S 3
Jangan boom like/lompat baca /nabung bab
Diusahakan baca setiap kali update. 🙏🙏🙏
_________________________________________
Kehadiranmu dalam Takdirku adalah bagian dari skenario Tuhan. Aku tidak marah atau bahkan balas dendam kepadamu. Sebab aku tahu betul sebelum hari ini kau pernah menjadi penyebab bahagiaku. Sekarang mungkin waktunya saja yang telah usai. Perihal lukaku ini biar menjadi tanggung jawabku sendiri, sebab dari awal aku yang terlalu dalam menempatkanmu di hatiku. Doaku semoga hari-harimu bahagia tanpa aku. Dengan siapapun kamu semoga dia adalah wanita yang bisa memahamimu, menyayangimu dan membuatmu bahagia lebih dari apa yang pernah aku berikan untukmu." ~ Elmira...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon syitahfadilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. PERTEMUAN MENEGANGKAN
"Lupakan saja pertanyaan ku tadi. Tidak perlu menjawabnya." Ujar Farzan yang memperhatikan Elmira hanya bengong. Melihat sorot mata sekretarisnya itu yang nampak kosong, ia jadi berpikir jika mungkin Elmira memiliki masalah yang tidak bisa diceritakan pada orang lain. Namun, apapun masalah Elmira saat ini, ia berharap itu bukan hal yang terlalu serius apalagi tentang rumah tangganya. Ia berharap agar Elmira selalu bahagia agar pengorbanannya tidak sia-sia.
"Iya, Pak." Jawab Elmira sambil tersenyum tipis. Ia merasa lega karena tak perlu menjawab pertanyaan bosnya itu, karena ia sendiri juga merasa bingung harus menjawab bagaimana. Tidak mungkin ia mengatakan jika tujuannya kembali bekerja dan bukan bekerja di perusahaan suaminya sendiri adalah untuk menghindar dari hal-hal yang akan membuat hatinya bertambah sakit.
Tak lama kemudian pesanan makanan pun datang.
Elmira makan dengan begitu lahapnya karena memang merasa sangat lapar. Ia tidak menyadari jika sang bos terus memperhatikannya sambil menahan senyum.
Farzan merasa gemas melihat Elmira makan dengan sangat lahap dan disekitar bibirnya menjadi sedikit cemong. Jika saja ia adalah orang yang berhak atas Elmira, mungkin sejak tadi ia sudah mengambil tisu lalu mengusap sisa makanan yang menempel disekitar bibir sekretarisnya itu. Dan pada akhirnya ia hanya membiarkan hingga Elmira selesai makan.
"Loh, kok Bapak gak makan?" Tanya Elmira yang melihat piring bosnya itu masih penuh dengan makanan. Wanita itu mengambil tisu dan mengelap mulutnya usai minum.
"Em, i-ya ini baru mau makan." Jawab Farzan sedikit terbata karena kedapatan menatap sekretarisnya itu. Ia menyuapi mulutnya dengan tangan yang sedikit gemetaran karena gugup.
Disaat Farzan menikmati makanannya, Elmira kembali bengong dengan terus menatap layar ponselnya. Biasanya ia selalu berbalas pesan dengan sang suami. Mengingatkan agar tidak telat makan atau bertanya apa yang sedang dilakukannya sekarang.
'Sekarang aku tidak akan mengirim pesan lagi padamu, Mas. Karena aku sudah tahu apa yang sedang Mas lakukan, dengan siapa dan di mana Mas sekarang berada.' Batin Elmira. Ibu jarinya bergerak menekan tombol delete pada nomor suaminya. Foto pernikahan yang ia jadikan wallpaper pun digantinya dengan gambar hati yang retak, sesuai dengan apa yang dirasakannya saat ini. Hatinya sangat sakit mengetahui suaminya menikah lagi tanpa izinnya, dan dengan alasan karena dirinya yang tak kunjung hamil.
Seharusnya semua dibicarakan terlebih dahulu. Pasti ada jalan untuk penyelesaiannya. Dan tentang dirinya yang belum juga hamil, masih ada banyak cara lain sebagai penggantinya. Semisalnya program bayi tabung atau yang lainnya. Tapi sayang, suaminya malah memilih jalan untuk menikah lagi tanpa sepengetahuannya.
.
.
.
Mobil Ramon baru saja terparkir di pelataran sebuah restoran. Pria itu bergegas turun lalu berputar membukakan pintu mobil untuk Bella.
Wanita hamil itu mengulurkan tangannya meminta disambut, dan layaknya seorang ratu, sang suami menyambut tangannya lalu menggandengnya masuk kedalam restoran.
Ramon mengedarkan pandangannya mencari meja yang kosong, hari ini restoran nampak ramai sekali.
"Mas, kita duduk di sana saja." Ujar Bella sembari menunjuk kearah meja yang terletak di pojok kiri.
"Ayo," sepasang suami-istri itupun melangkah menuju meja tersebut dengan masih bergandengan tangan.
Ramon memesan beberapa menu makanan khusus untuk Bella yang tentunya baik untuk wanita hamil, istrinya itu harus banyak makan agar kandungannya selalu sehat. Sedang untuk dirinya sendiri, ia hanya memesan satu porsi spaghetti saja.
Setelah pesanan makanan mereka datang. Keduanya pun langsung memulai makan. Dan seperti biasa akan ada drama yang sedikit romantis, Ramon menyuapi istri keduanya itu. Yah tentunya agar Bella merasa senang, untuk menjaga agar wanita hamil itu tidak setres.
Usai makan, Ramon memanggil pelayan untuk membayar makanan.
Seorang pelayan wanita bergegas menghampiri, namun pelayan tersebut berhenti didekat meja seseorang yang tiba-tiba memanggilnya. Pelayan itupun bingung harus melayani yang mana terlebih dahulu. Dan setelah beberapa saat berpikir, pelayan itu memilih untuk menghampiri meja yang lebih dekat terlebih dahulu.
"Duh Mas, kenapa pelayan itu lama sekali." Gerutu Bella sambil mengusap perutnya. Ia ingin segera pulang dan langsung tidur. Kekenyangan membuatnya menjadi ngantuk.
"Iya sebentar, aku panggil lagi." Ramon memutar tubuhnya dan mengedarkan pandangan mencari keberadaan pelayan yang tadi ia panggil namun tak kunjung sampai.
Ketika telah menemukan pelayan itu, kedua mata Ramon seketika terbelalak melihat siapa yang sedang dilayani oleh pelayan yang tadi dipanggilnya.
"Mira, sedang apa dia disini, dan bersama siapa dia?" Ramon tak melihat begitu jelas siapa yang sedang bersama istrinya itu karena terhalang oleh pelayan. Iapun beranjak dari tempat duduknya, lalu melangkah menuju meja Elmira. Ia tak menghiraukan Bella yang memanggilnya.
Dan ketika semakin dekat, barulah Ramon dapat melihat dengan jelas siapa yang sedang bersama Elmira. Rahangnya seketika mengeras melihat istrinya bersama rival masa kecilnya.
"Apa-apaan ini!?"
Bukan hanya Elmira yang terkejut dengan kedatangan suaminya, Farzan pun tak kalah terkejut melihat kedatangan Ramon. Mereka berdua serentak langsung berdiri. Pertemuan tak terduga ini begitu menegangkan.
"Apa yang kamu lakukan disini, huh?" Ramon menatap tajam istrinya. Melihat Elmira bersama pria lain membuat darahnya serasa mendidih. Terlebih pria yang bersama Elmira adalah pria yang sangat ia tahu menyukai Elmira sejak dulu.
"Mas," Elmira terbata. Ia benar-benar terkejut dan tidak menyangka akan bertemu suaminya ditempat ini.
"Ramon, jangan salah paham dulu. Kami hanya...
"Aku tidak berbicara denganmu!" Sela Ramon dengan menatap tajam pada Farzan.
"Jadi begini kelakuan kamu dibelakang aku, huh?" Ramon kembali menatap tajam istrinya.
Elmira tak menjawab sepatah katapun, ia mendekati suaminya itu lalu menariknya menjauh dari Farzan. Ia tidak ingin bosnya itu sampai tahu dengan permasalahannya.
"Apa yang aku lakukan disini, sama sekali tidak seperti apa yang Mas pikirkan!" Tekan Elmira. "Dan sebaiknya Mas segera pergi dari sini kalau tidak mau membuat dia menjadi malu. Mas sendiri tahu kan, semua orang sangat tidak menyukai yang namanya pelakor." Ujarnya sambil melirik kearah Bella.
Ramon mengepalkan tangannya dengan erat. Jika tidak memikirkan psikis Bella yang akan terganggu dengan hujatan orang, pasti ia sudah membuat perhitungan pada istri dan rivalnya itu.
"Kau harus segera pulang, dan jelaskan ini semua!" Ramon kembali ke mejanya. Ia meletakkan uang ratusan sebanyak sepuluh lembar, lalu segera mengajak Bella pergi dari tempat itu.
Elmira pun kembali ke mejanya. Wanita itu menghela nafas lega. Kejadian barusan mengundang perhatian seluruh pengunjung, namun syukur tidak terjadi keributan yang serius.
"El, apa Ramon salah paham pada kita? Kalau begitu biarkan aku menyusulnya dan menjelaskan padanya kalau tidak apa-apa diantara kita."
"Tidak perlu, Pak." Cegah Elmira. "Biar aku saja yang menjelaskannya nanti di rumah." Ia tidak ingin terjadi keributan antara bos dan suaminya.
"Baiklah, tapi jika seandainya Ramon tidak percaya. Kau harus menghubungi aku, biar aku yang menjelaskan padanya."
Elmira hanya mengangguk.
"Maaf El, bukannya aku ingin ikut campur, tapi jika boleh tahu siapa wanita yang bersama Ramon tadi? Aku tidak pernah melihatnya." Tanya Farzan.
Elmira terdiam sejenak, "Oh itu sepupunya Mas Ramon yang baru datang dari luar negeri." Jawabnya. Elmira pun lekas berpamitan sebelum bosnya itu mengajukan lebih banyak pertanyaan.
Farzan menatap kepergian Elmira dengan perasaan cemas. Ia khawatir jika Ramon akan berbuat kasar pada Elmira.
dah sampe di penghujung saja...
terimakasih sudah menyajikan cerita yg baik, banyak pelajaran hidup dlm berumah tangga dan cinta yg sebenarnya....,Teruslah berkarya tetap semangat ...
💖💖💖💪💪💪