secepat itu dihembus pagi, saat aku terbangun bukan lagi sedang bermimpi, kamu nyata didekatku menyatukan peluh bersama. Menggenggam mu tak sedikitpun membiarkan ber imaginasi sendirian.
Rangga membiarkan buku itu tetap terbuka, setelah barisan puisi dia tulis, tanpa memberi kekuatan apa pun saat menulisnya, lantas dia melangkah menuju kamar mandi. tak lama kemudian terdengar bunyi guyuran shower yang menyiram tubuhnya. Walau tubuhnya sekarang ini sudah menjadi kuat, tetap saja membutuhkan air hangat untuk mengusir rasa letih dibadan.
Suasana siang itu di ibu kota yang cukup panas, Rangga dengan mengenakan kaos press body, yang menunjukan lekukan otot otot ditubuhnya dengan setelan celana jeans, menuruni tangga kampus sambil ditangannya memegang handpone yang tengah tersambung ke handphone Wilona. setelah selesai kuliah Rangga langsung menghubungi Wilona sesuai janjinya kemarin.
Setibanya dipanthouse Wilona, Rangga langsung disambut oleh senyuman Wilona, senyum itu sungguh indah dibandingkan dengan keadaan seisi rumahnya, semua masih bisa digambarkan keindahannya, sedangkan senyum yang terukir seperti sulit digambarkan oleh sebuah kata kata.
Wilona semakin terlihat cantik dan sexy, dengan mengenakan baju berlengan panjang, namun dibagian depan baju yang kenakan sedikit terbuka hingga membentuk huruf, V sedangkan Bagian bawah baju sedikit menggantung, hingga perut Wilona yang tampak putih itu sedikit terlihat, dengan bawah mengenakan rok ala kantoran dengan panjang sedikit diatas lutut, dengan mengenakan sepatu skets berwarna putih.
Keindahan didalam panthouse yang memang sangat menyejukan mata, sangat mengagumkan, sangat mengedepankan kesan mewah, didukung dengan furnitur beronamen kayu dengan sentuhan warna cokelat dan krem hingga menimbulkan kesan hangat, dipanthsouse Wilona pun ada ruang gym, kolam renang hingga garasi otomatis.
Bahkan, interior langit langit rumahnya terbuat dari emas 24 karat, bukan itu saja panthouse yang sangat mewat itu dilengkapi taman yang luas dan rimbun. Semua bisa Rangga gambarkan bagaimana keindahan seisi rumah Wilona namun tidak dengan keindahan senyuman gadis itu.
Begitu pun dengan Wilona, baginya Rangga sangat terlihat seksi, dengan mengenakan kaos press body, memperlihatkan bentuk tubuh Rangga yang berotot dan kekar itu, dengan rambutnya yang diikat, membuat Wilona sedikit menelan ludahnya, bayangan saat berendam di bathtub tercipta dengan jelas, kemudian Wilona berusaha menepis khayalan yang tiba tiba muncul lagi.
" Hari ini mau diantar kemana? " Rangga sedikit membungkukan badannya, memberikan hormat ala ala bertemu bangsawan. Hingga Wilona dibuatnya tersipu. Sebias khayalan itu sekarang benar benar pergi dari pikirannya.
" Aku mau kemana ya hari ini? " Wilona terlihat berpikir sesuatu. sebelum akhirnya...
" Bagaimana kalau kamu antar aku buat beli perlengkapan camp besok? " Ucap Wilona setelah mendapatkan sebuah ide, yang terpenting hari ini bisa berdua dengan Rangga, semalaman dibuatnya tidak bisa tidur, dengan terus menerus memikirkan tentang Rangga.
" Iya, sesuai perjanjian, kemana pun aku akan mengawal kamu. "
Begitu ada ucapan seperti itu dari Rangga, dengan tanpa sungkan tangan Wilona menggaet dilengan Rangga, terlihat selanjutnya bak seorang pangeran dan seorang putri yang sedang berjalan bersamaan. Padahal keduanya baru saja saling mengenal.
Tidak ada pembahasan soal ditelepon semalam, Wilona pun enggan membahas perkara memalukan itu, Rangga juga seolah olah melupakan kejadian semalam, kalau saja Rangga tidak mempunyai sisi baik, mungkin sudah mengerjai habis habis Wilona, itulah mungkin kenapa kakek misterius itu mempercayakan ilmunya pada Rangga.
Dihati Wilona tidak ada rasa kekhawatiran lagi, jika papahnya akan selalu menyuruhnya dikawal kemana pun, dengan adanya Rangga dan dia pun mulai merasakan jatuh cinta dan rasa nyaman, walau mengharuskannya dikawal 24 jam pun tidak ada masalah bagi Wilona, selama yang mengawalnya itu adalah Rangga.
Keduanya saat ini telah berada di sebuah taman, setelah membeli perlengkapan untuk camp, ditangan mereka tengah memegang es krim, namun ketika tengah asyik menikmati es krim tanpa terduga 10 orang pria bertopeng terlihat melompat dengan cepat hingga kini mereka sudah dihadapan keduanya, semua yang sedang berada ditempat itu berlarian karena ketakutan. Tak ada satu pun yang berniat untuk membantu.
" Siapa kalian!! " Rangga dengan sigap melindung Wilona dibelakang punggungnya, Rangga sangat asing dengan mereka, karena sebelumnya tidak pernah berurusan dengan orang orang yang berseragam yang sama, seperti dari sebuah perkumpulan yang memang sengaja diutus, tapi Rangga belum tahu apa yang mereka inginkan.
" Hahahaha!! kalau kamu mau selamat serahkan gadis itu pada kami! " Ucap pria yang mengenakan topeng paling depan.
" Mau apa kalian...!!! " Sorot mata Rangga bagaikan elang, memandang kearah mereka satu per satu.
" Bukan urusanmu! cepat serahkan dia sama kami, lalu kamu akan kami lepaskan! " Hardik pria bertopeng sebelumnya berbicara sebagai perwakilan dari mereka.
" Tidak akan pernah aku biarkan kalian membawanya begitu saja, sebelum melangkahi mayatku. " Rangga tak kalah terlihat garang.
" Dasar bocah tengik!, mencari mampus kamu, seraaaangg!!! "
Begitu ada perintah untuk menyerang, semua pria bertopeng dengan cepat menyerang Rangga.
" Kamu jangan jauh jauh dariku Wilona. " bisik Rangga.
Setelah mengucapkan itu Wilona sedikit mundur kebelakang, Rangga tak melantukan kidung syair seperti biasa, melainkan memasang kuda kuda, semua tidak dipelajari sebelumnya, seperti ada yang menggerakkan tubuh untuk memasang kuda kuda seperti itu.
" Ciaaatttt...!! " Satu buah tendang nyaris mengenai dagu Rangga, namun dengan sigap mendorong sedikit wajahnya, dengan posisi badan sedikit menekuk kebelakang. Akhirnya tendang itu hanya mengenai angin.
" Hiyaaatt....!! Baru saja usai dagunya terselamatkan, satu buah pisau berukuran kecil melayang tepat menuju dada Rangga, namun seperti ada yang menggerakkan tubuhnya untuk sedikit bergeser kesebelah kiri, dimana akhirnya pisau itu hanya mengenai bangku besi tepat dibelakang Rangga, setelah tahu serangan itu belum berhasil, secara bersama mereka melemparkan senjata sejenis kunai.
Rangga tak tinggal diam begitu saja, ketika dirinya dalam bahaya yang besar, tubuhnya dengan sangat cepat melesat keatas, hingga kecepatan senjata itu belum mampu mengalahkan kecepatan tubuh Rangga yang melesat.. Saat setelah diatas dia pun langsung mendorong telapak tangan kedepan dengan menggunakan tenaga dalam, hingga kesepuluh pria bertopeng itu terjungkal ke tanah dan sebagian lagi mengenai pot yang berukuran besar yang terbuat dari campuran semen, hingga pot itu hancur, tubuh mereka pun sedikit mengejang yang pada akhirnya terkulai tak sadarkan diri.
Kesempatan itu tidak disia siakan oleh Rangga, sebagian diantara meraka yang jatuh ketanah, saat mereka hendak bangun dengan niat menyerang kembali, dengan cepat Rangga memberikan sebuah totokan pada urat leher mereka, hingga mereka seketika kaku tak dapat bergerak.
Kini 10 pria bertopeng sudah tidak punya daya sama sekali, 4 pria bertopeng diantaranya terkulai tak sadarkan diri, sedangkan 6 pria bertopeng lainnya, termasuk pria yang berbicara sebagai perwakilan mereka, semua kaku tanpa mampu menggerakkan badannya karena ditotok Rangga