“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia ke kamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perempuan dihidupnya selain mediang ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Yolanda JM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LA-Bab 10 Meninggalnya atuan Axel
Ale masih setia didalam ruang kerjanya, jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi, akhirnya dia memutuskan untuk beristirahat di kamarnya.
Tepat jam 5 kamar Ale digedor sangat keras oleh Sam
“Tuan …tuan” – Sam dengan teriakan sekeras tenaga
“Enggghhh” – Ale yang masih mengumpulkan nyawanya
“Tuan tolong keluarlah ini sangat Urgent” – Sam yang masih berteriak di luar sana
Dengan wajah berantakan Ale keluar dari selimutnya, mengambil piyamanya dan berjalan menuju pintu untuk menyapa oran yang telah merusak tidur paginya.
“Hem” – Ale dengan wajah yang saat ini ingin marah ke Sam
“Tuan besar meninggal tuan” – Sam dengan wajah lesu menunduk kebawah
Dengan rasa tidak percaya Ale langusng masuk ke kamarnya mengganti pakaiannya dengan cepat. Langsung menuju ke bawah dengan muka tegang dan panik.
Dia sampai dirumah milik kakeknya tepat jam set 6 pagi. Dia langsung menuju ke kamar kakeknya sudah ada dokter pribadi kakeknya yang berada tepat disamping kakeknya sat aini
“Ale, kamu yang sabar” – Om Rey dokter pribadi kakeknya
“Apa ini?” – Ale yang gagal mencerna
“Aku datang kesini jam 04.30 saat itu kondisi kakekmu sudah sangat kacau, nafasnya sudah tersenggal-enggal, dia mengeluhkan jantungnya sakit” – penjelasan Om Rey
“Aku masih bersamanya kemaren sore” – Ale yang menggenggam tangan kakeknya
“Maaf tuan setelah kepergian anda selang 2 jam, tuan Axel merasa jantungnya sakit. Saya membawanya beristirahat ke kamar, saya cek beberapa kali ke kamar beliau tertidur dengan mengigauu. Saat terakhir saya cek jam 4 nafasnya tersenggal-senggal hingga akhirnya saya hubungi dokter Rey” – penjelasan perawat pribadi sang kakek.
Dengan adanya keadaan ini, semua Televisi menyiarkan kabar duka tentang tuan Axel. Ale dengan tatapan kosong mengganti pakaian formalnya untuk mengantarkan kepergian sang kakek nanti tepat jam 10 pagi.
Disisi lain Olivia yang mendengar kabar itu cukup kaget, karna beberapa hari yang lalu dia masih bertemu dengan tuan Axel di kediamannya. Pertemuan dengan Tuan Axel masih berkesan menurut Olivia, karena kebaikan dia.
“Will nanti boleh tolong kakak lagi?” – Olivia yang sekarang berada di toko bunga miliknya
“Kenapa kak?” – Willy yang membawa sekeranjang bunga untuk ditata
“Boleh jaga toko kakak, nanti kakak mau keluar” – Olivia meminta tolong
“Iya kak serahkan padaku” – Willy yang meyakinkan
Olivia masih berkutat dengan pekerjaannya, dia akan menyelesaikan kegiatannya jam 10 hari ini. Dia berniat mengunjungi makan Tuan Axel dengan membawakan bunga Edelweis putih. Dia memang bukan siapa-siapanya namun ini adalah penghormatan terakhirnya untuk orang yang baik kepadanya.
Tepat jam 09.30 rombongan Ale dan beberapa teman bisnis kakeknya sedang berada di pemakanan sang Kakek. Ale masih berdiri dengan wajah yang kosong tanpa ekspesi, sungguuh dia merasa kehilangan saat ini, tapi dia tidak bisa menyalurkan semuanya saat ini.
Setelah penghormatan demi penghormatan dari setiap orang selesai, mereka pergi meninggalkan Ale dan makan sang kakek sendiri. Sedangkan ditempat yang agak jauh ada Olivia yang masih melihat Ale sendirian duduk didepan makam sang kakek.
“Jaga papa dan mama disana untukku kek” – gumam Ale
Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, Olivia mendekati Ale dengan payung dan bunga di tangannya, dia mendekat meletakkan bunga yang dia bawa tepat diatas makan tuan Axel
“Turut berduka cita tuan Ale” – Olivia yang sekarang berdiri tepat didepan Ale
Ale masih diam dengan posisi yang sama, sedangkan Olivia masih setia memayungi Ale diposisi duduknya. Tiba-tiba Sam dan beberapa pengawal datang menghampiri mereka
“Tuan” – Sam bermaksud untuk mengajak tuannya untuk pulang
Tiba-tiba Ale dengan erat menggenggam tangan Olivia, sontak Olivia kaget dan mematung sepersekian detik
“Maaf nona, ikutlah bersama kami” – Sam dengan nada memaksa
Ale yang berjalan dengan tangan yang menggenggam pergelangan Olivia erat hingga tampak pergelangan Olivia memerah. Dia masuk ke mobil dengan Olivia yang mengikutinya dibelakang.
‘kenapa aku terus berurusan dengan mereka’ – pikir Olivia
Sesampainya dirumah Ale langsung menyeret Olivia kekamarnya tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun saat ini.
Ale masuk kekamarnya mencari handuk dilemarinya, membuka kemeja dan bajunya yang sudah basah, sedangkan Olivia masih berdiri di dekat pintu melihat semua aktivitas yang Ale lakukan, Olivia mengalihkan pandangannya saat Ale membuka semua bajunya untuk berganti pakaian.
Ale langsng menidurkan tubuhnya disalah satu sisi ranjang, sedangkan Olivia sekarang bingung, kenapa dia dibawa kemari.
Melihat semua baju Ale berceceran akhirnya Olivia berinisiatif untuk memungut semua baju tersebut dan meletakkan ke tempatnya.
Setelah itu Olivia meletakkan tasnya, merapikan selimut Ale agar dia lebih nyaman dalam tidurnya. Saat dia berada didekat Ale, dia memerhatikan muka Ale yang lebih pucat dari biasanya. Akhirnya dia berinisiatif untuk mengecek suhu badannya dan benar dugaannya bahwa Ale sedang demam.
Olivia keluar kamar tersebut, menuju ke dapur
“Bisa saya bantu nona” – pelayan di rumah Ale
“Bisa tolong ambilkan air di wadah” – Olivia meminta tolong
“sebentar nona” – pelayan tersebut dengan cekatan melakukan yang diminta Olivia
“Ini nona” – pelayan yang menyerahkan air tersebut.
Olivia menuju kamar Ale, dia meminta ijin ke Ale dengan nada yang sangat pelan ‘Tuan tolong maaf kan aku, aku membuka lemarimu untuk mencari handuk kecil’ – gumam Olivia
Setelah menemukan yang dia inginkan langsung mengompres Ale dengan lembut, duduk di sebelah Ale dengan telaten dia membersihkan seluruh permukaan wajah Ale dengan handuk dan mengompresnya.
Hingga keadaan membuat Olivia tertidur di sofa sebelah ranjang Ale, sekitar 2 jam Ale tertidur sama halnya dengan Olivia, akhirnya Ale terbangun dengan anehnya dia merasakan sesuatu yang ada didahinya
‘engghhh apa ini’ pikirnya dengan meletakkan handuk itu di baskom nakas sebelah ranjangnya
Ale melihat pemandangan Olivia yang tertidur di sofa akhirnya dia bangkit menggendong Olivia dan meletakkannya diranjang. Menidurkan Olivia dengan lembut, Ale juga tidur disebelah Olivia, posisi kepala Olivia sekarang berbantal lengan Ale yang kekar dengan salah satu tangan Olivia yang berada tepat diatas dada Ale.
“Enggghhh” – Olivia bergumam memperbaiki posisinya dengan menelusupkan mukanya ke dada Ale
Ale yang melihat itupun hanya memperhatikannya dengan baik ‘Kau benar-benar milikku’ – Ale dengan tulus dan bertekad
Keduanya akhirnya tertidur menikmati posisi mereka dan menikmati suasan hujan di luar sana. Hingga hampir 3 jam dengan posisi yang sama, langit sudah menampakkan hitamnya. Olivia terbangun, dia kaget dengan posisinya sekarang telinganya mendengar derup jantung Ale saat ini.
Dia menjauhkan mukanya beberapa senti saja, mengamati wajah Ale yang sudah normal tidak pucat seperti tadi, dia kebingungan bagaimana dia bisa pindah dari sofa ke ranjang, dia hanya berfikir kalau Ale lah yang memindahkannya.
Olivia mengamati wajah Ale dengan seksama ‘Alisnya, hidungnya, bibrnya sangat pas dengan proporsi yang sangat tidak masuk akal, dia benar-benar tampan’ – gerutu Olivia dalam hati