"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deg
Arga terpaksa dibawa ke kantor polisi untuk di introgasi. Dan anehnya, hanya dia yang dibawa ke kantor polisi, sedangkan Malvin yang terang-terangan sudah mencari gara-gara dengannya, di lepaskan begitu saja.
Memang benar kalau uang ada lah segalanya.
"Ada apa ini? Bagaimana polisi bisa datang kemari? Siapa yang sudah melaporkan kejadian ini?" Tanya Jisya kepada penghuni rumah itu.
"Mama yang sudah melaporkan suamimu. Kenapa? Kau ingin membela suamimu itu? Untuk apa kau membelanya? Apa kau sudah mulai ada rasa dengannya? Kau itu wanita terbodoh yang pernah Mama lahirkan, Jisya!" Bentak wanita paruh baya itu pada putrinya.
Jisya menggeleng, "Kenapa Mama tega melakukan ini? Biar bagaimanapun Mama tidak menyukai suamiku, tapi Mas Arga itu tetap suami aku Ma, dan akan tetap menjadi menantu Mama seperti menantu Mama yang lainnya juga. Tolong bersikap adil Ma," Jisya menatap Mama Sua dengan pandangan kekecewaan mendalam.
"Berhenti terus membela suamimu itu, Jisya! Jika kau mau keluarga ini menerima suami mu, maka suruh dia mengubah statusnya, minimal menjadi pekerja kantoran meski hanya karyawan biasa, bukan menjadi seorang satpam yang malah malu-maluin!" Sebelum-sebelumnya Damar hanya diam dan membiarkan orang-orang di sekelilingnya mewakili dia dengan menghina menantunya itu. Tapi tidak untuk hari ini, akhirnya Damar juga sudah mulai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas untuk didengar oleh putrinya buat suaminya yang sering mereka semua rendahkan.
Mata gadis itu membendung dan menatap Damar. "Sepertinya memang tidak ada yang menerima suamiku di rumah ini, mungkin aku harus keluar dari rumah ini agar kalian semua puas!" membalik badan dan ingin menyusul suaminya ke kantor polisi.
"Tidak Jisya, kau tidak bisa keluar dari rumah ini, karena suamimu itu tidak akan mampu untuk menghidupi kamu! Bahkan bisa saja kau yang akan menghidupinya nanti di kemudian hari! Dan jika kau ingin pergi dari rumah ini, maka jangan menganggapku orang tuamu lagi, karena aku tidak sudi memiliki seorang putri yang tidak ingin mendengarkan ucapanku!" bentak Papa Damar sehingga suaranya bergema di seluruh ruangan dalam rumah itu.
Beruntung semua para tetamu undangan sudah pulang saat kehadiran para polisi tadi yang datang menangkap Arga. Tapi jangan salah, semua keluarga Damar yang terkenal dengan keangkuhannya dan suka merendahkan orang lain, mereka semua masih berada di rumah itu.
Mendengar perkataan sang Papa. Jisya hanya bisa menarik nafas dalam dan kembali melanjutkan langkah kakinya guna menyusul suaminya.
"Dasar! benar-benar anak bodoh! Bagaimana kau bisa melahirkan anak sebodoh itu Sua! Suaminya dari kalangan bawah yang malu-maluin, dan dia yang keras kepala mengikuti suami miskinnya itu! dasar anak tidak tahu diri!" Ucap Damar kepada istrinya dengan wajah memerah marah dan juga malu kepada saudaranya karena dia memiliki seorang menantu satpam, padahal semua putra-putri dari saudaranya menikah dengan orang yang berkemampuan dan masing-masing memiliki kedudukan dan jabatan yang bisa menaikkan nama keluarga.
Pernikahan Jisya dan Arga yang hanya seorang satpam dianggap aib dalam keluarganya.
"Itu kan kesalahan Paman juga, ngapain mau-mauin aja ngikutin ucapan Jisya yang ingin menikah dengan seorang satpam. Kan sekarang malu sendiri. Mungkin lebih baik jika tempo hari Jisya tidak perlu menikah dengan satpam itu, jadi tidak akan ada drama yang kayak gini."ucap Lina berkata kepada Pamannya.
Paman Damar hanya bisa menarik nafas penyesalan telah mengizinkan Jisya untuk menikah dengan Arga.
"Suruh saja mereka bercerai Paman, sebelum Jisya hamil dan akan bertambah memperumitkan keadaan, karena jika Jisya sampai hamil, mereka tidak akan pernah bisa bercerai lagi." Kata sepupu Jisya.
Damar juga tak menjawabnya dan masih terdiam memikirkan usulan dari ponakan-ponakannya yang terdengar masuk akal juga dipikirannya.
,,,
Di lain sisi, Jisya sudah tiba di kantor polisi. Tapi sebelum wanita itu masuk ke dalam, dia terlebih dahulu menghubungi suaminya hanya untuk ingin memastikan apa kah pria itu masih berada di dalam.
Drrt drrt drrt
Ponsel pria itu berdering tapi tak ada yang mengangkatnya.
Jisya akhirnya turun dari mobil dan buru-buru ingin melangkah masuk ke dalam dengan tangan yang masih mencoba untuk menghubungi suaminya.
Tapi tiba-tiba seseorang mengangkat panggilan teleponnya yang membuat gadis itu menghentikan langkah kakinya.
"Hello." Terdengar suara wanita yang mengangkat ponsel suaminya.
DEG
Jisya berusaha berpikiran positif dan membisikkan ke dalam hati, yang mungkin itu seorang polisi wanita yang sedang menjawab panggilan darinya karena ponsel suaminya ditahan oleh mereka.
"Maaf, ini siapa ya?" tanya Jisya berusaha tenang.
"Loh, kok kamu tanya aku siapa? ini yang siapa? Karena kamu yang lebih dulu nelpon ke nomor pacar aku," wanita diseberang itu kembali bertanya kepadanya yang membuat jantung Jisya tiba-tiba saja berdebar dengan kencang.
Pacar? apa maksudnya?. Batin Jisya.
"M-mana pemilik ponsel ini?" tanya Jisya.
"Kami sedang berada di hotel, memang kenapa kamu bertanya? ini siapanya pacar aku?" bukannya menjawab, wanita di seberang panggilan itu kembali bertanya.
DEG