Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24 : Menginap
Pesantren Al Hidayah.
Malam ini terasa begitu sepi,hanya suara jangkrik dan beberapa hewan malam lainnya yang menemani tidur Azalea.Angin yang bertiup dari arah gunung di belakang pondok pesantren yang dulunya di anggap biasa saja,kini terasa begitu dingin.
Dengan berbekalkan dzikir sebelum tidur,Azalea mampu melewati kegundahan hatinya hingga bisa memejamkan mata meski hanya sementara,karena tepat jam tiga subuh,gawai yang ia simpan di meja samping tempat tidurnya berdering.
"Assalamualaikum."Salam Azalea begitu ia mengangkat ponselnya.
"Waalaikumsalam,maaf mengganggu tidurmu."Suara pria di ujung telpon itu membuat guncangan hebat bagi jantung Azalea.Suara yang sudah ia rindukan beberapa hari ini.
***
Magnolia Residence.
Sedetikpun,Adam melewati separuh malam ini tanpa bisa memejamkan mata.Wajah cantik istrinya yang sedang tersenyum manis berputar berputar di dalam kepalanya.Karena rindu yang tak terbendung,Adam sampai rela tidur di kamar Azalea dan kemungkinan besar,itu akan terus terjadi untuk waktu yang lama.Karena di kamar itu,ia bisa mencium wangi tubuh sang istri.
Sampai jam tiga pagi pun Adam tidak bisa memejamkan matanya.Ia raih ponsel di atas meja,di teleponlah sang istri yang ia yakini hampir terbangun karena shalat malam yang tidak pernah terlewatkan.
"Assalamu alaikum."
Hati Adam bergetar hebat,suara lembut Azalea mampu membangkitkan kerinduan skala besar dalam hatinya.
"Waalaikumsalam,maaf mengganggu tidurmu."
"Tidak apa apa mas.Kenapa mas belum tidur?"
"Aku sudah mencoba,tapi tidak bisa."Ujar Adam.
Di ujung telpon,Azalea terdiam.
"Aza.."
"Iya mas."
"Tindakan ku yang meninggalkan mu di rumah sakit sendirian,,tolong maaf kan aku."
Azalea masih terdiam.
"Aku tidak bermaksud melakukannya."Lanjut Adam.
Masih sama,Azalea belum berbicara sama sekali.
Adam mulai putus asa.
"Mas tau kamu marah,tapi tolong jangan mendiamkan ku."Suara Adam mulai tidak stabil.
"Aku tidak marah mas."
"Lalu kenapa kamu pergi?"
"Karena aku tau diri mas.Aku bukan wanita yang meninggalkan rumah hanya karena masalah sepele,mas melakukan kekerasan pun masih bisa aku terima.Tapi ini ceritanya berbeda mas."Ucap Azalea dengan suara tertahan.
"Baiklah,sepertinya,kita tidak bisa berbicara lewat telpon.Tunggu aku."
Azalea menatap ponselnya.Beberapa detik yang lalu,Adam mengakhiri panggilan setelah mengucapkan salam.
***
"Iya dok."
"Jam berapa jadwal operasi hari ini dokter Andi?"
Adam menghubungi dokter Andi.
"Rencananya jam delapan dok."
"Ini bypass jantung kan?"
"Iya dok."
"Aku rasa kamu bisa sendiri,hubungi aku jika kamu mengalami kesulitan.Tiba tiba aku harus ke luar kota."
"Insyaallah dok."
"Bagus,maaf mengganggu mu di pagi buta."Ujar Adam mengakhiri Panggilan.
Dokter Andi menatap ponselnya.
"Pagi buta katanya?ini baru jam tiga lima belas dokter." Dokter Andi menggerutu,tidur nyenyak setelah adegan panas dengan istrinya terganggu gara gara Adam yang menelpon tidak mengenal waktu.
"Siapa mas?"Tanya wanita yang tidur di sebelah dokter Andi.
"Supervisor ku sayang."Ujarnya tersenyum.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan yang tadi,aku masih menginginkannya."Dokter Andi mulai melancarkan serangan pada sekutu setelah mendapat persetujuan.
***
Pesantren Al Hidayah.
Jam menunjukkan pukul delapan pagi,Adam sudah berdiri di depan pintu rumah Abi Ahmad.Rumah sederhana yang terletak di samping pondok pesantren itu masih sama,tidak ada yang berubah sejak terakhir kali Adam mengunjungi nya beberapa tahun lalu.
Dari tempat ia berdiri,meski cukup jauh,Adam masih bisa melihat kegiatan kegiatan santriwati di dalam sana.Pondok pesantren yang sangat luas itu terbagi dua.Di bagian depan untuk laki laki dan di bagian belakang untuk perempuan.Ada tembok tinggi yang memisah kan keduanya.
Dan di sinilah kakinya berpijak tiga belas tahun lalu,kala Adam pertama kali melihat gadis cantik dengan kerudung panjang,gadis yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.Namun itu dulu,sekarang,hatinya sudah terpaut pada satu orang wanita.
Lama Adam menatap para santri yang berseliweran,hingga suara umi Kalsum mengangetkan nya.
"Sudah lama nak?"Sapa umi.
"Assalamualaikum umi."Adam mencium tangan umi dengan takzim.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh."
"Baru juga tiba umi.Abi mana?"
"Cari Abi atau Azalea?"Umi Kalsum sedikit menggoda Adam.
"Umi bisa saja."
"Abi lagi mengajar,kalau Aza,tuh lagi di kamar,udah kayak ayam lagi mengeram dia,,,"Ujar umi sambil tertawa.
Adam pun ikut tersenyum.
"Nak Adam sudah sarapan?"
"Sudah umi."
"Ya sudah,masuk sana,kamarnya Aza yang di sebelah kiri itu.Umi tinggal dulu ya,santri udah pada nunggu."
"Iya umi."
Setelah mengucap salam perpisahan,umi Kalsum meninggalkan Adam.
Adam kini berdiri didepan pintu kayu dengan cat warna hijau.Beberapa kali tangannya terangkat untuk mengetuk pintu itu,tapi selalu tidak berhasil.Hingga dengan penuh keberanian,Adam melakukannya juga.
"Masuk umi,pintunya Aza tidak kunci."Ujar Azalea dari dalam kamar.
Ia mengira kalau yang datang itu adalah umi Kalsum.
Adam membuka pintu,dan sebuah pemandangan indah menyambut kedatangannya.Adam terkesima,Azalea yang menghadap keluar jendela memperhatikan beberapa santri mondar mandir terlihat begitu cantik di mata Adam.Rambut panjang hitam legam tergerai indah menjadi lansekap mata elang nya.
"Kenapa umi belum pergi mengajar?Ini kan sudah jam de...."Ucapan Azalea terhenti.
Di depan pintu kamarnya,berdiri pria tampan yang sudah menemani hari harinya beberapa bulan terakhir ini.Pria yang sering membuat jantungnya memompa dengan cepat layaknya seorang pelari maraton.
"Mas..."
Azalea buru buru menarik hijabnya yang tergantung di dekat tempat tidur.
"Jangan memakainya,ini aku."Ujar Adam menghentikan tangan Azalea yang sudah memegang jilbabnya.
Azalea tertunduk malu dengan mencengkeram kuat jilbab di tangan kanannya.
Adam mendekat.
"Ini halal untukku kan?"Kata Adam,ia memperbaiki anak rambut Azalea yang jatuh menutupi sebagian dahinya.
Azalea hanya mengangguk.
"Duduk mas,atau sebaiknya kita bicara di luar saja."Tutur Azalea gelagapan,ia risih,selain Abi Ahmad,tidak pernah ada seorang lelaki pun yang masuk ke dalam kamarnya.
"Aku ingin di sini."Tegas Adam.
"Baiklah."Azalea mengalah dan memilih duduk di tepi tempat tidur,berhadapan dengan Adam.
"Mas sudah sarapan ?"Tanya Azalea,mengingat Adam yang tiba di pesantren lebih awal sudah menandakan jika ia pasti berangkat saat matahari belum menampakkan sinarnya.
"Belum."Demi menikmati makanan yang Azalea buat,Adam memilih berbohong.
"Mas tunggu di sini,biar aku ambilkan dulu."
Adam mengangguk.
Mata Adam melihat sekeliling,Ia mulai menjelajahi kamar Azalea setelah wanita itu keluar.
Adam membuka laci,sebuah album foto tersusun paling atas di dalam laci tersebut.Adam penasaran,perlahan ia mengambil dan mulai membuka lembar demi lembar.
Bayi lucu dengan lesung di kedua pipinya di mata Adam terlihat sangat menggemaskan.Beberapa lembar sudah ia buka,namun ada sesuatu yang aneh,tak satupun foto mama Irene maupun papa Zaid yang terlihat menggendong Azalea.Hingga tiba di lembaran berikutnya,namun Adam harus menyimpan album tersebut,karena Azalea datang membawakan sepiring nasi beserta lauknya.
"Apa yang mas lakukan di situ?"
"Tidak ada,hanya liat liat saja."
Adam sungguh menikmati makanannya,sampai tidak terasa makanan dalam piring itu ludes ia habiskan,Adam jadi lupa jika baru satu jam yang lalu ia baru mengisi lambungnya dengan makanan serupa.
"Mas Istirahat saja dulu,Ini juga baru jam sembilan pagi."Ucap Azalea kemudian berlalu sambil membawa piring bekas makan Adam.
"Kenapa berkata seperti itu?"Adam mengernyit.
"Sore kan mas harus pulang ke kota."Lanjut Azalea terpaksa menghentikan langkahnya.
"Siapa bilang aku akan pulang?"Adam melipat kedua tangan di dada.
Azalea jadi bingung sendiri.Ia menatap Adam yang seperti sengaja menantangnya.
"Memangnya mas mau pulang jam berapa?"
"Aku akan menginap."
"APA..??
...****************...