"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15.Perseteruan
Suasana di dalam ruangan itu sedikit memanas. Tatapan kedua bola mata Bahama yang berurai air mata, terlihat bagai menyala. Percikan api dendam begitu nyata dalam kedua bola matanya. Handrille Versiger langsung mendekatinya, untuk meredam dan menenangkan kondisi mental partner barunya tersebut.
"Jaga sikapmu....jangan berbuat hal yang fatal," bisik Handrille Versiger dengan hati-hati.
Tiger Hou pun mau nggak mau memperhatikan keduanya dari tempat yang agak jauh. Tempatnya berdiri, hampir berdekatan dengan Bibi Chan yang dia takuti. Bibi Chan pun langsung membungkuk hormat, untuk mengalihkan perhatian Tuan nya.
"Kumohon, Tuanku....kabulkanlah permintaan ku."
"Aku belum bisa mengabulkan permintaan mu, Chan Shu. Saat ini, aku ingin Tiger Ba terjun langsung menjalankan misiku. Agar mental lembeknya segera hilang, dan berubah menjadi sosok kuat sekuat baja!! Kau mengerti, Chan Shu??"
Jawaban tegas dan nggak bisa dibantah keluar dari mulut beliau. Bukan Bibi Chan namanya, jika nggak membantah ucapan itu. Bahama yang masih diliputi kesedihan dan kegelisahan, nggak mau peduli dengan apa yang mereka perdebatan kan. Hatinya sakit, dadanya pedih saat melihat dan menyaksikan puing-puing bangunan yang hancur porak-poranda menimpa ratusan manusia di dalamnya.
Bahama merasa bersalah, akibat ambisi balas dendam nya kepada Cheef, dia harus mengorbankan banyak orang yang nggak bersalah. Bisikan Handrille Versiger yang hati-hati, langsung menyadarkan dirinya. Hal itu sudah terjadi dan nggak bisa diperbaiki lagi. Seperti hidupnya kini, sudah nggak bisa seperti dulu lagi.
Yang bisa dia lakukan, harus tetap maju dan mewujudkan semua ambisinya. Meskipun harus melewati ribuan mayat sekalipun, dia harus mampu menghadapi kenyataan. Dunia kejahatan memang harus seperti itu. Dibunuh atau membunuh!!
"Aku nggak akan menyerah, Tuanku!! Tiger Ba ilmu bela dirinya masih nol. Jika Tuanku tega memberinya misi berbahaya padanya, dan terjadi apa-apa....maka Chan Shu yang setia ini akan berani menentang Tuanku!!"
Tantangan yang berani, diucapkan oleh Bibi Chan. Sontak saja, Tuan Vengsier Eiger memicingkan mata dan menaikkan kedua alisnya. Pertanda, beliau kaget dan nggak percaya pada keberanian Bibi Chan yang menentang ucapannya.
"Jangan main-main, Chan Shu. Untuk masalah ini saja, melunaklah. Jangan keras kepala!!"
Tuan Vengsier Eiger sampai berdiri dari duduknya. Dengan berani, Bibi Chan terus menatap tajam ke wajah beliau. Tiger Hou bersiaga dengan waspada, untuk melindungi Tuan nya bila Bibi Chan berani berbuat brutal. Dia yang akan menghadang serangannya.
"Kendalikan dirimu, Bi," ucap Handrille Versiger sambil memegang lembut pundak wanita tua itu.
"Iya Bi, jangan terlalu membelaku. Biarkan saja, Bos memperlakukan apa saja. Percayalah, aku nggak mau mati sebelum cita-citaku jadi nyata!!"
Bahama mendekati Bibi Chan dengan tatapan tajam dan penuh keberanian. Dia sudah memutuskan, sikap cengeng dan lembek nggak ada gunanya lagi baginya. Dia harus kuat dan kokoh demi orang-orang yang nggak bersalah yang sudah menjadi korbannya. Ambisinya hanya satu, membunuh orang yang kejam dan diktator yang berdiri di hadapannya dengan tangannya sendiri.
"Omongan mu lebih besar dari kemampuan mu, Tiger Ba!! Kau belum menguasai ilmu bela diri apa pun!! Bagaimana caramu menghadapi mereka, hah?!"
Bibi Chan lebih menanggapi ucapan Bahama ketimbang ucapan Handrille Versiger yang cenderung mencegahnya agar nggak menentang Tuannya. Bibi Chan sangat mengkhawatirkan Bahama dalam menjalankan misi yang diberikan oleh Tuan nya itu. Sebisa mungkin, Bibi Chan harus mencegahnya. Dan bisa menurunkan ilmunya pada Bahama, meskipun tidak seluruhnya bisa dikuasai Bahama dalam waktu singkat.
"Kalian berhentilah berdebat!! Tiger Ba, hilangkan semua rasa peduli mu pada orang-orang di sekitar mu!! Aku ingin kau menjadi bawahan ku yang kuat, tangguh dan tanpa belas kasihan yang bisa menjadikanmu penguasa dunia kegelapan seutuhnya!! Mengerti, Tiger Ba!?"
Lagi-lagi ucapan yang diktaktor keluar dari mulut Beliau, yang semakin membuat Bahama benci. Sambil menggigit bibir, menahan amarah yang hampir meledak. Bahama berusaha mati-matian mengendalikan dirinya dan berakting senormal mungkin.
"Ya, Bos!! Saya mengerti!!"
Tatapan berani dan percaya diri, ditunjukkan oleh Bahama. Tuan Vengsier Eiger tersenyum puas melihat Bahama yang bersikap begitu. Rasa percaya diri seperti itulah, yang Beliau mau. Kemudian, Beliau kembali menatap Bibi Chan yang terus bersimpuh memohon kepada nya, agar dikabulkan permintaan nya.
"Kau dengar, Chan Shu? Bahama akan kegembleng dengan misi-misi yang kuberikan. Kesampingkan dulu keinginan mu. Kalian semua, keluarlah!! Bersihkan darah di tubuhmu Tiger Ba!! Kemudian, istirahat lah!!"
Perintah Tuan Vengsier Eiger untuk semua yang hadir. Termasuk, bawahan bayangan nya yang setia mengawalnya di tempat tersembunyi.
"Ya, saya mohon diri!!"
Dengan ekspresi dingin, Bahama memberi hormat. Dia pergi dari ruangan itu. Kakinya ingin cepat meninggalkan ruangan yang seperti neraka baginya. Dia ingin berlari kencang dan berteriak sepuasnya. Bahwa dia sangat membenci orang itu!!
Handrille Versiger mengerti dan paham keadaan Bahama. Sedangkan, Tiger Hou kembali ke posisinya. Menjadi bawahan bayangan yang tersembunyi bagi Tuannya. Bibi Chan tidak mau meninggalkan ruangan itu. Dia tetap bersimpuh tak mau beranjak dari lantai tempatnya bersimpuh.
"Apa lagi, Chan Shu? Apakah kau akan membangkang demi Tiger Ba?"
Pertanyaan yang tegas tanpa basa-basi menonjok langsung ke dada Bibi Chan. Bibi Chan pun mendongakkan kepala lalu menatap Beliau dengan berani. Tatapan seekor Burung Kasuari yang cantik, menembus tepat ke dada Tuan Vengsier Eiger. Tuan Vengsier Eiger tak sanggup menatap mata cantik itu dan mendekati Bibi Chan.
"Bangunlah, Chan Shu....aku sangat mencintaimu....sangat mencintaimu...."
Tuan Vengsier Eiger langsung memeluk wanita setengah baya seusianya itu. Beliau memeluknya sangat erat. Hingga Bibi Chan nggak bisa bernapas. Namun, Bibi Chan tetap diam dan membiarkan pria sang penguasa itu terus memeluknya tanpa meminta untuk melepaskannya.
"Jika kau masih mencintaiku dan tetap mencintaiku hingga detik maka...kabulkanlah permintaan ku. Tragedi putra tunggal kita, jangan sampai terulang lagi...."
Ucapan tegas Bibi Chan, membuat Tuan Vengsier Eiger langsung melepas pelukannya. Sang penguasa itu langsung melihat air mata membasahi pipi wanita cantik dihadapannya tersebut dan mengusapnya perlahan dengan kedua tangannya. Usapan tangan itu begitu lembut, dan Bibi Chan nggak bisa menghentikan air matanya yang terus mengalir.
"Maafkan aku....maafkan aku....aku nggak bisa melindungi putramu dengan kekuatan dan kekuasaan ku. Jangan ingatkan lagi hal itu....Chan Shu....kekasihku....."
Tuan Vengsier Eiger memeluk Bibi Chan lagi. Bahkan beliau ikut menitikkan air mata. Ruangan mewah penuh venda-benda antik menjadi saksi bisu keduanya yang menangis pilu, saat mengenang tragedi putra mereka.
Bibi Chan menghentikan tangisnya dan kembali bersikap tegar dan ada ketegasan dalam ucapannya sebelum dia pergi meninggalkan ruangan tersebut.
"Aku bertahan demi Nona ku, Tuan ku!! Aku melihat putraku dalam diri Tiger Ba!! Jika Tuan ku melukainya, maka aku sanggup menjadi musuh bebuyutan mu!!"
Mendengar ucapan yang bernada ancaman dan tegas itu, membuat Tuan Vengsier Eiger tertegun sejenak. Saat sadar dan ingin bicara, Bibi Chan sudah menghilang di balik pintu.