Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13
Arsen bangun dari tidurnya di saat hari sudah malam. Dia membuka selimutnya lalu duduk di tepi ranjang. Kemudian dia ambil kertas yang ada di atas meja.
Gue mau cari kerjaan dulu. Kalau lo lapar masih ada lauk dan nasi di dapur. Lo makan dulu aja. Mungkin gue makan di luar.
Arsen menghela napas panjang lalu meregangkan otot-ototnya. Badannya sekarang sudah terasa lebih enak, rasa sakit di pinggangnya juga sudah hilang.
"Ampuh juga pijatan Naya. Baru pijatannya aja udah bikin ketagihan gimana kalau yang lainnya." Arsen kembali merebahkan dirinya lagi di atas ranjang. Dia tatap langit-langit kamarnya sambil membayangkan Naya. "Andai kita bisa menjadi suami istri beneran. Kayaknya gue juga harus kerja biar gue benar-benar jadi seorang suami."
Kemudian Arsen turun dari ranjang dan mengambil ponselnya. Kali ini dia akan menerima tawaran Virza untuk bekerja di bengkelnya.
Setelah itu, dia memakai bajunya dan berjalan menuju dapur. Dia melihat beberapa jemuran yang masih menggantung di halaman belakang. Dia mengambil jemuran itu lalu memasukkannya ke dalam keranjang. Dia bawa masuk lalu melipatnya di dalam kamar.
"Seumur-umur baru kali ini gue lipat baju. Biarin deh gak rapi nanti juga di setrika sama Naya."
Arsen tersenyum saat menemukan dalaman Naya. "Segini." Dia justru menggelar dalaman itu dan menangkupnya dengan kedua tangannya. "Lumayan, size 34."
Kemudian Arsen menepuk jidatnya sendiri dan menepikan dalaman itu. "Astaga otak gue kotor banget sekarang."
Sampai dia selesai melipat baju, Naya belum juga pulang ke rumah. Akhirnya Arsen mengambil ponselnya dan menghubunginya. "WA nya kok gak aktif? Pasti gak punya kuota nih."
Kemudian Arsen meletakkan ponselnya di atas meja. "Kenapa gue jadi khawatir gini sama Naya."
...***...
Setelah menemui pemilik rumah makan itu, Naya sudah diperbolehkan untuk bekerja paruh waktu mulai besok hari. Dia sangat bersyukur, akhirnya dia mendapatkan pekerjaan.
Naya kini keluar dari rumah makan itu dan menghampiri Rani yang sedang mengobrol dengan Rangga.
"Nay, lo pulang sama siapa?" tanya Rani.
"Pakai ojek online aja. Makasih ya, lo udah nemenin gue."
"Iya, sama-sama. Ya udah, gue duluan ya. Gue juga udah pesan ojol." Rani meninggalkan Naya saat driver-nya sudah sampai.
Naya kini mengambil ponselnya tapi ternyata ponselnya lowbath. "Gimana gue pesen ojol nih?"
"Nay," panggil Rangga yang kini berdiri di sebelahnya.
Naya hanya menggigit bibir bawahnya. Kali ini apa yang akan dikatakan Rangga?
"Kalau boleh tahu, kenapa kamu butuh pekerjaan?" tanya Rangga.
"Hmm, itu gue dihukum sama Papa."
Rangga kini melihat Naya yang sedang berusaha menghidupkan ponselnya tapi tidak bisa. "Udah malam. Aku antar ya?"
Naya hanya terdiam tidak mengiyakan tawaran Rangga.
"Aku carikan ojek saja ya?" tawar Rangga lagi.
Naya akhirnya menganggukkan kepalanya.
Setelah mendapat persetujuan dari Naya, Rangga mencari ojek untuk Naya agar Naya tidak perlu menunggu lagi.
Tak butuh waktu lama Rangga kembali bersama tukang ojek perempuan.
"Mau kemana mbak?" tanya tukang ojek itu.
"Ke jalan Tenaga."
Mendengar hal itu, seketika Rangga menatap kepergian Naya. Rasanya dia semakin penasaran dengan kehidupan Naya saat ini. Dia tahu betul, rumah Naya bukan di jalan itu.
"Apa Naya sekarang kos sendiri di sana? Waktu itu aku juga bertemu Naya di daerah itu," gumam Rangga.
...***...
Setelah sampai di depan rumahnya, Naya turun dari motor dan mengambil uangnya.
"Udah dibayar sama Mas yang tadi Mbak." tolak tukang ojek itu.
"Loh, beneran?"
"Iya."
"Makasih ya Mbak."
"Iya, sama-sama."
Setelah itu Naya masuk ke dalam rumahnya yang ternyata tidak terkunci. Dia melihat Arsen yang sedang duduk sambil menonton televisi.
"Kok sampai malam?" tanya Arsen sambil menekan remote dan mematikan televisi. Pertanyaannya sudah seperti seorang suami yang posesif.
"Iya, nunggu rumah makannya tutup dulu. Gue besok udah mulai kerja." kata Naya sambil berlalu.
Arsen mengikuti langkah Naya masuk ke dalam kamar. "Bentar lagi gue juga kerja. Lo gak usah kerja."
"Gue juga butuh uang buat jajan. Gak mungkin gue terlalu berharap sama lo." Naya meletakkan tasnya lalu melepas cardigannya.
"Lo kerja dimana?" tanya Arsen.
"Di rumah makan, tempatnya Rangga kerja."
Seketika Arsen memutar tubuh Naya. "Lo kenapa kerja di tempat Rangga?"
"Ya karena hanya ada lowongan kerja part time di tempat Rangga aja."
"Nggak! Lo gak boleh kerja di sana?"
"Kenapa?" tanya Naya. Dia kini menatap Arsen.
"Ya karena di sana ada Rangga. Gue gak mau lo dekat sama Rangga."
Naya tertawa sumbang lalu duduk di dekat meja belajarnya dan melihat mata pelajaran buat besok. "Kenapa? Kayak kita beneran suami istri yang saling mencintai aja. Di antara kita itu gak ada cinta."
Arsen tak menimpali perkataan Naya lagi. Dia kini keluar dari kamar dan kembali duduk di sofa.
"Duh, baru tahu kalau cowok juga ngambekan." Setelah Naya merapikan bukunya dia kini keluar dari kamar dan melihat Arsen yang sudah merebahkan dirinya di sofa lalu dia menuju dapur untuk mengecek apakah Arsen sudah makan lalu menghitung jumlah obat yang sudah diminum Arsen.
"Udah makan tapi kenapa obatnya gak diminum juga." Naya mengambil segelas air putih dan obat lalu membawanya ke ruang tamu.
"Minum obat dulu." Naya meletakkan obat dan gelas di atas meja.
"Gue udah enakan." Arsen justru memutar tubuhnya memunggungi Naya.
"Arsen, tapi lo harus tetap minum obat sekali lagi." Naya menarik tangan Arsen agar memutar tubuhnya lagi. "Ayo dong, jangan kayak anak kecil gini."
Akhirnya Arsen memutar tubuhnya lalu menarik tangan Naya hingga Naya kini jatuh di atas tubuhnya.
"Arsen!" Naya akan bangun tapi Arsen menahan tubuhnya. "Ar."
"Nay, apa lo masih cinta sama Rangga?"
"Kenapa lo tanya gitu? Itu privasi."
Arsen semakin menatap dalam kedua mata Naya. Satu tangannya kini berpindah ke tengkuk leher Naya lalu dia mencium bibir itu lagi.
Naya berusaha menghindar tapi tangan Arsen semakin kuat menahannya. Dia merasakan bibirnya telah basah. Sentuhan bibir Arsen yang lembut seolah membawanya terbang melayang. Untuk sesaat Naya tidak mengelaknya, dia justru menikmatinya.
Dia baru tersadar saat Arsen melepas pagutannya dan tersenyum menatapnya. "Second kiss?"
Pipi Naya seketika merona. Dia kini melepas tangan Arsen dan turun dari tubuh Arsen. "Jangan cium-cium lagi. Cepat minum obat lalu tidur. Lo tidur di kamar aja, jangan di sini." Naya menghentakkan kakinya lalu berjalan masuk ke dalam kamar.
Arsen masih saja tersenyum. "Yang pertama kena tendang, tapi yang kedua udah pasrah. Belum ketiga, keempat dan seterusnya." Arsen kini duduk dan mengambil segelas air putih itu lalu meminum obatnya.
.
💕💕💕
.
🤭
Like dan komen ya...
Btw salut buat Arsen krn dah berani jujur.
Wah....