Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 30
Untuk beberapa saat, tidak satu pun dari para penatua yang terhormat itu tahu apa yang akan mereka katakan. Bahkan Penatua Kedua yang terkenal pongah pun terdiam sesaat.
Semua orang hanya terpaku menatap Wang Lu secara diam-diam.
“Ehem!” Wang Lu berdeham pelan. Suaranya menggetarkan kelompok orang tua itu.
Penatua Agung mengerjap gelisah ketika melihat pertanda bahwa Wang Lu akan menyerahkan diri. Junior Kelima akan membunuhku kalau sampai terjadi sesuatu pada muridnya, pikirnya dengan ngeri.
Wang Lu melangkah keluar dari barisan.
Yu Fengmu menatap cemas.
Penatua Agung terbatuk perlahan, sementara yang lain bergerak gusar di tempat mereka ketika tiba-tiba tersadar hingga timbul kegelisahan bahwa mereka bertanggung jawab atas Murid Pewaris ini.
Semakin banyak saja terdengar dehaman karena perasaan kurang nyaman ketika Wang Lu mendekat dan membungkuk ke arah perwira itu.
“Kau yang bernama Wang Lu?” Perwira itu mengangkat alisnya.
“Shi!” jawab Wang Lu dengan sopan.
Perwira itu menepuk-nepukkan kedua tangannya, kemudian dua orang pengawal kota bergegas ke arah Wang Lu.
Sebagian besar dari murid yang hadir di situ, tentu mengharapkan pertunjukan yang mendebarkan seperti drama pahlawan menangkap penjahat.
Tapi para pengawal kota itu, dengan begitu saja memusnahkan harapan mereka.
Alih-alih menggelandangnya, para pengawal kota itu malah membungkuk pada Wang Lu seraya mengulurkan sesuatu di tangan mereka masing-masing.
Semua mata terkesiap. Beberapa bahkan menahan napas.
Dua buah gulungan mendarat di tangan Wang Lu.
Wang Lu mengerjap dan terkesiap. “Apa ini?” tanyanya pada kedua pengawal itu.
“Piagam Penghargaan Dewan Kota dan petisi penduduk kota,” jawab salah satu dari mereka.
“Piagam?” Penatua Keempat menggumam terperangah.
Yu Fengmu mengerjap dan tergagap.
“Petisi?” Wang Lu mengerutkan keningnya.
“Ucapan terima kasih!” Sang perwira menegaskan.
Semua orang seperti kena sihir. Membeku dengan mata dan mulut membulat.
“Oh, iya! Ada lagi!” Perwira itu menambahkan. Kemudian menarik dua buah plakat yang menggelantung di ikat pinggangnya.
“Masih ada lagi?” Beberapa orang terpekik bersamaan.
“Apa lagi ini?” tanya Wang Lu.
“Plakat Otoritas Dewan Kota dan Kejaksaan!”
Penatua Keempat terhuyung seakan-akan jiwanya tengah melayang keluar meninggalkan tubuhnya.
Penghargaan?
Petisi?
Plakat Otoritas?
Saraf-saraf otak semua orang serasa dipelintir ke sana kemari.
Setelah para utusan itu pergi, Wang Lu menyelinap pergi tanpa sepengetahuan semua orang. Bahkan Yu Fengmu.
“Bocah Long… Wǒ láile!”~Aku datang, tekadnya.
Dan, lagi-lagi, seakan sudah tahu akan kedatangannya, Long Ziling sudah menunggu. Kali ini, di gazebo tepi sungai seberang lapangan.
Kupu-kupu cahaya berwarna-warni bertebaran di sekeliling gazebo. Ikan-ikan transparan yang juga berwarna-warni, berkeriapan di permukaan air, memantulkan kemilau warna pelangi.
Pria kecil itu berdiri dengan tenang di teras gazebo, memandangi kupu-kupu yang hinggap di ujung telunjuknya. Ia menjulurkan tangannya ke depan, melepaskan kupu-kupu itu pergi. Baru ia menoleh ke arah Wang Lu.
Wang Lu mengeluarkan sebuah kotak persegi panjang dari cincin penyimpanannya, kemudian mengulurkannya pada Long Ziling.
“Apa ini?” tanya Long Ziling.
“Hadiah!” Wang Lu menjawab singkat.
“Kau sedang menyuapku?” Long Ziling tersenyum tipis, kemudian membuka kotak itu dan mengerutkan dahi.
Sebatang tusuk rambut dari emas berbentuk tongkat berulir terselip di dasar kotak.
“Ini—”
“Boleh kupinjam tongkat pemukul anjingmu?” tanya Wang Lu tiba-tiba, memotong ucapan Long Ziling.
Long Ziling mengerjap dan menatapnya. Mengerutkan dahinya lagi. “Untuk apa?” tanyanya setelah sejenak terdiam.
“Kau akan tahu!” balas Wang Lu membalikkan perkataan Long Ziling.
Long Ziling terkekeh tipis, kemudian mengeluarkan tongkatnya dan memberikannya pada Wang Lu.
Wang Lu menyambar tongkat itu sambil melesat melarikan diri.
Long Ziling terkesiap.
Beberapa saat kemudian…
“BOCAH TENGIIIIIIIIIIIK…!”
Teriakan nyaring Long Ziling menggelegar mengguncang seluruh gunung.
Para penghuni Paviliun Longtian seketika menjadi panik.
“Gempa!”
“Gempa!”
Pekik semua orang di sana-sini.
Wang Lu mendesis tertawa sembari membekap mulutnya dengan telapak tangan.
Gempa mereda, dan Long Ziling menemukan secarik kertas di dasar kotak. Ia mengambil kertas itu dan membukanya.
“Membudidayakan ilmu rahasia Tongkat Yu Yang Agung, sebaiknya menggunakan benda mati sebagai pusaka!”
Demikian bunyi pesan yang ditinggalkan Wang Lu.
“Bocah tengik ini!” Long Ziling terkekeh tipis—antara tersenyum dan mendengus.
Ia memandangi tusuk rambut itu sambil mengulum senyumnya. Kemudian menggerakkan jemari tangannya di atas kotak itu. Pendar cahaya berwarna emas memancar lembut dari telapak tangannya ke kotak itu.
Tusuk rambut itu melayang keluar dari kotak dan mendarat di telapak tangannya.
Long Ziling menggenggamnya dan mengayunkannya.
BLAAARRR!
Tusuk rambut itu berubah menjadi tongkat emas berulir, atau lebih dikenal sebagai Tongkat Yu Yang Agung. Nama lainnya adalah Rúyì Jīngū Bàng.
Atau sebut saja Tongkat Ajaib Wukong atau Sun Go Kong!
“Kalau seperti ini… bukankah dia bisa mengalahkanku dalam sekejap?” gerutu Long Ziling dengan campuran rasa jengkel dan geli.
Wang Lu baru saja mendarat di gapura ketika terdengar gurunya memekik.
“Apa otakmu bermasalah?”
Wang Lu terperanjat dan terbelalak. Apa yang terjadi? pikirnya dengan ngeri.
“Apa otakmu kemasukan air? Beraninya menyentuh punyaku!”
Gawat! pekik Wang Lu dalam hatinya. Seseorang sedang melecehkan Shifu! pikirnya, lalu menghambur ke pondok gurunya.
“Ayo sentuh!” teriak gurunya lagi bernada menantang. “Cari mati!”
“Shi—fu…” Wang Lu menerobos ke pekarangan pondok gurunya dan berhenti mendadak di jalan masuk dengan tergagap.
Ternyata gurunya sedang bermain mahjong bersama tiga pemuda cantik yang tampak familier.
Mu Ronghao, Ye Qinghe, dan…
Yu Fengmu? Wang Lu terbelalak.
“Sungguh salah aku mengkhawatirkanmu,” gerutunya sembari memutar-mutar bola matanya dengan sikap muak.
“Kau sendiri yang bilang kurang orang, makanya menyeret kami ke sini secara paksa,” gerutu Mu Ronghao. “Kenapa sekarang kau marah-marah?”
“Shi-ya!” timpal Ye Qinghe. “Aku sampai meninggalkan pekerjaanku dan buru-buru kemari.”
“Jangan coba-coba melindungi orang sendiri!” hardik Wang Wu sambil menunjuk Ye Qinghe. “Kartuku berantakan dibuatnya! Jangan-jangan kalian bersekongkol untuk menipuku!”
Mu Ronghao dan Ye Qinghe mengerang bersamaan.
“Penatua Kelima…” Yu Fengmu menyela dengan takut-takut. “Bukankah Anda bilang ada hal penting yang ingin dibicarakan?” tanyanya sedikit risih.
“Main mahjong tidak penting?” potong Wang Wu tak peduli. “Setidaknya masih lebih menguntungkan daripada muridku yang hanya punya status tapi tak membuahkan hasil!”
“Shénme?!”~Apa? Wang Lu spontan berteriak, yang secara otomatis pula membuat ketiga pria cantik di sekeliling meja teh itu tersentak dan menoleh serempak ke arahnya.
Ye Qinghe terkesiap. “Wang Lu?! Kenapa kau di sini?”
Yu Fengmu gelagapan dan kalang kabut.
“Shifu…” Wang Lu menghampiri gurunya dengan merengut, mengabaikan semua orang.
“Shifu?” Ye Qinghe terperangah.
“Kau tidak tahu?” sela Mu Ronghao, “Dia Murid Pewaris Bibi Guru Wang!” katanya tanpa beban, lalu kembali sibuk menyusun kartu-kartunya.
“Ssss—shénme?”~Apa? Ye Qinghe menelan ludah dengan susah payah. Habislah! pikirnya dengan ngeri. Kemudian melirik Wang Wu sembari meringis.
Wang Wu tetap fokus dengan kartu-kartunya.
“Shifu!” Wang Lu meninggikan suaranya dan mendekatinya. “Tak perlu memberiku muka, tapi bisakah kau beri aku sedikit harga diri?” rungutnya dalam geraman tertahan dengan gerakan mulut yang tidak kentara.
“Oh! Kau di sini?” Wang Wu menanggapi dengan cuek dan tidak mengalihkan perhatiannya dari kartu-kartunya. “Kukira Ketua sudah menendangmu keluar dari sekte?!” katanya enteng.
“Sssss!” Wang Lu mendesis jengkel di belakang gurunya, merekahkan jemari kedua tangannya membentuk cakar seperti hendak menerkam gurunya.
Wang Wu tiba-tiba menggebrak meja.
Ye Qinghe yang terperanjat.
“Menang!” pekik Wang Wu.
Long Ziling itu kakak kandung Long Tian ( Wang Lu )...
Hanya boleh "ramah-tamah"...
Enam Denyut Nadi Dewa...
👍👍👍
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
😅😅😅
Mulai paham dia...
Wus... wus... langsung jadi asap...
😍😍😍