Ayu menggugat cerai suaminya karena tak ingin dimadu. Memiliki tiga orang anak membuat hidupnya kacau, apalagi mereka masih sangat kecil dan butuh kasih sayang yang lengkap, namun keadaan membuatnya harus tetap kuat.
Sampai pada suatu hari ia membanting setir menjadi penulis novel online, berawal dari hobi dan akhirnya menjadi miliarder berkat keterampilan yang dimiliki. Sebab, hanya itu yang Ayu bisa, selain bisa mengawasi anak-anaknya secara langsung, ia juga mencari wawasan.
Meskipun penuh rintangan tak membuat Ayu patah semangat. Demi anak-anaknya ia rela menghadapi kejam ya dunia sebagai single Mom
Bergulirnya waktu, nama Ayu dikenal di berbagai kalangan, disaat itu pula Ikram menyadari bahwa istrinya adalah wanita yang tangguh. Berbagai konflik pun kembali terjadi di antara mereka hingga masa lalu yang kelam kembali mencuat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bohong
Rani membuka matanya yang terasa berat. Matanya mengelilingi ruangan yang masih tampak gelap. Hanya lampu temaram yang menjadi pencahayaan ruangan itu.
"Ternyata aku masih di hotel," bergumam sendiri.
Menggeliat, merentangkan otot-ototnya. Tidur semalam belum mampu menghilangkan rasa lelah akibat pesta kemarin hingga membuatnya malas untuk bangun.
Rani menoleh ke arah samping. Ternyata Ikram sudah tidak ada di tempat nya.
"Mas Ikram…" panggil Rani menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Tidak ada jawaban, juga tidak ada suara apapun dari sana. Rani menyibak selimut yang membalut tubuhnya. Lalu, duduk di tepi ranjang.
Mengambil bajunya dan milik Ikram yang masih teronggok di lantai. Tersenyum kecil mengingat malam pertamanya yang penuh gairah. Meskipun sempat berdebat kecil, akhirnya malam yang dinanti itu terjadi juga.
"Tapi sekarang mas Ikram ke mana?"
Rani berdiri dari duduk nya. Meletakkan baju-baju itu di keranjang kotor lalu membuka pintu kamar mandi.
Tidak ada siapapun. Namun, dari aroma sabun yang semerbak dipastikan Ikram sudah mandi.
"Mungkin saja dia membelikan aku makanan." Rani pun masuk dan membersihkan diri sambil menunggu Ikram kembali.
Di bawah guyuran air shower, tiba-tiba Rani mengingat tatapan Ikram pada Ayu yang tak bisa diartikan dengan kata-kata.
Mungkinkah cinta lama bersemi kembali?
Apakah sebenarnya Ikram masih memiliki rasa pada Ayu?
Berbagai pertanyaan kembali melintas di benak Rani hingga membuatnya takut.
"Gak mungkin. Ini cuma perasaanku saja."
Rani mengusir rasa cemas yang terselip. Yakin bahwa Ikram tak akan berpaling darinya seperti kata-kata Ayu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Apa benar ini alamatnya?"
Ikram membuka kaca mobilnya. Membaca tulisan yang terdapat di tugu masuk sebuah gang sempit. Memastikan bahwa itu benar-benar tempat tinggal Ayu dan ketiga anaknya.
Ya, Ikram meninggalkan Rani yang masih tidur untuk mencari Ayu. Ia sengaja pergi tanpa sepengetahuan sang istri, takut akan timbul masalah seperti semalam.
Ikram berjalan masuk. Sesekali menoleh ke arah kiri kanan. Mencari seseorang yang melintas.
"Sepi amat." Ikram menghentikan langkahnya, menatap beberapa rumah yang masih tertutup rapat. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya ada seorang pria yang keluar dari rumah.
Ikram bergegas menghampiri orang tersebut.
"Maaf, Pak. Saya numpang tanya. Apa di tempat ini ada yang namanya Ayu Lestari?" tanya Ikram tanpa ragu.
"Ayu Lestari, si janda yang anaknya tiga?" tanya pria itu memperjelas.
Ikram mengangguk cepat, ia yakin bahwa orang yang dimaksud adalah orang yang sama.
"Itu rumahnya." Menunjuk rumah di bagian tepi.
Ikram mengucapkan terima kasih dan berlalu. Langkahnya makin lambat saat mendekati rumah yang jauh dari kata mewah tersebut.
Mengetuk pintu dengan pelan, takut mengganggu anak-anak yang kemungkinan besar masih tidur.
Mendongak ke atas. Menatap langit-langit terasa yang nampak lapuk, bahkan cat nya sudah mengelupas hingga nampak tak layak ditempati.
Tidak ada sahutan membuat Ikram mengulang lagi. Tak berselang lama seorang wanita datang menghampirinya.
"Bapak mencari Ayu?" tanya wanita itu.
Ikram mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Nama saya Ninik. Pemilik kontrakan di sini. Ayu pergi tadi habis subuh. Katanya pulang sore," ucapnya.
Ada sedikit rasa kecewa karena tak sesuai ekspektasinya, namun Ikram tak bisa berbuat apa-apa selain pulang dan akan kembali lain waktu.
"Nama Bapak siapa? Nanti saya bisa sampaikan ke Ayu," tanya Ninik lagi.
Ikram mendadak panik, bingung mau menjawab apa. Pasalnya, selama ini ia tak pernah datang ke rumah Ayu, namun tiba-tiba datang dan mengakui statusnya sebagai mantan suami. Apa kata orang nanti?
"Saya sahabatnya, Bu. Gak papa, nanti saya bisa datang lagi."
Ikram pamit, mungkin ini belum waktu nya bertemu dengan anak-anak dan akan kembali saat Ayu pulang nanti.
Ayu dan ketiga anaknya duduk di depan Bank, dimana itu adalah tempat Irma bekerja. Ia menunggu sang sahabat yang saat ini sudah dalam perjalanan.
Sambil menceritakan dongeng anak pada Adiba dan Alifa. Ia mencari inspirasi supaya bisa mendapatkan ide yang cemerlang untuk kelanjutan ceritanya
Tin tin
Suara klakson mobil menggema. Ayu dan Hanan menoleh, sedangkan Adiba dan Alifa sibuk rebutan snack.
Senyum mengembang di sudut bibir Ayu saat melihat seseorang yang itu ditunggu turun dari mobil.
"Maaf aku terlambat, tadi macet parah," ucap Irma berlari kecil menghampiri Ayu.
"Gak papa. Lagipula aku juga baru sampai, ucap Ayu.
Irma mengusap kepala ketiga anak Ayu bergantian lalu membuka tasnya l. Memberikan buku tabungan pada Ayu.
"Aku sudah kerjakan semalam, jadi kamu bisa langsung pakai."
Ucapan terimakasih saja tak akan cukup untuk membalas kebaikan Irma. Kali ini aku benar-benar bersyukur memiliki orang-orang yang masih peduli padanya.
"Sekarang kita jalan-jalan!" ajak Irma pada Alifa dan Adiba.
"Kamu gak kerja?" tanya Ayu seraya menyimpan buku itu baik-baik.
"Gak, hari ini aku sengaja cuti supaya kita bisa bersantai." Irma kembali berjalan menuju mobil.
Ayu menarik tangan Hanan yang hampir pergi hingga bocah itu menoleh ke arahnya.
Hanya dengan tatapan saja Hanan sudah mengerti bahasa kalbu sang mama.
"Mama tenang saja, aku akan menjadi anak yang berbakti pada mama, dan tidak malu-maluin."
Hati Ayu merasa terenyuh, dengan berjalannya waktu akhirnya ia bisa menggiring anak-anaknya menjadi lebih baik lagi.
Kini Ayu bisa menikmati indahnya dunia lagi. Setelah sekian lama terpuruk, akhirnya bisa bangkit dan menghirup udara kesuksesan yang menghampiri. Tetap percaya akan ada jalan yang terbaik untuk dirinya dan anak-anak melalui orang terdekat dan benar-benar tulus.
Di sisi lain
Ikram langsung membuka pintu kamar. Matanya menatap Rani yang duduk di sofa.
"Dari mana saja kamu?" tanya Rani ketus.
Ikram duduk di samping wanita yang kemarin sudah sah menjadi istrinya. Menatap beberapa menu makanan yang tersaji di meja. Tersenyum untuk menyamarkan wajahnya yang sedikit panik.
"Siapa yang beli ini?" tanya Ikram mengalihkan pembicaraan. Mengambil nasi dan lauk.
"Kamu dari mana, Mas?" tanya Rani yang kedua kali.
Ikram menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dari raut wajahnya, Rani sudah bisa membaca ada yang dipendam pria itu hingga bibirnya sulit untuk mengungkap.
"Tadi ada urusan sedikit. Aku gak bangunin kamu takut mengganggu," ucap Ikram asal. Menyantap makanannya tampa menghiraukan tatapan Rani.
"Jangan bohong! Pasti kamu bertemu dengan Ayu, kan?"
Ikram tersedak makanan yang hampir masuk ke kerongkongannya. Ia segera mengambil segelas air putih dan meneguknya.
"Jangan aneh-aneh! Aku gak suka," kilah Ikram melanjutkan makannya.
Rani diam. Percuma saja membantah, pastu ujung-ujungnya akan terjadi perdebatan.
Awas saja kalau kamu bohong, Mas. Aku tidak segan-segan membuat mantan istrimu itu menderita.
kueh buat orang susah ga harus yg 500rb
servis sepedah 500rb
di luar nalar terlalu di buat2