Demand adalah seorang petarung maniak dan menakutkan di sekolah Giulietta. Pertarungan selalu ada di depan mata, tanpa pandang bulu, hanya ada perkelahian baginya. Sebuah geng ataupun seorang individu, yang kuat ataupun yang lemah, yang memiliki kuasa atau tidak, semuanya akan dimusnahkan.
Rekannya Miller sedang diculik oleh sekelompok geng misterius, tanpa ragu Demand datang seorang diri ke markas geng tersebut. Dalam beberapa saat geng itu dibuatnya tak berkutik dan hancur dikalahkan olehnya.
Namun ternyata seorang wanita cantik terlibat dalam masalah itu dan juga sedang disandera, ia bernama Lasiana. Seorang wanita cantik dengan karakter pemalu dan baik hati itu membuat Demand mengalami cinta pandangan pertamanya. Tapi... siapa sangka hal itu akan membawanya kepada kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon M. Novri Al-zanni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dimana Miller?
Aku segera beranjak dari kasurku dan berlari ke sebuah cermin yang ada di kamarku. Aku menatap diriku di depan cermin sambil meraba-raba wajahku. Ini benar-benar aku, aku benar-benar telah kembali lagi ke masa lalu, di waktu yang sama seperti pertama kali aku kembali ke masa lalu.
Dengan membawa ingatan di kehidupanku yang sebelumnya, aku tidak akan lupa kalau hari ini adalah hari libur. Aku tidak akan mempermalukan diriku seperti sebelumnya karena ingin berangkat sekolah di hari Minggu. Oh iya?! Kalau begitu, kakek pasti sedang duduk di teras kan?.
Aku segera berlari ke luar rumah dan begitu keluar aku melihat seorang pria tua sedang duduk di bangku teras dengan raut wajah yang tenang. Tapi di balik wajahnya yang terlihat tenang itu, sebenarnya kakek memikirkan banyak hal, terutama yang paling ia pikirkan adalah diriku.
Aku perlahan berjalan ke arahnya lalu memeluknya sambil berkata, "Kakek ... Aku ingin minta maaf atas apa yang telah kulakukan selama ini" ucapku dengan sangat tulus kepada kakek.
"Nak?! Ada apa denganmu? Apa kau sakit?" Ucap kakek yang terlihat keheranan karena selama ini ia mengenal cucunya sebagai cucu yang sangat nakal.
Mendengar kakek berkata begitu membuatku hampir tertawa karena teringat kejadian sebelumnya. Benar-benar terasa Dejavu sekali. Tapi di kehidupanku kali ini, sepertinya aku akan melakukan sesuatu yang berbeda dari kehidupan kehidupanku yang telah ku lalui.
Aku akan lebih terbuka sekarang, "Kakek ... Tidak perlu di sembunyikan lagi, aku sudah tahu semuanya kakek" ucapanku sambil tersenyum lebar dengan penuh kasih kepada kakekku tersayang.
Raut wajah kakek terkejut dan bicaranya pun jadi terbata-bata, "A-apa maksudnya Demand ... Apa yang kau bicarakan?" Ucap kakek yang terlihat gelisah.
"Aku tahu penyakit yang selama ini membelenggu hidup kakek"
"A-apa?! Tapi sejak kapan kau tahu?"
"Sejak awal aku sudah tahu kek"
Setelah itu kakek memelukku dengan sangat erat sekali dan ia menangis. Melihat kakekku yang menangis terisak-isak membuat hatiku terasa sakit, aku benar-benar tidak tega melihat kakekku menangis seperti ini. Aku membalas pelukannya dan ikut menangis bersama kakek.
Suasana ini menjadi begitu menyakitkan, tapi aku melakukan hal ini karena menurutku adalah hal yang benar. Aku tidak tahu apakah kakek akan mengatakannya suatu saat nanti atau tidak sebelum waktu kematian kakek. Aku takut kakek akan terus menyembunyikannya meskipun aku sudah tahu bahwa hidup kakek sudah tidak lama lagi.
Setelah momen itu, kakek mulai bercerita padaku, "nak ... Karena kamu sudah tahu kondisi kakek, maka kamu harus bisa menjadi diri setelah kakek meninggal suatu saat nanti, dan kau harus siap untuk itu" ucap kakek sambil mengusap-usap kepalaku.
"Iya kek, aku berjanji tidak akan membuat kakek terbebani lagi karenaku. Aku akan menjadi cucu yang baik buat kakek" ucapku yang masih menangis.
Setelah itu aku dan kakek melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Sebelum kakek berangkat kerja, aku dan kakek pergi ke halaman kecil yang ada di belakang rumah kakek yang dijadikan kebun kecil. Aku dan kakek mengurusi tanaman itu mulai dari menyiram, memberi pupuk hingga menyemai.
Setelah itu kakek pamit untuk pergi bekerja, aku mengantarkan kakek sampai depan rumah dan melambaikan tanganku begitu kakek pergi. Setelah itu aku kembali ke halaman belakang rumah untuk menanam tanaman baru seperti di kehidupan sebelumnya yang ku jalani.
Tapi aku harus membersihkan rumput-rumput yang menjulang tinggi ini. Tapi tenang saja, karena Miller pasti akan datang ke rumahku setelah beberapa saat. Dia pasti datang untuk mengakui perbuatannya, dan saat dia datang aku akan memperlakukannya dengan baik, dan menjelaskan semuanya padanya.
Namun setelah beberapa jam berlalu, Miller tak kunjung datang ke rumahku. Aku merasa ada yang aneh, karena seharusnya dia datang ke rumahku. Aku menunggu satu jam lagi sampai akhirnya aku sudah menyelesaikan apa yang ku kerjakan disini.
Semua rumput-rumput liar yang menggangu itu sudah tidak ada, tanahnya sudah ku ganti dan bahkan sampai aku menanam benihnya sekalipun Miller tidak kunjung datang.
"Kenapa Miller tidak datang?" Gumamku sambil berpikir dengan heran.
Kemudian aku langsung memutuskan untuk langsung pergi ke rumah pamannya. Begitu aku sampai di rumahnya, aku di sambut oleh sepupunya, William. Wajahnya terlihat sangat ramah dan sangat sopan ketika berbicara denganku, ia memiliki suara yang khas tersendiri.
"Kau mencari Miller? Miller sudah lama tidak pulang ke rumah" ucapnya dengan raut wajah sedih.
Benar juga, di masa ini Miller sudah lama tidak pulang ke rumah pamannya dan lebih memilih tidur di luar. Aku lupa, jadi saat ini? Dimana Miller? Sebelumnya Miller ada dimana sebelum akhirnya ia datang ke rumahku waktu itu?.
"Apakah ada yang ingin kau tanyakan lagi?" Ucapnya yang wajahnya masih terlihat sedih.
"Tidak ada ..."
Kemudian tiba-tiba aku teringat sesuatu sebelum kematian di kehidupan keduaku. Aku ingat kalau saat itu Miller bilang sepupunya terasa sangat berbeda dari biasanya. Sifatnya seperti berubah total dari yang ia kenal, kalau begitu aku akan membantunya.
"Tunggu sebentar" ucapku sambil menahan pagarnya yang hendak ia tutup.
"Ada apa?" Ucapnya yang terlihat heran.
"Apa saat ini, kau sedang terlibat masalah?"
Tapi begitu aku berkata seperti itu padanya, jika seharusnya ia memang memiliki masalah, dan seseorang bertanya secara mendadak, seharusnya raut wajahnya berubah. Tapi ia terlihat tenang dan malah terlihat seperti tidak tahu apa-apa.
"Tidak ada? Memangnya ada apa?" Tanya William dengan heran.
Apa mungkin di waktu saat ini ia belum terlibat masalah?. Menurut asumsiku, mungkin ia akan terlibat masalah beberapa Minggu lagi setelahnya, yang pada akhirnya ia menjadi seperti apa yang dikatakan oleh Miller. Kalau begitu aku akan terus mengeceknya ke depannya, agar ia tetap menjadi orang yang baik seperti saat ini.
"Ah, baiklah kalau begitu ... Aku pulang dulu. Jika kau mendapatkan kabar Miller telah pulang, suruh dia datang ke rumahku ya" ucapanku sambil pergi meninggalkannya dan kembali ke rumah.
William memang orang yang baik, bahkan saat ku tanya dimana sepupunya, Miller. Raut wajahnya langsung berubah menjadi terlihat sedih, sepertinya dia benar-benar sangat peduli dan mengkhawatirkan sepupunya. Tapi ... Hal apa kira-kira yang membuat anak baik sepertinya berubah drastis seperti apa yang dikatakan oleh Miller?.
Aku bahkan belum sempat menemuinya, aku juga ingin lihat dan merasakannya seperti apa dirinya yang sifatnya berubah itu. Kalau sudah begini, lebih baik aku fokus terhadap hal-hal kecil yang bisa berubah atau merusak jalur takdir di masa depan. Aku ingin membuat semua orang berjalan di jalur yang terbaiknya masing-masing.