Keyra Putri Utami adalah nama yang di sematkan oleh kedua orang tuanya, sejak usianya delapan tahun dia mengalami kebutaan karena sebuah kecelakaan yang ikut menewaskan kedua orang tuanya.
Keyra di asuh oleh Paman dan Bibi yang begitu sayang kepadanya, yang menyebabkan kedua puteri Paman dan Bibi nya cemburu kepada Keyra.
Hutang sang Paman yang di lunasi oleh sahabat Pamannya kepada seorang juragan tanah, yang menyebabkan Keyra harus berakhir menikah dengan putera sahabat dari Pamannya sebagai penebus hutang keluarga.
Entah bagaimana nasib Keyra si Gadis Buta yang hanya mengenal satu warna saja dalam hidupnya yaitu Hitam, akankah seseorang mampu mengenalkan warna lain selain Hitam kepada Keyra?
Jika kebahagiaan itu harus di jemput, kenapa harus menunggu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon putribulan21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rindu
Dewa membawa Keyra ke sebuah rumah sakit khusus mata, Dewa sangat berharap jika Keyra dapat di sembuhkan.
Setelah menjalani rangkaian pemeriksaan yang cukup panjang, dokter pun memberikan hasilnya. Dewa mendengarkan apa yang dokter jelaskan, bahwa Keyra membutuhkan donor mata agar Keyra bisa kembali melihat.
Dewa benar benar berusaha keras agar Keyra bisa kembali melihat, dan usahanya kini membuahkan hasil.
Dokter menyatakan Keyra sudah bisa melakukan operasi, Dewa benar benar bahagia. Setidaknya dia tak akan khawatir, jika berjauhan dengan Keyra.
Dan hari ini, Dewa membawa Keyra kembali ke rumah sakit, karena hari ini adalah jadwal untuk operasi yang akan di jalani oleh Keyra.
Berkali kali Dewa menciumi puncak kepala Keyra, memeluk bahkan mendekapnya dengan erat. "Jangan takut sayang, semua akan baik baik saja." Ucap Dewa sambil kembali melayangkan kecupan di kepala Keyra.
Keyra bisa merasakan tangan Dewa yang begitu dingin, juga jantungnya yang terus berdetak berkali kali lebih cepat dari biasanya.
"Aku yang akan menjalani operasi, tapi mengapa Mas Dewa yang gugup?" Tanya Keyra sambil terkekeh pelan.
"Aku hanya khawatir sayang." Jawab Dewa sambil menyatukan hidung mancung mereka.
Keyra terkekeh mendengar apa yang di katakan oleh Bima, Keyra merasa benar benar di cintai dan di butuhkan.
"Dengarkan aku sayang, jika suatu hari kau bisa melihat dan aku tak ada di sisimu maka janganlah bersedih."
Ucapan Bima seolah menyiratkan bahwa Dewa akan pergi, dan tak akan kembali membuat Keyra terhenyak dan menggeleng pelan.
"Tidak, jangan katakan apa pun. Aku tak mau kau pergi, untuk apa aku bisa melihat dunia jika kau tak ada di sisiku."
Keyra terisak dalam dekapan Dewa, dia memeluk tubuh suaminya erat seperti tak mau terlepas.
Lalu Dewa pun terkekeh, dia menjelaskan jika Ayahnya membutuhkannya, dan harus kembali ke kota untuk beberapa hari.
Mungkin selama operasi Dewa tak bisa menjaga Keyra, untuk itulah Dewa mengatakan bahwa jangan pernah bersedih jika Dewa tak bisa menemaninya.
"Aku sangat berharap orang yang pertama kali ku lihat adalah Mas Dewa, bisakah Mas Dewa memenuhi harapanku?"
Keyra memohon sambil menangkupkan kedua tangannya, cairan bening itu kembali lolos dari mata indahnya, membuat bulu mata lentiknya bergerak gerak.
"Akan aku usahakan sayang, semoga urusan di kota bisa secepatnya di selesaikan." Jawab Dewa sambil kembali memeluk tubuh mungil Keyra.
Keyra memeluk tubuh Dewa dengan posessif, dia tak mengizinkan Dewa untuk menjauh dari sisinya.
"Sebentar lagi dokter akan kemari, jadi kau harus bersiap siap bukan?" Tanya Dewa.
Akhirnya Keyra pun melonggarkan pelukkannya, dan benar saja dokter pun membawa Keyra ke ruang operasi.
Sementara itu beberapa pengawal sudah bersiap, mereka menjemput Bima menggunakan jet pribadi untuk kembali ke kediaman keluarga Airlangga.
Sebelumnya Dewa sudah mengabarkan kepada Bibi Keyra bahwa dia ada urusan di kota, dan meminta Bibinya untuk menemani dan merawat Keyra selama dia tak ada.
Dan setelah lima belas menit kepergian Dewa, datanglah Paman dan Bibi Keyra. Seorang suster mengatakan bahwa Dewa baru saja pergi, dan menitipkan sebuah surat untuk istrinya.
"Terimakasih Suster!" Ucap Paman Keyra.
Suster itu pun mengangguk lalu pergi meninggalkan Paman dan Bibi Keyra, mereka baru saja tiba dan memilih untuk beristirahat sejenak.
**
Dewa baru saja sampai di sebuah bandara, beberapa pengawal sudah menunggunya, bahkan Ayahnya sendiri ikut menyambut kepulangan Dewa.
"Apa kabar Nak?"
Ayah Dewa adalah sosok Ayah yang tegas namun penyayang, laki laki yang masih terlihat gagah itu mengukir senyum bahagia, meski wajah itu sedikit keriput, namun gurat kebahagiaan itu tergambar jelas di wajahnya.
"Baik Ayah."
Dewa pun memeluk sang Ayah, dia tak pernah ingin tahu mengapa Ayahnya membiarkan Dewa menjalani hidup yang keras dan penuh tantangan.
"Ayo kita langsung saja ke mansion."
Dewa pun mengagguk mengikuti langkah sang Ayah, mereka berdua memasuki sebuah mobil mewah dengan pengawalan yang ketat.
Baru saja setengah perjalanan, seseorang berusaha untuk menembak ban mobil yang di tumpangi oleh Dewa dan Ayahnya.
Namun tembakannya meleset jauh, hanya menyisakan suara saja. Membuat Dewa dan Ayahnya saling pandang, namun suasana masih tenang.
"Sepertinya itu adalah kata sambutan dari Pamanmu." Kekeh Ayahnya Dewa.
Bagaimana mungkin sebuah tembakan bisa di jadikan sebagai bentuk penyambutan, Dewa benar benar tak habis fikir, keluarga seperti apa ini?
Dan sialnya di tembakan yang ketiga tepat mengenai ban mobil mereka hingga pecah, dan mobil pun menabrak tiang pembatas jalan hingga terbalik.
Seseorang menyeringai puas melihat mobil tersebut dalam keadaan terbalik dan hancur, lalu adegan tembak menembak pun tak terhindarkan lagi.
Si penembak mobil Dewa berhasil lolos, dan tak menyisakan barang bukti apa pun. Segera para pengawal tersebut membawa Dewa dan Ayahnya ke rumah sakit terdekat, Dewa dan Ayahnya terbaring tak sadarkan diri.
Mahesa Airlangga adalah Ayah Dewa, dia adalah orang terkaya di negeri tersebut. Namun semua orang tak tahu jika Mahesa memiliki seorang anak laki laki, sebab yang semua orang tahu Mahesa hanya memiliki seorang anak perempuan bernama Clara dari pernikahan keduanya bersama Arunika yang sering di sapa Aruna.
Aruna memiliki seorang kakak yang benar benar haus kekuasaan dan uang, Mahesa adalah cinta pertama Aruna, namun karena Mahesa di jodohkan dengan Maura, hubungan mereka pun putus begitu saja.
Dan ketika usia Dewa menginjak tujuh belas tahun, sang Bunda meninggal dunia tanpa sakit yang jelas. Dan hal tersebut di manfaatkan oleh Aruna untuk kembali menjalin cinta dengan Mahesa hingga mereka menikah.
Ketika Aruna sibuk dengan tanaman hiasnya, tiba tiba ponselnya berbunyi, nama sang kakak jelas terpampang di layar ponselnya, segera Aruna menggeser tombol hijau di ponselnya.
"Ya kak."
"Segera siapkan pemakaman untuk suamimu!"
Aruna tak percaya dengan apa yang di dengarnya, air matanya pun meleleh tak dapat di bendung. Sedetik kemudian tubuhnya luruh ke lantai, dia tak sadarkan diri.
**
Keyra terduduk di ranjang pasien dengan mata di balut perban, rambut panjangnya tergerai begitu saja. Berkali kali dia menanyakan suaminya, Dewa.
"Dia masih belum datang sayang, mungkin sebentar lagi." Ujar sang Bibi mencoba menenangkan Keyra.
"Selagi menunggu sebaiknya kita buka dulu perbannya." Jawab sang dokter yang menangani Keyra.
"Apa tidak bisa menunggu sebentar saja?"
Keyra masih berharap Dewa akan secepatnya datang, dan memenuhi permintaannya.
"Maaf Nyonya Keyra, kami pun harus menangani pasien yang lain." Ucap sang dokter terdengar memelas.
Dengan terpaksa Keyra pun mengangguk, lalu dokter pun segera membuka perban yang menutupi kedua mata Keyra, suster pun melakukan tugasnya dengan sangat baik.
"Ayo sayang buka matamu."
Dengan perasaan berdebar Keyra pun membuka kedu matanya, tampak wajah Paman dan Bibinya yang tersenyum ke arahnya dengan cairan bening mengaliri kedua pipinya.
Dokter pun menyatakan bahwa Keyra sudah bisa melihat dengan baik, namun perasan Keyra benar benar tak enak, mengapa suaminya masih tak memberi kabar hingga saat ini?
Mas Dewa aku rindu. Lirih Keyra dalam hati.