Niatnya kabur dari rumah dan memilih berpetualang sendiri, membuat Josceline harus berurusan dengan pria menyebalkan bernama Damian.
Celine sama sekali tak tahu jika dia telah berurusan dengan seorang Mafia kejam. Bagaimana kisah mereka nantinya? Simak kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Di Mana Aku?
Di San Fransisco, Jack baru saja menerima laporan dari Sebastian jika dia kehilangan jejak Celine karena tiba-tiba saja Celine pergi dengan Damian menggunakan Jet pribadinya.
"Damian siapa maksudmu yang membawa adikku?" tanya Jack tegas.
"Damian Roberto, Tuan. Dia yang membawa nona muda pergi."
"Damian Roberto?" beo Jack. Jack langsung mematikan sambungan telepon dan menyalakan tabletnya.
"Ada apa, Jack?" tiba-tiba suara seorang perempuan membuyarkan pikiran pria itu. Jack tersenyum dan menarik perempuan itu untuk duduk di pangkuannya.
"Kata Sebastian, Celine menghilang dia tidak bisa mengawasi gadis nakal itu karena dia tiba-tiba pergi dengan pria yang baru dijumpainya, naik pesawat."
"Jadi maksudmu, Celine kabur dari pengawasan Sebastian?"
"Ya, seperti itulah."
"Lalu bagaimana?"
"Aku akan melacaknya."
"Apa anak-anak sudah tidur?" tanya Jack.
"Sudah. Aku tidak mungkin meninggalkan mereka jika mereka belum tidur, Jack." Jack tersenyum dan lalu memagut bibir wanita itu dengan lembut.
***
Celine baru saja dipindahkan ke ruang perawatan. Damian masih setia berada di samping gadis itu. Bahkan kini Damian sedang berbaring di samping Celine dan memeluk gadis itu dengan erat.
"Maafkan aku, Baby. Aku tidak menjagamu dengan baik. Lagi-lagi aku membiarkan dirimu dalam masalah besar," ujar Damian.
Dia sangat merutuki kebodohannya. Seharusnya dia lebih waspada. Padahal Celine juga sudah mengingatkannya mengenai pengintai itu.
Cukup lama Damian hanya memeluk Celine tanpa memejamkan matanya. Celine melengguh dan membuka matanya perlahan. Damian langsung menegakkan tubuhnya.
"Kau sudah sadar, Baby?" Damian mengelus pipi Celine.
"Di mana aku?" tanya Celine dengan nada suara lemah.
"Kau ada di rumah sakit. Maafkan aku. Aku tidak melindungimu dengan baik."
"Bukan salahmu. Ini adalah kesialanku."
"Bagaimana? Apa kau berhasil menangkap salah satu dari mereka?" tanya Celine.
"Ya, aku berhasil menangkap orang yang membiusmu."
"Baguslah." Celine kembali memejamkan matanya. Kepalanya terasa begiu sakit. Mungkin itu efek dari obat bius yang dia hirup.
"Apa kau pusing?" tanya Damian.
"Hmm, ya. Rasanya kepalaku sakit sekali."
"Aku akan panggilkan dokter untukmu."
"Tidak perlu, ini sudah terlalu malam. Sebentar lagi pagi. Sebaiknya kita tidur saja."
"Jika itu maumu, baiklah."
Damian kembali merebahkan tubuhnya dan memeluk Celine. Celine kembali terlelap, namun tidak dengan Damian. Pria itu terus terjaga dan menyalahan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpa Celine.
Pagi menjelang, Mateo datang untuk melihat kondisi Celine. Namun, saat membuka pintu ruangan gadis itu, Dia justru disuguhi pemandangan yang cukup romantis. Celine dan Damian tidur saling berpelukan. Mateo lagi-lagi mengambil foto Celine dan Damian, lalu dia mengirimkan foto itu pada bibinya. Dia yakin bibinya pasti akan sangat bahagia melihat foto itu.
Mateo akhirnya mengurungkan niatnya untuk masuk. Dia akan menunggu di luar sampai kedua insan itu terbangun sendiri dari tidurnya.
Mateo tersenyum saat mendapat balasan dari ibu Damian. Ternyata wanita yang kini usianya 53 tahun itu sangat mengharapkan putranya untuk segera menikah.
Damian membuka matanya, dia tersenyum saat melihat Celine meringkuk di dalam pelukannya. Damian mengusap rambut Celine dan mengecupnya lembut.
"Good morning, Baby."
"Morning Dam, jangan mengusikku. Biarkan aku seperti ini sebentar lagi."
"Baiklah, tidurlah sepuasmu, Nyonya. Aku tidak akan mengganggu, tapi infusmu sepertinya tidak mengalir dengan baik."
"Biarkan saja."
Celine tak lagi melanjutkan ucapannya. Dia kembali terlelap memeluk tubuh Damian yang perlahan akan menjadi candu bagi Celine kelak kedepannya.
Seorang dokter pria muda dan perawat hendak masuk ke ruang rawat inap Celine. Namun, Mateo menghadang mereka.
"Maaf, Tuan. Kenapa Kau menghalangi langkah kami?"
"Aku tidak menghalangi kalian, tapi bisakah kalian menunggu sebentar. Tadi wali pasien mengatakan tidak mau diganggu karena pasien masih tertidur. Aku akan masuk dulu dan memberitahunya. Aku khawatir kalian akan terkejut saat masuk ke dalam. Tunggu sebentar."
Mateo masuk ke ruang perawatan Celine. Kedua tenaga medis itu saling melempar tatapan dan mereka lalu sama-sama mengendikkan bahunya.
"Bangun, Damian. Ada tenaga medis yang akan mengecek kondisi Celine."
Baik Celine dan Damian seketika membuka mata. Damian berdecak kesal karena merasa terganggu. Namun, dia juga tak mau menghalangi tim medis untuk memeriksa kondisi Celine saat ini.
"Setelah ini aku akan ke tempat kakakku, aku tidak bisa menunggu lagi. Terima kasih sudah menampungku untuk beberapa hari ini, Damian."
"Apa yang kau katakan. Kau pikir aku akan melepaskanmu begitu saja? Itu tidak akan terjadi, Baby."
"Kau akan habis dihajar kakakku, Dam."
"Aku tidak peduli. Yang jelas aku akan menemanimu menemui kakakmu," ucap Damian bersikukuh."
"Ya sudah, terserah dirimu. Yang penting aku sudah mengingatkanmu, Dam."
...****************...