"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Apa yang terjadi?
Di suatu malam, Hiden sangat rajin mengunjungi Kirie ke rumahnya. Mau itu siang atau malam, setiap sepulang kerja, Hiden selalu sempat mampir ke rumah Kirie walau hari sudah sangat larut malam.
Saat itu kebetulan Kirie sedang sibuk menilai tugas rumah siswa-siswanya, Hiden datang dengan membawakannya beberapa camilan.
"Sayang! Aku datang membawakan mu camilan!" Hiden bersemangat memeluk Kirie yang gembira melihat kehadiran nya.
"Kau masih belum tidur? Ini sudah larut sayang, tidurlah! Besok kau ngajar bukan?" tanya Hiden perhatian.
"Iya, besok aku ada jadwal mengajar selama 4 jam di kelas yang berbeda. Tapi aku harus menyelesaikan penilaian tugas para siswa terlebih dahulu, jika tidak, besok mereka tidak ada bisa mencatat menggunakan buku mereka," jelas Kirie yang masih sibuk menilai pekerjaan pada murid nya.
Hiden menganggukkan kepalanya tanda mengerti, kemudian ia melirik jam dinding yang berdetik dengan suara yang lumayan mengganggu.
"Aku akan membuatkan mu teh hangat agar lebih semangat menyelesaikan penilaian tugas siswa-siswa mu itu," Hiden berdiri dan berjalan ke dapur. Kirie tersenyum melihat tindakan yang terlihat sangat memperhatikan dirinya.
...----------------...
Di dapur, dengan serius Hiden menyiapkan alat dan bahan untuk menyeduh teh. Dia mengeluarkan obat yang waktu itu ia curi di rumah sakit. Hiden menandingi obat itu sejenak, tanpa ragu ia langsung memasukkan obat itu ke dalam gelas teh yang sudah berisi air hangat.
CESS...
Dalam hitungan detik, obat itu menghilang dan larut di dalam air teh yang baru saja Hiden seduh. Sambil mencoba menata ekspresinya kembali, Hiden berjalan membawakan Kirie teh yang sudah ia seduh bersamaan dengan obat yang sudah larut kedalam teh.
"Sayang, minum lah selagi hangat," kata Hiden yang mengambil gelas yang tidak berisi obat.
Ia mencium aromanya terlebih dahulu, setelah itu ia menyeruput teh nya agar Kirie merasa ingin mencobanya juga.
"Hmmm, ini benar-benar teh yang nikmat. Apa kau selalu menyeduh teh ini?" tanya Hiden.
"Tidak, ibu hamil tidak boleh meminum kafein terlalu banyak. Jadi aku akan ngeteh diwaktu-waktu tertentu saja, apa seenak itu?" Kirie penasaran.
"Iya nikmat sekali, cobalah sebelum tehnya menjadi dingin. Aku akan sedih jika kau mengabaikannya terlalu lama," kata Hiden yang membuat Kirie menjadi tidak enak.
Dengan perlahan Kirie mengambil teh dan meminumnya. Hiden menatap Kirie dengan lekat, ia ingin memastikan jika Kirie sudah benar-benar meminum teh yang dia buat.
"Hmm! Entah kenapa aku merasa teh ini terasa sedikit pahit. Apa cuma perasaan ku saja ya?" kata Kirie yang membuat Hiden sedikit merasa panik.
"A-ah iya, mungkin cuma perasaan mu saja. Kan sekarang sudah larut, mungkin tubuhmu sudah lelah dan hendak segera beristirahat," kata Hiden membenarkan dugaan yang Kirie pikirkan.
"Mungkin itu benar. Tapi aku hanya memeriksa lagi sedikit, habis ini aku akan langsung tidur, apa kau mau menginap?" tanya Kirie.
"Tidak, aku tidak akan menginap. Ah jangan lupa untuk menghabiskan teh buatanku," Hiden menekankan kata 'buatanku', agar Kirie mau meminumnya sampai habis.
"Iya sayang iyaa,"
...----------------...
Di sisi lain, kini Yigon dan Fairy sedang ngedate di suatu taman bermain. Wahana di malam hari terlihat sangat indah dan keren karena dihiasi dengan lampu-lampu besar yang kelap-kelip.
"Kyaaaaa!" para pengunjung berteriak saat mencoba menaiki wahana roller coaster yang sangat menguji adrenalin.
Fairy yang sangat menyukai wahana itu pun, merasa sangat bahagia begitu menaikinya. Didukung oleh langit malam yang cerah tanpa adanya mendung yang menutupi bintang-bintang.
Yigon menatap Fairy dengan tatapan yang sangat dalam, ia merasa sangat bahagia karena telah mendapatkan hati gadis pujaannya itu. Gadis yang cantik, manis, periang, dan juga sedikit manja. Tapi kemanjaan nya itu tidak masalah bagi Yigon, karena dia sendiri sangat suka memanjakan Fairy.
"Hoekk!" Yigon merasa mual saat turun dari wahana roller coaster, karena tidak terbiasa menaiki wahana seekstrem itu, Yigon pun muntah.
"Apa kau baik-baik saja? Minum ini paman! Aduhh..." Fairy memberikan sebotol air mineral kepada Yigon yang merasa tidak sehat.
"Kepalaku sangat pusing, kenapa kau bisa baik-baik saja setelah menaiki wahana seekstrem itu?" tanya Yigon heran melihat Fairy yang baik-baik saja, sangat berbeda dengan dirinya.
"Jika tidak terbiasa, maka akan pusing seperti itu. Sekarang, bagaimana jika kita lanjut naik wahana bianglala itu?" Fairy menunjuk sebuah wahana raksasa yang berputar.
Melihat hal itu, kepala Yigon menjadi tambah pusing.
...----------------...
Di keesokan harinya, sekitar pukul 4 dini hari. Kirie terbangun saat perutnya tiba-tiba terasa sangat sakit. Seperti ada benda besar yang terus berputar-putar di dalam perutnya.
Kirie meringis kesakitan, ia berusaha berjalan meraih saklar lampu di samping pintu kamarnya. Tubuh dan tangannya gemetar karena saat itu Kirie merasakan sakit di sekujur tubuhnya.
TEK!
Begitu lampu di hidupkan, berapa ngerinya pemandangan yang ia lihat saat itu. Seprai kasur dan lantai yang baru saja ia lewati dipenuhi oleh darah yang keluar dari tubuh bagian bawahnya.
"Akhhh, apa yang terjadi?" Kirie berteriak begitu melihat noda darah yang bercucuran kesana-kemari.
Kirie menangis karena tidak tau apa yang terjadi dengan tubuh dan juga bayinya. Sambil menahan rasa sakit yang sangat hebat, Kirie berusaha meraih ponselnya di atas meja lalu menghubungi ambulance.
Setelah berhasil menghubungi ambulance dan memberitahukan alamatnya, tubuh Kirie lunglai begitu rasa sakit seakan terus mengaduk-aduk perutnya. Hingga beberapa saat kemudian, Kirie pun pingsan.
...----------------...
Beberapa menit kemudian, tim medis dan ambulance pun datang ke rumah Kirie. Saat mereka mulai mengetok pintu dan memencet bel rumah, tidak ada tanda-tanda keberadaan orang di dalam rumah karena terasa sangat sunyi, apalagi saat itu hari sangat pagi.
Merasa jika itu hanyalah sebuah panggilan iseng dari seseorang, mereka berencana untuk kembali ke rumah sakit. Tapi salah satu dari mereka memiliki pemikiran lain, dia berfikir jika mungkin saja panggilan telepon tadi adalah benar, dan sekarang pasien sedang mengalami kesulitan di dalam sana.
Dirasa ada benarnya, mereka pun mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah sakit. Mereka berencana memeriksa keadaan pasien terlebih dahulu sebelum pergi begitu saja.
Karena pintu rumah terkunci dari luar, para pekerja medis itupun merasa janggal. Namun, mereka tetap berusaha membobol gembok pintu yang sepertinya sengaja di kunci oleh seseorang.
Setelah cukup lama mengotak-atik gembok pintu, akhirnya mereka berhasil membuka pintu rumah layaknya seorang maling. Dengan gesit mereka berempat langsung berpencar mengecek satu persatu ruangan yang ada di rumah itu.
"Pasien ditemukan!" teriak salah satu petugas yang menemukan Kirie tergeletak di lantai dalam keadaan pingsan didampingi cucuran darah yang berserakan.
Dengan sigap mereka langsung membopong tubuh Kirie masuk ke dalam mobil ambulance. Para tetangga pun bermunculan saat suara sirine ambulance mulai dihidupkan. Mereka bertanya-tanya dengan apa yang sebenarnya telah terjadi kepada Kirie.
Selama mereka bertetangga, Kirie sangat jarang berinteraksi dengan para tetangganya itu. Dia juga lebih suka berada di dalam rumah dibandingkan bersilaturahmi ke rumah tetangganya.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Kirie?"