Aillard Cielo Van Timothee adalah seorang Grand Duke yang sangat dikagumi. Dia sangat banyak memenangkan perang yang tak terhitung jumlahnya hingga semua rakyat memujanya. Namun hal yang tak disangka-sangka, dia tiba-tiba ditemukan tewas di kamarnya.
Clarisse Edith Van Leonore adalah seorang putri dari kerajaan Leonore. Keberadaannya bagaikan sebuah noda dalam keluarganya hingga ia di kucilkan dan di aniaya. Sampai suatu hari ia di paksa bunuh diri dan membuat nyawanya melayang seketika. Tiba-tiba saja ia terbangun kembali ke dua tahun yang lalu dan ia bertekad untuk mengubah takdirnya dan memutuskan untuk menyelamatkannya.
"Apakah kamu tidak punya alternatif lain untuk mati?"
"Aku disini bukan untuk mencari mati." jawab Clarisse tenang.
"Lalu untuk apa kamu kesini, menyodorkan dirimu sendiri ke dalam kamp musuh?" Aillard mengangkat alisnya sambil memandang Clarisse dengan sinis.
"Aku disini berniat membuat kesepakatan denganmu. Mari kita menikah!"
➡️ Dilarang memplagiat ❌❌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KimHana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 15 - AKU TIDAK AKAN MENCINTAIMU
“Yang mulia...” Clarisse membungkukkan badannya sambil mengangkat ujung gaunnya sedikit yang merupakan etiket seorang bangsawan. Dengan anggun dia tetap menundukkan kepalanya menunggu Grand Duke membalas salamnya.
Aillard menganggukkan kepalanya lalu berjalan melewati Clarisse. Setelah itu ia duduk di salah satu sofa yang tergeletak di sana lalu menyilangkan kakinya dengan anggun. "Langsung saja ke intinya, ada urusan apa anda kemari, Nona?”
Glup.
Tanpa sadar Clarisse menelan ludahnya gugup di bawah tatapan terang-terangan sang Grand Duke. Kenapa dia sangat lugas? Tidak bisakah mereka berbasa-basi dahulu sebagai ganti permintaan maafnya karena membuatnya menunggu lama.
Clarisse memejamkan matanya menyesali bagaimana ia tidak melatih mentalnya dahulu dan hanya mengandalkan nyalinya yang sebesar biji jagung. Ia sekarang mengerti bagaimana para bangsawan itu terus mengeluh tentang Grand Duke adalah orang yang sulit dihadapi.
“Ehm, begini......” Clarisse tergagap menahan tekanan dari Aillard.
Tidak tahan lagi melihat wajah Clarisse yang ketakutan membuat Teon sedikit merasa kasihan, “Yang mulia, tolong santai lah sedikit! Nona ini sangat ketakutan karena anda terus memelototinya.”
Aillard langsung memutar kepalanya menatap Teon dengan dingin yang membuat Teon seketika terdiam.
Deg.
Bagaimana ia bisa lupa kalau tuannya adalah orang yang tidak suka jika orang lain mencampuri urusannya. Teon mengetuk kepalanya merutuki dirinya yang bodoh karena melupakan hal itu.
Ini semua salah wanita itu! Kalau bukan karena dia memasang tampangnya yang seperti itu bagaimana mungkin ia bisa terenyuh untuk menolongnya. Maklum saja, hatinya agak lemah jika di hadapkan oleh wanita yang menyedihkan. Namun ia akui, ia juga sedikit merasa bersalah karena mengerjainya padahal sebelumnya dia tidak merasakan hal ini terhadap bangsawan lain.
Ah, dia tau. Itu pasti karena sikapnya yang mirip dengan hewan peliharaan Grand Duke sebelumnya. Dia juga bersikap seperti ini ketika semua orang mengacuhkannya dan meninggalkannya. Ekornya terkulai, kepalanya menunduk lemas yang membuat orang merasakan tertekan. Teon menganggukkan kepalanya meyakini teori itu di benaknya.
Berbeda dari bangsawan lainnya, ia tidak mengamuk seperti yang dia bayangkan yang membuat ia merasa heran. Kenapa sikapnya berbeda dari bangsawan-bangsawan yang pernah ditemuinya? Jujur saja, ia sedikit penasaran dengan identitas wanita ini.
“Kamu harus bisa, Clarisse.” Clarisse menyemangati dirinya sambil menghela nafas dalam-dalam. Perlahan ia melepas tudung jubah di kepalanya memperlihatkan rambut pirang platinumnya yang mempesona. “Apakah anda tahu siapa saya?” ujarnya kepada Aillard sambil tersenyum.
Aillard menatapnya acuh tak acuh seakan tidak terkejut sama sekali, namun bertentangan dengan itu gerakan tangannya yang sempat berhenti mengetuk-ngetuk sandaran kursi mengkhianati segalanya. Dengan dingin dia menatap Clarisse sambil menjawab, “Putri ke tujuh, Clarisse Edith Van Leonore.”
Memang pantas disebut Grand Duke yang sangat di hormati, ia bahkan bisa melihat identitasnya dengan sekali tatapan. Walaupun sebelumnya wajahnya sangat jarang terekspos kepada khalayak ramai.
“Apa? Putri ke tujuh?” Teon terkejut bukan main ketika mengetahui identitas Clarisse. Jujur saja ia baru mengetahui ada satu orang putri lagi di kerajaan ini, ia pikir hanya tiga putri saja. Wah, Kaisar benar-benar patut di apresiasi karena berhasil memperbanyak garis keturunan kerajaan. Ia menepuk-nepuk tangannya berharap ia bisa berlari ke hadapan Kaisar dan memberinya sebuah tropi.
“Lalu ada gerangan apa anda mengunjungi kediaman saya yang rendah hati ini, Yang mulia?” ucapan itu terdengar sopan namun Clarisse bisa mendengar nada sinisnya dalam suaranya.
“Saya datang kesini karena ingin membuat kesepakatan.” jawab Clarisse tenang. Namun bertentangan dengan itu, jantungnya berdetak dengan liar karena saking gugupnya. Ia meremas tangannya berharap bisa menenangkan perasaannya.
"Kesepakatan?" Aillard mengernyitkan alisnya menatap perempuan di depannya dengan curiga.
Putri ke tujuh ingin membuat kesepakatan dengannya? Bukankah itu terlihat sangat mencurigakan? Siapa yang tidak tau kalau hubungannya dengan kerajaan sangat tegang hingga mereka terlihat saling membunuh. Apakah laki-laki tua bangka itu yang mengutusnya?
Clarisse menelan ludahnya gugup di bawah tatapan menyelidik sang Grand Duke Timothee, ia mengambil nafas dalam-dalam lalu berkata dengan satu tarikan nafas, "Mari kita menikah!" ujarnya sambil memejamkan matanya tak berani melihat ke arah Aillard.
Aillard tercengang sejenak lalu setelah itu dia tertawa terbahak-bahak. "Putri Clarisse ternyata juga mempunyai bakat dalam melucu."
"Saya tidak bercanda. Saya serius ketika mengatakan akan menikahimu." ucap Clarisse sambil menatap Aillard kali ini dengan bersungguh-sungguh.
Raut wajah Aillard seketika berubah, ia sekarang memandang Clarisse dengan tatapan sedingin es. Clarisse mengigit bibir bawahnya menahan tekanan di tatap oleh predator liar di depannya.
Seiring waktu berlalu ia mulai merasakan sulit bernafas. Apakah keberaniannya mulai berkurang? Tidak. Clarisse menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat untuk menguatkan tekadnya kembali. Di bandingkan ketika bilah pedang itu menebas lehernya, dia rasa ini bukan apa-apa.
"Apakah kamu serius dengan ucapanmu?" Tidak ada lagi nada hormat dalam suaranya, yang ada hanya rasa kebencian. Ternyata benar Grand Duke Timothee sangat membenci keluarga kerajaan, Clarisse membenarkan pernyataan itu dalam hatinya sambil mendesah putus asa. Ia mulai merasa tidak yakin apakah Grand Duke mau menerima tawarannya.
"........" Clarisse menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Grand Duke.
"Lalu apa yang kamu tawarkan untuk menikah denganku?"
Clarisse terdiam, tidak tau apa yang bisa dia tawarkan untuk menikah dengan Grand Duke.
"Kenapa kamu membisu?" Aillard menyeringai menatap perempuan di depannya dingin. "Karena kamu sangat ingin menikah denganku, tentu saja kamu mempunyai sesuatu yang bis ditawarkan. Jujur saja, aku tidak mau menampung sesuatu yang tidak berguna di rumahku."
Deg.
Kejam. Satu kata itu terlintas di benak Clarisse ketika menggambarkan sosok laki-laki di depannya. Akhirnya tiba saatnya juga, dia melihat kekejaman Grand Duke di depan matanya sendiri. Tidak ada belas kasihan di matanya baik itu merupakan pria ataupun wanita.
"Saya akan menjadi tamengmu." jawab Clarisse akhirnya, sambil menatap lurus ke arah Grand Duke. Tidak ada lagi yang bisa dia pikirkan dan ini mungkin satu-satunya tawaran yang bisa dia lakukan mengingat Grand Duke yang tidak menyukai wanita.
Suatu hari nanti ia pasti akan di tekan oleh para bangsawan, karena itulah dia berinisiatif untuk menjadi Duchess walaupun hanya dalam nama. Lagipula posisi ini juga sangat menguntungkan, karena dia bisa mengawasi gerak gerik Grand Duke dan mencari tau siapa pembunuhnya.
Grand Duke adalah orang yang berhati dingin, karena itulah dia tidak pernah mengharapkan kalau Grand Duke akan mencintainya dan pernikahan ini akan berjalan seperti bagaimana mestinya. Anggap saja ini hanya untuk perlindungan diri dan menyelamatkan dirinya dari dari takdir kematiannya.
"Saya tidak akan mencintaimu. Saya bersedia kalau anda hanya memberi saya identitas hanya dalam nama."
"Ini menarik. Jujur saja, saya sedikit tertarik dengan tawaran anda." Aillard tersenyum menatap perempuan di depannya dalam suasana hati yang baik.