Dicampakkan saat sedang mengandung, itu yang Zafira rasakan. Hatinya sakit, hancur, dan kecewa. Hanya karena ia diketahui kembali hamil anak perempuan, suaminya mencampakkannya. Keluarga suaminya pun mengusirnya beserta anak-anaknya.
Seperti belum puas menyakiti, suaminya menalakknya tepat setelah ia baru saja melahirkan tanpa sedikitpun keinginan untuk melihat keadaan bayi mungil itu. Belum hilang rasa sakit setelah melahirkan, tapi suami dan mertuanya justru menorehkan luka yang mungkin takkan pernah sembuh meski waktu terus bergulir.
"Baiklah aku bersedia bercerai. Tapi dengan syarat ... "
"Cih, dasar perempuan miskin. Kau ingin berapa, sebutkan saja!"
"Aku tidak menginginkan harta kalian satu sen pun. Aku hanya minta satu hal, kelak kalian tidak boleh mengusik anak-anakku karena anakku hanya milikku. Setelah kami resmi bercerai sejak itulah kalian kehilangan hak atas anak-anakku, bagaimana? Kalian setuju?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ray Adams
Hari ini pihak Alvian dan Zafira akan kembali melakukan pertemuan dengan Mr. Jay dan tim. Tentu saja tujuannya untuk membahas perjanjian kerja sama dan penandatanganan klausul kontrak investasi yang akan dilakukan Mr. Jay dengan perusahaan Alta Corp.
Pertemuan akan diadakan siang hari dan ditutup dengan makan siang bersama. Karena jarum jam sudah menunjukkan pukul 10 siang, Zafira pun segera menyiapkan ruang meeting dibantu Luthfi dan beberapa rekan kerjanya serta OB untuk memastikan ruangan tersebut benar-benar bersih dan AC pun berfungsi dengan baik.
Tepat pukul 11, rombongan Mr. Jay pun tiba di perusahaan Alta Corp. Zafira pun segera menyambut kedatangan tamu perusahaan mereka dengan sumringah kemudian mempersilahkan mereka untuk segera masuk ke ruangan meeting.
Semua telah berada di ruang rapat, Zafira pun hendak membuka pertemuan itu, tetapi Mr. Jay menginterupsi sebab katanya ada seorang lagi yang sebentar lagi akan tiba.
Alvian dan Zafira mengerutkan keningnya, sebab setahu mereka semua telah hadir hingga terdengar suara ketukan pintu lalu seorang resepsionis mempersilahkan seorang laki-laki masuk ke ruangan itu.
"Selamat siang. Maaf, saya terlambat," ujar seorang laki-laki menggunakan bahasa Indonesia tapi masih sedikit kaku karena ia hanya belajar bahasa Indonesia secara otodidak.
"Selamat siang," sahut Alvian dengan sorot mata penuh tanda tanya. Pria perawakan Chinese itu sangat mirip dengan Mr. Jay tapi versi muda. Ia juga lebih tampan, gagah, dan berotot. Terlihat jelas dari kemeja slim fit yang ia kenakan, mencetak jelas otot-otot laki-laki itu membuat Alvian sampai diam-diam melirik lengan kanan dan kirinya, membandingkan ototnya yang tampak lebih kecil karena jarang berolahraga.
Bahkan ia menyadari, perutnya kini tidak lagi sixpack karena terlalu sibuk bekerja. Dan kalaupun pulang, ia memilih beristirahat sehingga ia benar-benar melewatkan kegiatan rutinnya dahulu untuk berolahraga.
Entah bagaimana, Alvian merasa minder sendiri. Apalagi para wanita di ruangan itu sampai menatap laki-laki itu tanpa kedip. Tapi anehnya, laki-laki itu justru tersenyum lebar sambil memperhatikan Zafira yang juga tersenyum di sampingnya.
'Apa jangan-jangan dia ... '
"Zafira, ini benar kamu? Astaga, akhirnya aku bisa bertemu kamu lagi. Ternyata Daddy nggak bohong," seru laki-laki itu dengan senyum merekah.
"Ck ... Daddy nggak bohong kan. Kau saja yang selalu tidak percayaan," ketus Mr. Jay membuat Ray Adams terkekeh. Ya, dia adalah Ray Adams, putra dari Mr. Jay. "Oh ya tuan Alvian, perkenalkan, dia putraku, Ray Adams. Ray, perkenalkan, dia Alvian Altakendra, CEO Alta Corp," ujar Mr. Jay memperkenalkan putranya pada Alvian.
"Ah, senang berkenalan denganmu, tuan Ray Adams."
"Senang juga berkenalan denganmu, tuan Alvian. Kalau begitu, silahkan dimulai meetingnya. Saya akan duduk di sana, tidak apa-apa kn?" tanya Ray Adams.
"Tidak masalah," jawab Alvian singkat.
Kemudian Ray Adams pun berjalan hendak menuju ke salah satu kursi, tetapi sebelum itu ia berbisik pada Zafira terlebih dahulu. Semua itu tak luput dari mata elang Alvian yang menatapnya tak suka.
"Nanti kita makan siang berdua, oke! Sudah lama kita nggak ngobrol berdua," bisiknya pelan yang hanya bisa didengar oleh Zafira. Zafira pun mengangguk dengan senyum terkembang membuat Alvian berdecih melihat kedekatan keduanya.
Setelahnya, meeting pun dimulai. Kesepakatan telah diraih. Acara pun dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak kerja sama antara keduanya. Acara meeting selesai tepat saat memasuki jam makan siang.
"Mari pak, kita lanjut makan siang di restoran yang ada di Royal Hotel tepat di samping gedung perusahaan Alta Corp," ajak Zafira pada para tamu mereka. Karena memang mereka telah dikonfirmasi untuk makan siang bersama, mereka pun segera menuju mobil masing-masing yang ada di basement. Setelahnya, mereka pun segera melajukan mobil menuju Royal Hotel.
Karena Zafira telah lebih dahulu mereservasi, mereka pun segera menuju meja yang ada di salah satu ruangan VIP restoran tersebut.
"Zafira, kita makan di meja yang lain saja ya? Aku mau ngobrol banyak sama kamu," ujar Ray Adams pada Zafira tanpa sungkan pada yang lain.
"Ba-,"
"Mau kemana kalian? Makan siang ini diagendakan untuk keberhasilan kesepakatan kerja sama antara Alta Corp dan perusahaan investasi milik Mr. Jay, jadi bukankah kita seharusnya makan bersama dalam satu meja. Lagipula, Zafira datang kemari mewakili perusahaan, jadi ia tidak bisa pergi seenaknya begitu saja," potong Alvian cepat membuat Zafira menelan kembali kata-katanya yang belum sempat diucapkan.
"Itu benar Tian Ray, saya di sini datang sebagai sekretaris pak Alvian jadi mari kita makan siang bersama di sini," ucap Zafira yang membenarkan kata-kata Alvian.
Alvian menyeringai puas melihat wajah kecewa Ray Adams. Tapi itu hanya sebentar saja, sebelum Ray Adams kembali mengeluarkan suaranya membuat dada Alvian rasanya bergemuruh.
"Ya sudah, tapi malam nanti kita bisa kan makan malam berdua?" tanya Ray Adam yang dijawab Zafira dengan senyum yang tak luput dari bibirnya.
"Kita lihat aja nanti." Putus Zafira yang diangguki Ray Adams dengan wajah berbinar.
...***...
"Mas," teriak Saskia dari dalam kamar mandi.
Saskia baru saja masuk ke kamar mandi setelah mereka melakukan hubungan suami istri. Refano melakukannya untuk mengusir pikirannya yang sering terbayang sosok Zafira juga anak-anaknya.
Saskia awalnya merasa senang karena ini untuk pertama kalinya Refano meminta haknya sebagai suami padanya. Tetapi kebahagiaan itu hanya bertahan sementara saja, sebab lagi-lagi Refano justru menyebutkan nama Zafira saat ia sudah mencapai pelepasannya.
Perasaan bahagia yang membuncah seketika lenyap tak bersisa. Amarah pun bergelora, kebencian pada sosok yang ternyata diam-diam meraja di hati Refano semakin tumbuh subur. Dengan perasaan kesal yang membara, Saskia berangkat dari tempat tidurnya yang super empuk kemudian melangkahkan kakinya menuju kamar mandi. Namun nahas, karena terlalu kesal, tidak melihat-lihat lagi saat melangkah sehingga kakinya terantuk sudut lantai yang lebih tinggi. Keseimbangan tubuhnya seketika hilang, kakinya tak mampu menapak dengan sempurna hingga akhirnya ia pun tergelincir dan jatuh terduduk.
Refano yang sedang bersandar di kepala ranjang sambil menyesap rokoknya seketika beranjak menuju kamar mandi tanpa mempedulikan tubuhnya yang masih polos, tanpa sehelai benang pun. Matanya terbelalak saat melihat Saskia yang sudah terduduk sambil merintih kesakitan di bagian bokong hingga perutnya. Khawatir terjadi apa-apa dengan kehamilan Saskia, ia pun segera menggendong Saskia menuju ranjangnya. Dadanya mencelosvsast melihat pangkal paha Saskia mengalirkan darah. Tanpa pikir panjang, Refano mengambil asal bajunya dan mengenakannya, kemudian mengambilkan pakaian untuk Saskia dan membantu memakaikannya.
Wajah Saskia yang kian memucat membuat Refano panik. Ia pun segera turun ke lobi hotel meminta bantuan pada karyawan disana untuk mengantarkannya ke rumah sakit.
...***...
...HAPPY READING 🥰🥰🥰...