Dibesarkan dari bayi, oleh seorang pemulung yang menemukannya di tumpukan sampah, dan dia dihina dengan tetangganya karena hidup miskin bersama orang yang menemukannya. dan dia juga di anggap anak haram karena mereka menganggap orang tuanya malu saat melahirkannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Kubur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
...
" makanya kalau kerja jangan kamu sumpal terus tuh telinga, biar tahu ada orang yang datang." melisa menunjukan gigi putihnya pada kiran saat mendengar ucapan kiran.
" oh iya mel ini kenalin sahabat aku di desa, namanya Asyifa, tapi dia biasa dipanggil sifa." lanjut kiran mengenalkan sifa pada melisa. sifa dan melisa berjabatan tangan.
" hai aku sifa, kenal bisa kenal sama kamu." ucap sifa, melisa mengangguk dan menjawab.
" saya melisa non, saya biasa di panggil meli sama tuan dan nyonya."
" panggil aja sifa, gak usah pake non, biar sama kaya kiran." melisa menatap kiran meminta persetujuan. kiran mengangguk sebagai jawaban setuju.
" baik sifa. tapi ada apa kalian kesini, apa cariin aku.?" jawab melisa dan bertanya pada mereka.
" iya ada yang ingin aku bicarakan sama kamu." melisa mengernyit mendengar ucapan kiran. sedangkan sifa yang sudah tahu hanya diam, dan membiarkan kiran sendiri yang menjelaskan pada melisa niatnya.
" aku mau beliin kamu Hp baru, tapi Hp lama kamu buat aku." lanjut kiran, sedangkan melisa tidak paham dengan ucapan kiran dan dia hanya diam.
" huff.. jadi gini mel.." kiran pun menjelaskan maksud tujuannya. melisa mengangguk mendengarkan ucapan kiran.
" tapi gak usah beliin yang baru ran, bekas aja." ucap melisa setelah kiran selsai dengan ceritanya.
" udah kamu nurut aja, anggap aja ini hadiah dari kita, iya kan fa." jawab kiran meminta dukungan dari sifa dan sifa pun mengangguk, sedangkan melisa hanya mengembuskan nafas panjang, karna tidak berani menolak keinginan kiran.
" iya udah deh, aku nolak juga kamu pasti bakal maksa." jawab melisa lirih, kiran dan sifa tersenyum mendengarnya.
" iya udah nanti malam kita beli Hp baru buat kamu. dan kamu gak usah bawa Hp lama kamu, tinggal aja, salin nomer yang ada Di Hp itu dulu, sebelum kita pergi, biar nanti tinggal pasang sekalian di Konternya." melisa mengangguk dan meminta izin menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda sebelum melakukan perintah kiran.
kiran dan sifa kembali ke bawah untuk menemui bu anggun dan pak perabu. ternyata disana sudah ada dokter romi.
" masih muda ya ran dokternya, aku kira udah tua." bisik sifa pada kiran, mereka terus menuruni anak tangga dan menatap ke arah pak perabu, bu anggun, dan dokter romi yang sedang duduk disofa. jantung kiran tiba tiba berdetak kencang saat mengingat tentang Tes DNA.
bu anggun dan pak perabu melihat kiran dan sifa yang sedang menuruni tangga pun tersenyum. sedangkan dokter romi hanya diam karena belum mengenal mereka berdua.
" cepat sayang sini kita lihat hasil tes DNA kita." bu anggun sudah tidak sabar untuk melihat hasilnya, sedangkan kiran semakin gugup. sifa yang mengerti keadaan kiran pun menenangkannya dengan cara mengelus punggung kiran dan berbisik ditelinga kiran.
" apa pun hasilnya, kamu harus terima, kamu jangan buat mamah bersedih, dia sepertinya benar benar tulus sayang sama kamu dan benar benar menganggap kamu seperti anak kandungnya." bisik sifa, kiran pun tersenyum dan lebih tenang perasaannya setelah mendengar bisikan dari sifa.
" baiklah sekarang papah buka ya." ucap pak perabu saat kiran dan sifa sudah duduk didepan mereka, sedangkan dokter romi memilih berdiri memberi ruang untuk kiran dan sifa.
dengan perlahan pak perabu mengeluarkan kertas dari dalam amplop coklat besar pemberian dokter romi.
detak jantung kiran semakin cepat saat isi dalam amplop sudah terlihat, sedangkan sifa menggenggam tangan kiran agar tidak terlalu tertekan.
bu anggun dan pak perabu menangis haru saat isi amplop sudah sepenuhnya keluar, karna hasil dari tes DNA kiran dan bu anggun memiliki kecocokan 99%
" sayang kamu ternyata beneran darah daging mamah yang selama ini mamah rindukan, Ya Allah terima kasih sudah mempertemukan kita." ucap bu anggun dengan cepat memeluk kiran yang ada didepannya. sedangkan kiran menerima kertas yang disodorkan oleh pak perabu, tetapi kiran terlihat bingung.
" ini bagian pentingnya non, disini hasil menunjukkan jika DNA anda dan nyonya sangat cocok, bahkan sampai 99% hasil yang dikeluarkan." dokter romi pun menjelaskan dan menunjuk ke poin penting yang ada di kertas yang sedang dipegang kiran.
sedangkan kiran yang tadi bingung langsung membalas pelukan bu anggun, karna dia tidak menyangka akan dipertemukan kembali dengan kedua orang tuanya.
sifa pun ikut terharu melihat pemandangan yang ada didepannya, dia pun ikut memeluk kiran dan bu anggun, sedangkan pak perabu hanya diam tidak bisa mengucapkan sepatah kata setelah melihat hasil tes DNA dari dokter romi.
.
senja langit sore kini telah berganti dengan langit malam, kiran dan sifa sedang menunggu melisa yang masih bersiap, karna melisa baru selsai melakukan Sholat Isya, setelah pekerjaannya selsai.
" sayang kamu jadi beliin melisa HP.?" tanya bu anggun yang baru saja tiba diruang tamu. dan melihat kiran dan sifa yang sudah cantik dengan dandanan yang sederhana.
" iya mah, ini lagi nungguin meli." jawab kiran, dan bu anggun mengangguk dia ikut mengobrol dengan kiran dan sifa, dan tidak lama pun melisa datang dengan makeup natural dipadu dengan kemeja biru laut dan celana jins hitam ketatnya. kiran dan sifa yang melihat melisa pun terlihat kagum dengan kecantikan yang dimiliki melisa.
" kamu cantik mel kalau gak lagi pake baju ART dan pakai make up gini." ucap kiran memuji kecantikan melisa, sedangkan melisa terlihat malu malu saat mendengar pujian dari kiran.
" ah kamu ran bisa aja, lagian masih kalah jauh cantiknya sama kamu, ayok kita pergi sekarang, nanti kemalaman loh pulangnya." jawab melisa, dan mengalihkan obrolannya agar kiran tidak lagi memujinya.
" iya ayok. mah kita pamit dulu ya." jawab kiran dan berpamitan pada bu anggun dengan mencium takzim tangan bu anggun, di ikuti oleh sifa, sedangkan melisa hanya menunduk kan kepala sebagai tanda pamitnya.
" hati hati dijalan, kalau ada apa apa cepat hubungi mamah." kiran dan sifa mengangguk mendengar ucapan bu anggun.
" ya udah mah kita pergi dulu, Assalamualaikum.."
" iya Waalaikumsalam." bu anggun menatap ketiga wanita cantik yang sedang berjalan kearah pintu dengan senyuman yang terus ditampilkannya.
" kiran sama sifa nya mana mah.?" pak perabu yang baru datang dan berucap tiba tiba membuat bu anggun kaget dibuatnya.
" barusan pergi pah. papah lain kali minimal kalau jalan kasih suara kek, biar mamah gak kaget." jawab bu anggun dengan mengelus dadanya, sedangkan pak perabu hanya tersenyum menanggapi ucapan bu anggun.
" emang papah mau apa cari kiran.?" tanya bu anggun kembali setelah mereka duduk disofa.
" mamah mau kasih ini mah." ucap pak perabu mengeluarkan Black Card yang baru kemaren dia buat khusus untuk kiran. sedangkan bu anggun mengernyit melihatnya.
" kan kiran udah punya, kenapa papah kasih lagi.?"
" kan yang ada di kiran punya mamah, sedangkan ini papah buatin baru kemarin jadi buat kiran."
" terus punya sifa mana, dia sekarang juga anak kita loh pah, jangan bedain dia dan anggap dia juga seperti kiran anak kandung kita."
" besok papah minta buatin lagi mah, kan ini juga papah buatin untuk kiran sebelum sifa datang, kalau dia datang barang kiran ya pasti papah buatin sekalian."
Bersambung...