NovelToon NovelToon
Menikah Karena DENDAM

Menikah Karena DENDAM

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Lari Saat Hamil / Pengantin Pengganti
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.2
Nama Author: momian

Afika Lestari, gadis cantik yang tiba-tiba di nikahi oleh pria yang sama sekali tidak di kenal oleh dirinya..

Menjalani pernikahan dengan pria yang ia tidak kenal yang memiliki sifat yang kejam dan juga dingin, membuat hari-hari Afika menjadi hancur.

Mampukah Afika bertahan dengan pernikahan ini?
Atau mampuka Afika membuat pria yang memiliki sifat dingin dan kejam menjadi baik, dan mencintai dirinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MKD 19

Sreettttttttt... Lengan Afika di tarik paksa oleh Adrian, padahal Afika belum sama sekali keluar dari dalam mobil tapi Adrian dengan sangat cepat menarik lengannya. Dan membuat Afika terjatuh.

"Adrian sakit" kata Afika merasa keram di bagian bawah perutnya. Namun Adrian tidak menggubris sama sekali justru Adrian kembali menarik lengan Afika dan membawa Afika memutari rumah hingga sampai tepat di taman belakang. Kaki Afika tertatih melangkah mengikuti langkah kaki Adrian yang begitu cepat dan lebar melangkah.

"Lepaskan Adrian, sakit." Kata Afika berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Adrian.

"Ya Allah, apa lagi sekarang ini. Kenapa tuan marah lagi." Kata Sri yang kasihan melihat Afika yang di seret seperti sedang menarik sekarung beras. "Nadi, apa kau melapor kepada tuan mengenai non Afika?" Tanya Sri dan Nadi menggelengkan kepalanya, karena merasa memang tidak pernah melaporkan apa pun kepada Adrian. Lagian apa yang harus di laporkan, kegiatan berbelanja di pasar tidak ada masalah sama sekali. Afika pun tidak pernah sama sekali berniat untuk kabur, lalu apa yang harus di laporkan. "Semoga non Afika bisa melewati hari ini lagi." Gumam Sri.

"Adrian." Ucap Afika dengan nada yang tinggi namun Adrian sama sekali tidak melepas pergelangan Afika sama sekali. Adrian menatap Afika dengan tatapan tajam. "Kali ini apa salahku Adrian?"

"Minta maaf sekarang!" Teriak Adrian tepat di hadapan Afika membuat Afika menutup matanya, karena merasa sedikit takut dengan tatapan mata Adrian yang seakan ingin membunuhnya.

Perlahan Afika membuka matanya, memberanikan dirinya menatap mata Adrian. "Haruskan aku yang bilang itu Adrian bukan kamu." Mata meraka saling memandang satu sama lainnya, hingga beberapa saat kemduian Adrian langsung mendorong tubuh Afika dan membuat Afika terjatuh.

"Apa aku cemburu melihat ku dengan Nadi?" Tebak Afika saat Adrian sudah membelakangi tubuhnya. Adrian yang hendak pergi, membatalkan langkah kakinya.. "Jika kau mencintaiku katakan saja. Jangan kau pendam cintamu dengan ke egoisan mu yang melebihi tingginya gunung." Kata Afika membuat Adrian langsung menoleh ke arahnya, Adrian langsung berjongkok tepat di hadapan Afika dan mencengkram kedua pipu Afika dengan keras.

"Jangan terlalu percaya diri Afika. Bahkan jika tinggal kau satu-satunya wanita di dunia ini, akan aku pastikan aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu. Ingat itu" Tegas Adrian dan melepaskan cengkramannya.

"Jangan pernah berbohong Adrian. Aku tahu kau sudah jatuh cinta padaku." Lawan Afika.

"Jangan pernah bergerak sedikit pun masuk ke dalam rumah hingga pukul delapan malam." Kata Adrian meninggalkan Afika seorang diri di bawah teriknya matahari.

••••

Rangga yang begitu yakin jika Afika yang ia temui tadi adalah Afika yang pernah di jodohkan oleh ibunya tapi batal menikah, langsung memastikan jika Afika yang ia lihat sama dengan Afika yang berada di panti asuhan. Rangg langsung menghubungi ibunya dan meminta foto Afika. Setelah Rangga memastikan foto tersebut yang memang benar adanya, kini Rangga menyesali apa yang telah ia perbuat pada Afika dahulu. Yang memutuskam untuk tidak menikahi Afika tanpa memberi kabar sama sekali.

"Aku yakin Afika pasti menetap di kota ini." Gumam Rangga, sambil mencoba mencari tahu keberadaan Afika selagi Rangga masih berada di kota ini.

•••

Sore harinya, cuaca yang semulanya cerah kini telah berubah menjadi mendung, awan hitam mulai menyelimuti langit. Rangga memutuskan untuk beristirahat sejenak mengingat hari sudah semakin sore. Berbeda dengan di mension, saat semua orang tengah asyik menikmati sore harinya, tidak pada Afika. Ia masih dengan posisi yang duduk di bawah langit yang mulai mendung. Perut Afika juga sesekali berbunyi meminta untuk segerah di berikan makanan, namun Adrian memberikan perintah pada Sri dan Nadi agar tidak memberikan satu makanan pun pada Afika.

Perlahan air hujan jatuh membasahi bumi. Perlahan pula tubub Afika basah kuyup, hingga beberapa saat kemudian penglihatan Afika kini mulai memudar. Samar-samar ia melihat Adrian yang kini sedang berada di atas balkon kamar memperhatikan dirinya.

"Aku tahu, kau sudah jatuh cinta padaku Adrian." Gumam Afika dan beberapa saat kemudian tubuh Afika terjatuh ke tanah.

Nadi yang kebetulan memang sejak tadi memperhatikan Afika dari dalam rumah, langsung berlari ke arah Afika, menggendong tubuh Afika masuk ke dalam rumah. Lagi dan lagi Adrian mengepalkan kedua tangannya melihat Nadi yang menggendong Afika..

"Non Afika." Ucap Sri sambil mengikuti langkah Nadi yang membawa Afika masuk ke dalam kamar Afika. "Tunggu di luar. Biar bibi gangi baju Afika dulu." Kata Sri dan Nadi langsung keluar menunggu di depan pintu.

"Non Afika sadarlah." Kata Bibi sambil menggangti satu persatu pakaian yang di kenakan Afika. "Ya Allah, non. Badan non Afika panas sekali, non Afika sadar non, ayo sadar." Setelah mengganti seluruh pakaian Afika, kini Sri mengopres Afika, karena tak kunjung sadar, Sri langsung berlari menuju kamar Adrian. Mengetuk pintu kamar hingga Adrian membuka pintu.

"Permisi tuan. Tubuh non Afika sangat panas, apa perlu saya panggilkan dokter?" Ucap Sri dengan sangat hati-hati karena tidak ingin membuat Adrian semakin marah. Tanpa menjawab, Adrian langsung berjalan masuk ke dalam kamar Afika. Adrian berdiri terdiam memandang Afika yang masih memejamkan mata.

"Tuan apa harus saya memanggil dokter?" Ulang Sri. Namun perlahan Afika membuka mata, samar-samar Afika dapat melihat Adrian yang kini berdiri sambil memandanginya.

"Non Afika. Syukurlah non sudah sadar." Kata bi Sri dengan sangat bahagia. "Tuan, tubuh non Afika masih panas sekali."

"Biarkan saja. Dia hanya berpura-pura." Kata Adrian lalu keluar dari kamar Afika.

Sungguh sakit sekali hati Afika mendengar Adrian yang mengatakan dirinya sedang berpura-pura. Andai saja, Adrian tidak menjemurnya di bawah terik matahari lalu terkena derasnya hujan, mungkin saja Afika saat ini masih sehat seperti sedia kala. Dan dengan gampang sekali pria itu mengatakan jika Afika hanya berpura-pura.

Nadi, yang merasa khawatir langsung menacap gas mobil keluar dari mension tanpa memperdulikan Adrian yang kelak akan marah kepada dirinya.

"Aku hanya butuh istirahat saja Bi" ucap Afika dengan suara yang getar menahan rasa panas di sekujur tubuhnya.

"Bersabarlah, Nadi sedang keluar mencari obat untuk mu."

Satu jam lebih berlalu, kini Nadi datang dengan membawa kantong kresek yang berisi berbagai macam obat yang ia beli dari apotik yang berada di kota. Karena sangking paniknya, Nadi tidak lagi menghiraukan jenis obat yang ia minta dari penjaga apotik. Segala macam jenis obat panas di beli Nadi karena Nadi tidak tahu mana yang cocok untuk Afika.

"Kenapa banyak sekali?" Tanya Sri melihat seisi kantong kresek yang di berikan oleh Nadi.

"Aku tidak tahu obat merk apa, makanya aku membeli semua obat penurun panas." Kata Nadi

Namun, baru juga beberapa langkah Sri menaiki anak tangga, kantong kresek itu langsung di rebut oleh Adrian.

"Tuan." Kata Sri yang kaget.

"Siapa yang memberi perintah pada kalian untuk memberinya obat? Siapa!? Sentak Adrian membuat Sri menundukkan kepalanya karena takut dengan suara Adrian yang begitu menggema di pendengarannya.

"Inisiatif saya sendiri tuan." Kata Nadi memberanikan dirinya.

"Kau berani melawanku Nadi? Berani?"

"Maaf tuan, tapi Afika dia manusia bukan hewan tuan. Dia sakit dan harus di obati."

Prokkk.... prokkkk..prokkkk.. Adrian bertepuk tangan mendengar penjelasan Nadi. Hawa dingin mengcekam mengisi mension yang begitu megah.

Bukkhhhhh., Satu bomengan mentah mendarat di wajah Nadi, hingga sudut bibir Nadi mengeluarkan darah segar.

"Tuan." Ucap Sri kaget saat melihat Adrian yang untuk pertama kalinya memberikan pukulan pada Nadi.

"Apa kau jatuh cinta pada Afika? Jadi kau membantunya?" Tanya Adrian tapi Nadi hanya diam. "Sekali lagi aku melihat kau membantu Afika maka aku akan memecatmu." Ancam Adrian.

1
Febby Fadila
penasaran dengan ceritanya..
fran
aq suka ceritanya ga berbelit belit san tdk terlalu panjang, tks thor
Endah Lestary
Luar biasa
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y
karyaku
hi kak transmigrasi menjadi istri mafia jangan lupa mampir y kk
Titin Taslim
congratulation 🥰
Titin Taslim
gila .....😔
Jefry Ramadhan
bnyk typo
Maria Kilis
/Good//Good//Good/
Maria Kilis
Luar biasa
Akun Lima
kalo sampe jadian ama adrian fix ini othor paling bodoh
Anonymous
keren
Rheza Rheza
Luar biasa
Riski Candra
baru nyeselkan adrian /Tongue//Tongue/
Riski Candra
jadi cowok kok gak punya perasaan😭😭😭
Riski Candra
semangat kak
Anonymous
keren
Henny Wellyandri Tobing
Lumayan
Leni Hermawati
yah bikin adrian menyesal dan afikah prgi jauh
Julia Inp
napa nadi harus bohong malah memperkeruh suasana kan bagusnya jujur aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!