Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 29. Pulang Sekolah
...Diri ini begitu menyukaimu, bahkan mungkin amat mencintaimu. Namun, mengapa takdir seolah begitu memaksakan lunturnya perasaanku padamu?...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
"Niara, udah! Mending kita pergi aja dari sini. Kak Andin gak salah kok, tadi Ratu gak lihat jalan makanya jatuh. Kita pergi, yuk!" ajak Ratu lantaran sudah merasa begitu malu.
"Cih, pengecut," cibir Andin melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ngehina diri sendiri lo?" sahut seseorang membalas cibiran Andin.
Mereka serempak menoleh mendapati seseorang tengah bersandar pada dinding sembari melipatkan kedua tangannya di depan dada. Seseorang itu lantas menyeringai ingin menunjukkan aura seramnya, namun justru terlihat begitu mempesona di wajahnya. "Mulai sekarang lo angkat kaki dari sekolah ini dan sebelum itu lo harus minta maaf sama dia. Jangan pernah kembali ke sekolah ini lagi!"
"Enak aja lo bilang, emangnya lo siapa bisa ngeluarin gue seenak jidat lo, hah!? Lo kira lo anak yayasan di sekolah ini? Jangan mimpi lo Liam!" ketus Andin mengangkat kedua dagunya berlagak begitu sombong.
"Kalau emang gue anak yayasan sekolah ini lo mau apa, hah!?" Liam menaik turunkan alis tebalnya.
Andin tampak terdiam sejenak sebelum akhirnya ia kembali bicara. "Apa buktinya? Selama ini gue gak pernah denger berita kalau lo anak dari yayasan sekolah ini. Lo gak udah ngadi-ngadi, deh! Bilang aja kalau lo suka sama nerd girl kampungan itu makanya lo datang berlagak pahlawan."
"Ya, gue akui gue emang suka sama Ratu. Tapi itu bukan alasan kenapa gue mau keluarin lo dari sekolah ini. Gue sengaja mau keluarin lo dari sini, itu semua karena ulah lo! Makin lama tingkah lo makin menjadi. Lo gak pantas ada di sekolah terhormat ini dan akan lebih baik kalau lo keluar dari sekolah mulai detik ini juga!" pungkas Liam.
Mendengar itu wajah Ratu tampak syok. Ia tidak menyangka jika Liam menyukai dirinya, ia hanya mengira jika Liam mendekatinya semata-mata hanya karena dirinya adalah adik kelas Liam. Sama halnya dengan Meyla yang juga terkejut mendengarnya.
Berbeda dengan Niara dan Alisya. Sedari awal Niara memang sudah tahu jika Liam menyukai Ratu semenjak hari pertama MOS. Berbeda pula dengan Alisya yang hanya diam menyaksikan perdebatan kedua seniornya. Ia malas terlebih dirinya paling benci dengan kisah cinta, bisa dikatakan ia paling anti dengan berbau cinta.
"Apa hak lo? Kalau lo gak ada bukti jangan seenaknya ngeluarin orang, dong!" protes Andin.
Liam merogoh ponselnya dari saku celana kemudian menelepon seseorang entahlah siapa. Ia menekan speaker-nya agar bisa terdengar lebih jelas.
"Ada apa Liam? Kenapa menelepon Papa? Apa ban motor kamu kempes? Atau bocor kena paku? Atau mesin mendadak mati? Atau jangan-jangan bensin kamu habis lagi? Nanti Papa suruh Om kamu buat nyusulin kamu, Papa tutup dulu banyak kerjaan, nih!" Suara serak khas seorang lelaki paruh baya terdengar begitu jelas di telinga mereka.
Mendengar itu Ratu beserta ketiga sahabatnya berusaha menahan tawa, sedangkan Andin sudah tertawa begitu lepasnya. Liam yang menyadari itu berusaha menutupi rasa malunya, terlebih Ratu pun mendengarnya dengan jelas. Nama Liam rusak sudah di mata Ratu.
Mungkin membingungkan karena Liam pernah menceritakan pada Ratu jika ia membenci sang Papa karena Papanya lebih memilih bersama orang lain, 'kan? Usai mendengar nasihat Ratu, Liam merenungkan dirinya. Ia pun mencari tahu alasan apa yang dilakukan oleh sang ayah. Rupanya sang ayah hanya terpaksa melakukan itu demi keluarganya, demi perusahaannya juga.
Sang ayah dijebak dan diancam akan menghancurkan keluarganya dan perusahaan jika menolak anak dari kolega bisnisnya. Ia sengaja masuk ke perangkap untuk bisa mencari bukti kebusukan kolega bisnisnya itu. Namun, Papa Liam tak sebodoh itu. Dalam diam ia menjebak balik dan berhasil menjebloskan kolega bisnisnya itu ke penjara. Semenjak itulah hubungan ayah dan anak itu kembali membaik, bahkan kini Papa Liam membawa Mama Liam ke luar negeri untuk berobat.
Kembali pada Ratu dan yang lain. Kini Liam tampak kikuk. "Pa, bukan itu, Pa. Liam mau minta tolong sama Papa," cicit Liam sedikit menurunkan volume teleponnya.
"Kamu mau minta tolong apa? Jangan bilang kamu minta tolong ngerawatin kucing jalanan lagi. Nak, Papa itu kerja di kantor dari pagi sampai malam masa Papa ke kantor bawa anak kucing. Kalau dia kencing sama berak gimana? Masa iya dikasih popok, nanti kantor Papa berubah nama jadi 'Panti Asuhan Kucing Jalanan', gimana?" lontar Papa Liam.
"Papa jangan ngelawak, Pa. Liam malu banget di sini." Rasa malu dalam diri Liam tidak lagi bisa ia bendung, rasanya ia begitu malu saat ini.
"Papa gak ngelawak, Nak. Biasanya kamu, 'kan, sering minta Papa rawatin anak kucing yang kamu temuin di jalanan. Sekarang katakan mau minta tolong apa?" tanya Papanya.
"Pa, Liam mau laporin kalau anak yang namanya Andin anak kelas XII IPS 1 mem-bully adik kelas, Pa. Liam mau kalau dia dikeluarkan dari sekolah sekarang juga, Liam gak mau nama sekolah ini tercemar," bebernya.
"Haduh, kenapa bisa ada pem-bully-an di sekolah tercinta? Pokoknya Papa akan perketat lagi peraturan sekolah, kalau masih ada yang suka nge-bully langsung lapor Papa nanti akan Papa keluarkan dari sekolah dan Papa pastikan dia tidak akan diterima di sekolah mana pun!" tegas Papa Liam.
"Papa matikan dulu, ya? Banyak kerjaan yang harus Papa kerjain, nih! Sampai jumpa anak kesayangan Papa," pamit Papanya kemudian telepon pun tertutup sepihak.
"Lo denger, 'kan? Karena gue masih maafin lo, gue cuma keluarin lo dari sekolah ini. Kalau lo masih mau sekolah silakan cari sekolah yang lain, sekolah yang mau nerima cewek tanpa tata krama kayak lo!" Liam memasukkan kembali ponsel ke dalam sakunya ia kemudian mendekati Ratu.
Liam membelai rambut Ratu lembut membuat Andin semakin membenci Ratu. Gadis itu lantas pergi meninggalkan lokasi dengan perasaan kesal. Rasa dendamnya semakin membara membakar hati sucinya.
"Gue gak akan biarin lo tenang. Tunggu pembalasan gue!" gumam Andin.
Ratu terdiam, degup jantungnya semakin cepat. Tidak, bukan karena dirinya merasa baper akan sikap Liam yang begitu baik kepadanya melainkan karena janjinya kepada Raja. Ia sudah berjanji tidak akan berdekatan dengan seorang cowok selain Raja seorang.
"Kak, m-makasih. Ratu permisi dulu, ya? Ratu mau pulang," pamit Ratu dengan gugup.
Ratu hendak melangkah meninggalkan Liam disusul dengan ketiga sahabatnya, namun dengan cepat Liam menahannya. Liam mencekal lengan Ratu lalu memeluknya begitu erat.
"Kak? Kakak ngapain peluk Ratu?!" teriak Ratu spontan.
"Please, izinin gue peluk lo untuk pertama dan terakhir kalinya." Liam kemudian melepas pelukannya sembari menatap lekat manik mata cokelat Ratu. Ketiga sahabat Ratu sudah meninggalkan lokasi tidak ingin mengganggu Liam dan Ratu.
"Gue sayang sama lo, Ratu. Dari awal gue udah suka sama lo karena lo berbeda dari cewek lain dan semakin lama gue semakin suka sampai akhirnya gue sayang. Sebenarnya hari ini gue mau ungkapin perasaan gue, tapi ternyata sebelum gue ungkapin lo nyuruh gue menjauh dari lo," papar Liam dengan senyum yang begitu ia paksakan.
"Tapi gak pa-pa, mungkin udah takdir gue cuma sebagai pengagum lo. Gue gak pa-pa asalkan lo bisa bahagia. Semoga lo selalu bahagia sama cowok lo sekarang, Ratu. Semangat!" Liam kembali memeluk Ratu erat. "Makasih udah buat dunia gue yang monoton ini kembali berwarna walaupun pada akhirnya gue harus kehilangan lo."
"I-iya, Kak. Makasih banyak dan semangat juga untuk Kakak. Maafin Ratu yang udah ngebuat Kakak sedih. Kakak gak boleh sedih lagi, ya? Semangat Kak Liam!" seru Ratu.
"Makasih," balas Liam masih dalam posisi memeluk Ratu.
Ratu menepuk pundak Liam lembut, sedangkan Liam membelai rambut Ratu sembari menahan air mata yang hendak menetes. Ia tidak kuasa akan kehilangan Ratu, orang yang belum sempat ia miliki.
Tiba-tiba ada seseorang yang menarik Ratu secara paksa kemudian menendang Liam mengenai perut itu. Liam tersungkur mencium lantai, sedangkan Ratu menubruk dada bidang milik cowok itu.
"Siapa yang suruh deketin cewek gua, hah!? Cuma gua yang boleh sentuh dia!" protesnya dengan wajah begitu marah.
"Sorry, ini kali terakhir gue dekat cewek lo. Gue gak akan dekat-dekat dia lagi, gue gak akan berkhianat sama lo, Ja. Gue berhutang budi banyak sama lo," kata Liam.
Cowok itu lantas membopong Ratu padahal sang gadis dalam kondisi baik-baik saja. Entahlah mengapa ia begitu murka. Liam bangkit sembari terus menatap kepergian Ratu bersama cowok lain.
"Semoga dia cowok terbaik buat lo, Ratu. Walaupun rasanya berat, tapi gue akan ikhlasin lo sama dia. Semoga lo bisa bahagia," harap Liam.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/