Demi menjaga nama baiknya sendiri Aylin sampai rela terjerat dosennya yang galak.
"Pak Aland = Sialand." Aylin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TDG Bab 16 - Tubuhmu Tubuhku
Aylin adalah yang lebih dulu memutus tatapan di antara mereka berdua. Lantas memperhatikan meja kerjanya yang masih terlihat kosong, hanya ada kotak pena dan sebuah komputer di hadapan.
"Apa aku boleh meletakkan bunga hias di meja ku?" tanya Nora, wanita ini memang sangat feminim. Tidak seperti Aylin yang sedikit tomboi. Dibandingkan menggunakan gaun, Aylin lebih nyaman menggunakan setelan celana.
"Tentu saja boleh Nora, selama itu tidak menganggu karyawan yang lain. Ciptakanlah rasa nyaman saat berkerja. Paham ya?"
"Paham Bu," jawab Nora, Aylin dan William secara bersamaan.
Masuk jam istirahat mereka mulai dilepas, hari ini ketiga karyawan kontrak baru tersebut hanya perlu mempelajari semua job desc mereka, besok hari sabtu baru bekerja di dalam tim.
"Wil, ayo kita makan siang berdua," ajak Nora, sengaja menyebut kata Berdua agar Aylin peka bahwa dia tidak diajak.
"Ayo Aylin," ajak William, bahkan menatap Aylin dengan sorot mata yang teduh dan intens.
Sejujurnya William telah lama menaruh rasa pada Aylin, meskipun Aylin adalah wanita yang barbar namun Aylin tak pernah memperlakukannya dengan berlebihan di saat tampilannya masih jadi pria yang cupu.
Aylin memang menjaga jarak dan William bisa memahami hal itu, karena siapapun yang dekat dengannya dulu pasti akan jadi bahan olok-olokan.
"Kalian pergi berdua saja, aku sudah memiliki janji makan bersama dengan kakakku, katanya dia ingin mentraktirku di hari pertama kerja," balas Aylin, bohong tapi dia anggap jujur, karena detik ini menganggap pak Aland sebagai kakaknya.
Setelah pembicaraannya dengan William dan Nora selesai Aylin akan kembali menganggap pria itu sebagai pria yang paling dia benci.
"Baguslah kalau begitu, ayo Will, kita makan di kantin perusahaan," ajak Nora yang makin antusias. Dia bahkan langsung memeluk lengan William, namun dengan perlahan William lepas.
Nora tidak merasa tersinggung sedikit pun, dia tetap tersenyum dengan pria tampan tersebut. Will kini benar-benar berubah, dalam sekejab William masuk sebagai tipe idealnya.
Setelah meninggalkan meja kerja, Nora kembali bicara, karena tak ada Aylin, dia jadi lebih leluasa.
"Will, apa kamu belum memaafkan aku?" tanya Nora. Maaf yang dia maksud adalah tentang semua perlakuannya pada William semasa mereka kuliah.
"Aku hanya ikut-ikut teman yang lain, karena itulah mengolok-olok kamu. Maafkan aku ya?" tanya Nora lagi, yang menunjukkan raut wajahnya yang merasa bersalah.
Jika tahu bahwa William bisa berubah jadi seperti ini dia pun tak akan melakukan hal seperti itu.
"Tidak perlu merasa bersalah, Nora. Aku baik-baik saja," balas William, dia sedikitpun tidak merasa terganggu dengan semua perlakuan teman-temannya. Justru respon seperti itulah yang dia inginkan.
Di masa SMA, ketampanan William membuatnya merasa terbebani. Para wanita selalu mengejarnya dan para pria mendekati hanya karena ada maksud. Karena itulah saat masuk kuliah William merubah penampilannya jadi pria yang cupu dan alhasil dia bisa menyelesaikan kuliah tanpa merasa terganggu karena semua teman-teman rata-rata menjauhinya.
Tapi dengan begini William bisa lulus dengan nilai cumlaude.
Di meja kerjanya, Aylin langsung mengirim pesan pada sang dosen. Memulai rencananya untuk menganggu pria itu.
'Aku lapar, aku hanya ingin makan dengan kekasihku.' tulis Aylin dan langsung dikirim.
Saat pesan itu masuk, Aland langsung melihat ke arah Aylin, sampai tatapan mereka jadi kembali saling bertemu. Jarak bukan lagi penghalang, apalagi di saat kedua mata masih bisa saling bertemu.
Aylin mencebikkan bibir, isyarat tak menerima penolakan.
'Kenapa tidak pergi bersama dengan William dan Nora?' balas Aland.
'Aku tidak biasa makan bersama dengan orang yang tak ku anggap dekat, haruskah aku menjadikan William kekasih lebih dulu?' jawab Aylin, menjawab sesukanya.
'Jangan asal bicara," balas Aland dengan cepat. 'Datang ke ruangan ku di lantai atas.' titahnya kemudian.
Ruangan Aland di kantor ini memang ada dua, satu yang dia gunakan untuk bekerja dengan timnya di sini. Satu yang selama ini dia gunakan saat bimbingan dengan Aylin, ruangan yang ada di lantai atas biasanya digunakan untuk bertemu dengan tamu-tamu penting, hingga tetap bisa menjaga privasi mereka.
'Siap sayang,' balas Aylin.
Aland keluar lebih dulu dari sana, dia tidak sempat membaca balasan pesan Aylin yang memanggilnya Sayang. Beberapa karyawan yang melihat kepergian Aland menundukkan kepalanya hormat, tak berselang lama kemudian Aylin pun menyusul.
Menuju lift Aylin berlari dengan cepat, sampai bisa menyusul pria menyebalkan tersebut.
Dengan tekad yang sudah begitu bulat, Aylin lantas memberanikan diri untuk menggenggam tangan sang dosen.
Aland yang kaget sontak menatap tajam ke arah sang gadis.
"Apa?" tanya Aylin, sedikitpun dia tidak merasa takut dengan tatapan tajam itu.
"Katamu ingin merahasiakan tentang hubungan kita, lalu ini apa?" tanya Aland, dia mengangkat tangan kanannya dan menunjukkan genggaman tangan mereka berdua.
"Kan tidak ada siapa-siapa, di sini hanya ada kita berdua," balas Aylin, dia tersenyum nakal. Lalu merasa gugup sendiri ketika pintu lift terbuka, takut di dalam sana ada seseorang. Jadi buru-buru Aylin lepaskan genggaman tangan tersebut.
Aland hanya geleng-geleng kepala, baginya bukan masalah besar andai semua orang tahu tentang hubungan mereka. Tapi Aland juga mencemaskan tentang Aylin, takut gadis tersebut juga jadi tidak nyaman dengan karyawan yang lain, karena itulah Aland setuju untuk menyembunyikan status mereka.
Tapi malah Aylin sendiri yang memancing-mancing seperti ini.
Dasar labil. Batin Aland.
Tiba di ruangan Aland, Aylin langsung duduk di sofa. Tak berselang lama kemudian asisten pribadi Aland masuk dengan membawa dua porsi makan siang.
Asisten pribadi tersebut adalah orang kepercayaan Aland, jadi apapun yang terjadi di ruangan ini tak akan pernah tersebar ke luar sana.
"Silahkan dinikmati, Nona."
"Terima kasih, Kak," balas Aylin, dia tak ingin banyak tau tentang pria tersebut. Cukup tau saja bahwa pria ini pasti orang kepercayaan sang dosen.
Setelah sang asisten pergi, Aland yang sejak tadi duduk di kursi kerjanya kini pindah duduk di sofa juga. Tapi bukan duduk di samping Aylin, melainkan di hadapan gadis tersebut.
"Kenapa duduk di situ?" tanya Aylin, dalam sekejab raut wajahnya berubah jadi ditekuk.
"Harusnya duduk di samping ku," kata Aylin lagi, bahkan Aland belum sempat menjawab pertanyaan tadi.
"Makanlah, jangan terlalu banyak protes," balas Aland kemudian.
"Tidak mau, bapak harus duduk di sampingku."
Astaga. Batin Aland. Malas berdebat jadi dia langsung menuruti keinginan gadis ini, Aland pindah duduk jadi di samping Aylin.
"Nah seperti ini," ucap Aylin, dia tersenyum lebar dan mengelus kaki sang dosen.
Aland tentu terkejut, sentuhan ini membuat tubuhnya berdesir. "Lepaskan tanganmu, kamu mau makan atau menggoda ku?"
"Bapak kenapa sih? Namanya pacaran ya seperti ini, berbuat mesyum di tempat sepi."
"Aylin_"
"Apa?" balas Aylin dengan cepat, bahkan menatap intens pula.
"Bapak jangan munafik, suka kan jika aku seperti ini?" tanyanya lagi dengan tangan yang kini pindah memeluk pinggang sang Dosen.
Yang jantungnya ingin meledak bukan Aland, tapi Aylin. Dia bahkan menelan ludahnya sendiri dengan kasar, namun terpaksa Aylin lakukan.
Sekali saja pak Aland meleccehkannya, dia akan minta putus.
"Sudah ku bilang, kamu boleh menggunakan cara apapun untuk membuatku kesal. Tapi jangan menggunakan tubuhmu," balas Aland, akhirnya dia bicara.
"Katanya pacaran sungguhan, berarti tubuhku jadi milik pak Aland, tubuh pak Aland jadi milikku," balas Aylin yang semakin liiar.
"Cukup Aylin."
"Bapak tidak ingin mencium ku sebagai makanan pembuka."
Aland memejamkan mata, tak ingin melihat apa yang akan Aylin lakukan. Kemarin dia mencium kening dan sudah diancam akan ditembbak oleh sang Daddy. Jadi kini Aland akan pilih jadi patung, terserah Aylin mau apa.
"Pak, kenapa malah menutup mata? Lihat aku, lihat aku!" kesal Aylin. Dia menyentuh kedua mata pak dosen dan coba membukanya. Aylin yang brutal membuat Aland nyaris jatuh, jadi Aland memeluk pinggang Aylin agar mereka sama-sama seimbang.
Aylin tidak merasa terganggu dengan pelukan itu, justru terus fokus untuk membuka kedua mata sang dosen.
"Buka matanya!" kesal Aylin.
Dan langsung dikabulkan oleh Aland saat itu juga. Tapi saat kedua matanya terbuka, mereka justru jadi saling tatap entah jarak yang sangat dekat. Membuat jantung Aylin mendadak berdegup dengan cepat.
Semakin dilihat dari dekat seperti ini, pak Aland jadi terlihat makin tampan, namun Aylin tak ingin mengakuinya.
"Duduk dengan tenang dan makan."
"Cium dulu," balas Aylin.
"Aku tidak akan mencium mu, tapi aku tidak akan larang jika kamu yang menciumku."