pertemuan awal yang sudah ditakdirkan alam dan memiliki satu sama lain, nyatanya mereka banyak perbedaan. baik itu agama maupun latar belakang keluarga.
lalu apa yang akan terjadi jika Archio memilih untuk menikah dengan wanita pilihan keluarganya tanpa sepengetahuan Alana?
penasaran???
yuk baca selengkapnya disini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nanas_muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi Atau Menetap
*Alana POV*
Akhirnya kami sampai di sekolah. Namun aku langsung pergi begitu saja tanpa membuka helm dan membuat semua mata tertuju kepadaku. Aku bingung karena mengapa mereka semua menatapku seperti itu? Apa jangan-jangan video itu tersebar lagi?
Kalau sampai hal itu terjadi, aku bakal buat perhitungan sama Archio. Kan katanya dia udah mengurus semua masalah itu dan udah ngancem ke anak-anak kalau sampai ada yang menyinggung hal itu lagi maka urusannya sama Archio.
Aku berpapasan dengan Jefri dan ia langsung tertawa saat melihatku.
Apa yang lucu sih?
Jefri belum membalas dan masih saja tertawa, tiba-tiba Putra mendatangi aku dan langsung membuka helm yang masih ku gunakan itu.
Aku menjadi malu dengan hal tersebut. Pantasan saja orang-orang pada menatapku aneh.
Kenapa gak bilang dari tadi? Tanyaku kepada Putra.
Kamu gak nunggu aku dan langsung pergi begitu saja, jadi aku pikir kamu memang sengaja. Balas Putra.
Ih sebel tau sama kamu, sama lu juga Jef.
Setelah itu aku langsung masuk ke dalam kelas.
*Alana POV end*
Setelah kepergian Alana mereka berdua langsung tertawa lepas melihat tingkah gadis itu.
Kalian lagi marahan? Tanya Jefri.
Di lagi kesel sama gue karena foto sama cewek semalam, balas Putra.
Lu gak jelasin ke dia?
Gak dulu. Gue suka lihat dia cemburu kayak gitu, bikin gemes tau gak.
Tapi gak usah lama-lama, ntar dia marah beneran terus minta putus gimana coba?
Gak akan gue biarin dia putusin gue.
Terserah lu aja deh.
Setelah itu mereka berpisah karena bel sedikit lagi berbunyi.
Selesai UAS mata pelajaran yang pertama, Putra mendatangi Alana dengan gayanya yang terlihat cool.
Mau ke kantin bareng gak? Ajak Putra.
Gak. Balas Alana ketus sambil merapikan alat tulisnya.
Kamu kenapa sih? Dari tadi pagi jutek mulu sama aku? Tanya Putra dengan sengaja. Padahal ia sudah tau kalau pacarnya ini sedang dalam mode cemburu.
Ya pikir aja sendiri.
Aku gak tau sayang. Masa iya aku disuruh mikir?
Dih, udah buat salah gak mau ngaku lagi. Dasar egois.
Putra tidak membalas namun ia malah memanggil Zidan.
Zidan... Panggil Putra saat melihat laki-laki itu ingin keluar dari kelas.
Ada apa? Balasnya dengan ekspresi yang sengaja dibuat setakut mungkin atau bisa dibilang pura-pura gugup di depan Alana. Padahal aslinya ia dan Putra teman minum.
Lo mau ke kantin kan? Tanya Putra.
Iya. Kenapa ya? Tanyanya sambil menunduk takut.
Ingat dia cuman pura-pura karena saat ini Alana sedang menatapnya.
Gue nitip nasi goreng spesial 1 sama teh hangat 1, jangan lupa antar kesini.
Zidan hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban 'iya' karena ia malas basa-basi dengan Putra.
Sebenarnya dalam hati Zidan, ia sangat dongkol dengan sikapnya yang semena-mena namun dirinya malas untuk menanggapi hal tersebut.
Kamu ngapain nyuruh Zidan? Tanya Alana yang membuat pandangan Putra beralih ke dirinya.
Tadi aku tawarin ke kantin kamu gak mau, ya udah kita makannya di kelas aja. Balasnya.
Tapi gak harus nyuruh Zidan kan? emangnya kamu gak punya kaki?
Punya, tapi cuman sebelah. Kan sebelahnya ada sama kamu, makanya aku gak bisa jalan kalau gak sama kamu. Gombal Putra.
Namun tidak digubris oleh Alana. Gadis itu malah mengambil earphonenya dan menyambungkan ke hp.
Zidan pun datang dengan membawa sepiring nasi goreng dan segelas teh hangat sesuai perintah Putra.
Thanks yah Dan. Ucap Putra sambil memberikan selembar uang berwarna merah muda. Padahal harganya tidak semahal itu, namun karena Zidan sudah menolongnya sehingga ia memberikan lebih.
Zidan langsung meletakkannya diatas meja dan langsung pergi dari situ setelah menerima uang tersebut.
Alana yang melihat itu acuh tak acuh dengan makanan di depannya.
Ia hanya melihat pergerakan Putra yang sedang melahap makanan tersebut tanpa menawarinya.
Namun Alana sudah bertekad akan menolak bila ia ditawari makanan itu.
Kamu mau? Tanya Putra sambil menyodorkan sendok yang berisi nasi goreng.
Gak. Aku gak lapar.
Setelah mengatakan itu langsung saja perutnya berbunyi pertanda bahwa ia lapar.
Alana menjadi malu saat perutnya berbunyi dan meminta untuk diisi. Wajahnya langsung memerah.
Putra tertawa melihat raut wajah Alana.
Kalau lapar bilang aja, gak usah malu. Lagian ini juga aku pesannya buat kita berdua.
Alana sudah tidak perduli dengan malunya dan langsung memakan nasi goreng itu dengan lahap bahkan sampai belepotan.
Putra hanya melihat itu sambil menggelengkan kepalanya.
Selesai makan Alana langsung membuka obrolan mereka.
Kamu gak ada niatan buat ngejelasin foto semalam?
Putra yang sedang membersihkan meja tempat makan mereka langsung terhenti.
Jadi itu yang membuat kamu berkata sinis sama aku? Jadi ceritanya kamu cemburu? Tanya Putra sambil menaik-turunkan alisnya.
Alana tau bahwa laki-laki itu sedang menggodanya.
Ih, kok kamu balik nanya? Kan yang duluan bertanya itu aku, kesal Alana.
Hahahaha, tawa Putra langsung pecah.
Dia bukan siapa-siapa aku, itu kita foto karena ingin bikin cemburu kekasihnya. Dia juga tahu kalau aku udah punya cewek yang cantik. Dan dia juga ngefans sama kamu, katanya kamu itu manis dan imut. Jelas Putra.
Pipi Alana bersemu malu karena ucapan Putra barusan.
Kamu gak bohong kan?
Nggak sayang. Ngapain aku bohong. Kalau gak percaya, tanya aja sama Jefri dan Zidan.
Ha?? Zidan??
Bukan, maksud aku Jefri sama temannya yang di club semalam.
Oh, aku kira Zidan. Kan gak mungkin cowok sepolos itu main ke club.
(Polos apaan, dia mah si pemain berkelas. Tampangnya doang polos, tapi sifatnya beh jangan dilawan. Ucapannya dalam hati.)
Akhirnya mereka pun berbaikan dengan Alana yang menerima penjelasan Putra.
masih menyimak
salam dari nanas_muda🍍