🏆 Juara 3 YAAW 2024 Periode 2🏆
"Permisi Mas, kalau lagi nggak sibuk, mau jadi pacarku?"
———
Daliya Chandana sudah lama memendam rasa pada sahabatnya, Kevin, selama sepuluh tahun. Sayangnya, Kevin tak menyadari itu dan malah berpacaran dengan Silvi, teman semasa kuliah yang juga musuh bebuyutan Daliya. Silvi yang tidak menyukai kedekatan Daliya dengan Kevin mengajaknya taruhan. Jika Daliya bisa membawa pacarnya saat reuni, ia akan mencium kaki Daliya. Sementara kalau tidak bisa, Daliya harus jadian dengan Rio, mantan pacar Silvi yang masih mengejarnya sampai sekarang. Daliya yang merasa harga dirinya tertantang akhirnya setuju, dan secara random meminta seorang laki-laki tampan menjadi pacarnya. Tak disangka, lelaki yang ia pilih ternyata seorang Direktur baru di perusahaan tempatnya bekerja, Narendra Admaja. Bagaimana kelanjutan kisah mereka?Akankah Daliya berhasil memenangkan taruhan dengan Silvi? Atau malah terjebak dalam cinta segitiga yang lebih rumit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HANA ADACHI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Makan Malam Kantor
Malamnya, Daliya dan Ren makan malam bersama tim marketing. Sesuai dengan suara tertinggi, Daliya memesan tempat di sebuah restoran steak yang cukup mahal. Kata rekan-rekannya, mumpung yang mentraktir adalah Direktur, harus dimanfaatkan semaksimal mungkin.
"Terimakasih atas traktirannya pak," Ujar salah satu karyawan wanita sambil membusungkan daddanya yang besar pada Ren. Sengaja sekali wanita itu membuka dua kancing atas kemejanya agar asetnya menyembul. Disaat-saat seperti ini memang waktu yang tepat bagi para karyawan wanita jomblo untuk mencuri-curi perhatian atasan, apalagi jika atasannya seganteng Ren.
Ren hanya tersenyum simpul. Ia bisa melihat kilatan mata menggoda dari para wanita yang ada di situ, tapi ia memilih untuk mengabaikannya dan bersikap biasa-biasa saja. Masalahnya hal seperti ini selalu terjadi dimanapun dirinya berada dan dia sudah sangat muak akan hal itu.
"Kalau boleh tahu, Pak Direktur umur berapa?" Dimulailah percakapan dengan menanyakan data diri Ren.
"Saya 29 tahun,"
"Wah! Masih muda banget ya! Sudah taken apa masih single nih Pak?" mulailah pertanyaan jebakan yang mengundang perhatian semua kaum hawa.
Ren tersenyum dan terdiam cukup lama, seperti dengan sengaja mengulur waktu. "Mau tau aja apa mau tau banget?"
"Ya ampun Pak, udah penasaran banget ini!"
"Ayolah Pak, kita kepo nih!"
Ren tertawa terbahak-bahak, menikmati seruan protes itu. "Saya jomblo," jawab Ren yang membuat para wanita bersorak. "Tapi saya masih pengen ngajak mantan saya balikan. Kami baru putus dua minggu yang lalu,"
Ucapan terakhir Ren membuat para wanita seketika menghela napas panjang. Ini sih namanya disuruh menyerah duluan sebelum berperang!
Berbeda dengan yang lainnya, Daliya justru terpaku dengan ucapan Ren barusan. Mantannya yang putus dua minggu lalu? Daliya mulai menghitung hari pertamanya bertemu dengan Ren.
Itu kan aku?
"Daliya! Daliya!" seruan Hani membuat Daliya sontak menoleh. "Itu gelas Lo udah penuh sampai tumpah-tumpah!"
Daliya melihat ke arah yang ditunjuk Hani, dan ia terperanjat kaget saat menyadari air yang ia tuangkan ke gelas sudah meluap kemana-mana. Daliya buru-buru bangkit dari duduknya, mengelap celananya yang basah dengan tisu.
"Kamu nggak apa-apa?" Ren yang duduk di sebelahnya bertanya khawatir, ia mengulurkan sapu tangannya pada Daliya. Daliya menerimanya sambil mendapatkan tatapan tajam dari rekan-rekan wanitanya.
"Sa-saya permisi ke toilet dulu," ujar Daliya sambil berjalan agak terburu-buru menuju toilet.
"Daliya, kamu ceroboh banget sih," omel Daliya pada dirinya sendiri. Untunglah air yang tumpah ke celananya adalah air mineral, jadi tidak meninggalkan noda di sana. Hanya saja Daliya perlu menunggu beberapa lama sampai celananya benar-benar kering.
Setelah dirasa celananya aman, Daliya keluar dari toilet dan kembali ke meja tempat rekan-rekannya berkumpul. Tidak ada Ren di sana, entah kemana perginya. Daliya beranjak hendak menghampiri mereka sampai..
"Mbak Daliya itu kalau dilihat-lihat caper banget ya," suara itu milik Andin, junior satu tahun di bawah Daliya. "Sengaja banget numpahin air minum biar diperhatiin sama Pak Direktur,"
Ups, ternyata mereka sedang membicarakan dirinya. Daliya reflek memundurkan langkah dan bersembunyi di balik tembok.
"Curi-curi kesempatan buat deket-deket sama Pak Direktur pula. Hih! Dia pasti sengaja deh minta dijadiin asisten sementara!" terdengar suara dari Andin lagi.
"Bukannya asisten sementara yang milih Pak David ya?" Tanya salah satu karyawan baru.
"Ya kan minta rekomendasi nya dari Bu Hani. Mbak Daliya sama Bu Hani kan bestie!" jawab Andin dengan yakin. "Memangnya kalian nggak merasa aneh, kenapa Mbak Daliya yang baru kerja tiga tahun langsung jadi asisten manajer?"
"Emangnya kenapa tuh?"
"Ya pasti karena kekuatan orang dalam, lah!"
"Masa sih?"
"Denger-denger doi sama Kepala HRD pernah ngamar bareng sebelum ke Lumiere!"
"Buset! Sugar baby dong!"
Daliya menghela napas panjang mendengar semua omong kosong itu. Sekarang pembahasannya sudah melebar kemana-mana. Sebenarnya Daliya bukan tipe orang yang mempermasalahkan kalau dirinya jadi bahan gosip orang lain. Tapi, yang mereka bicarakan sekarang bukan gosip lagi, jatuhnya sudah fitnah!
Daliya beranjak dari tempat persembunyiannya, ia ingin memberikan pelajaran yang jelas kepada para juniornya itu. Tapi, sebelum langkahnya sampai ke meja, ia melihat Hani sudah berdiri di sana.
"Coba ulangi lagi ucapan kamu tadi di depan saya," ujar Hani dengan menatap tajam Andin. Andin seketika terdiam. Wajahnya pucat dan ia terlihat menelan ludahnya gugup.
"M-maksudnya yang mana ya Bu?"
"Harus saya ulangi lagi biar kamu inget?" Hani memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, membuatnya terlihat keren sekaligus galak. "Soal Daliya yang minta ke saya buat jadi asisten direktur sementara dan juga soal Daliya yang ngamar bareng Kepala HRD. Ulangi semuanya,"
Andin menundukkan kepala. Begitu juga para junior wanita yang asyik bergosip bersamanya tadi.
"Hey Andin, kamu kira semua orang itu kaya kamu? Yang butuh bantuan orang dalam buat masuk ke Lumiere?" Hani mendekatkan wajahnya pada Andin dan berbisik di telinga gadis itu. "Lo pikir Gue nggak tahu hubungan Lo sama manajer sebelumnya?"
Wajah Andin langsung memerah mendengar ucapan Hani. Hani tersenyum puas. Ia lalu mengangkat kepalanya dan memandang semua bawahannya di sana.
"Kalian kan anak baru ya, jadi jangan mudah terpengaruh sama omongan orang. Kalau kalian mau jadi kaya Daliya, kerja yang bener! Jangan kebanyakan gosip! Daliya itu meskipun baru kerja tiga tahun, tapi dia sangat kompeten, kerjanya bagus! Saya merekomendasikan dia sebagai asisten direktur sementara karena memang dia mampu! Nggak kaya kalian yang kerjanya ngomongin orang doang!"
Semua kepala langsung tertunduk mendengar ucapan tegas Hani. Sementara itu Daliya memandang semuanya dari kejauhan sambil tersenyum penuh haru.
"Ternyata kamu punya teman yang baik ya,"
Daliya terperanjat karena tiba-tiba ada suara pria di belakangnya. Ia menoleh dan terbelalak kaget. "Ren? Eh maksud saya, Pak? Ngapain di sini, dan sejak kapan?"
"Saya keluar dari toilet dan lihat kamu berdiri di sini. Saya penasaran kamu lagi ngapain. Eh ternyata ada tontonan menarik,"
Daliya menghela napas jengkel. "Seneng ya ngeliatin saya diomongin yang nggak-nggak sama orang?" ujarnya sambil mengerucutkan bibir.
"Lucu aja," Ren tertawa kecil. "Masa kata mereka kamu sengaja cari perhatian sama saya, padahal kan saya yang lagi cari perhatian kamu,"
"Hah?" Daliya langsung diam terpaku dengan mulut ternganga. Ren tersenyum dan mengangkat tangannya menyentuh dagu Daliya.
"Jangan mangap-mangap, ntar ada lalet masuk," ucap Ren sambil mengangkat dagu gadis itu. Setelah melakukan hal itu, ia pergi begitu saja meninggalkan Daliya.
"Curang banget," Daliya memegang daddanya sendiri, mencoba menenangkan jantungnya yang berdegup cepat. "Setelah bikin aku jantungan, dia pergi begitu saja?"
tulisannya juga rapi dan enak dibaca..
semangat terus dlm berkarya, ya! 😘
ujian menjelang pernikahan itu..
jadi, gausah geer ya anda, Pak Direktur..