Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Pesan Mengejutkan
Mendengar cerita Ala, tanpa terasa Laras sudah habis sebungkus keripik kentang, batagor dan juga satu kaleng soda karena cerita Ala ini seru. Bahkan drama Korea saja lewat. Entah sudah berapa tissue Laras habiskan untuk mengusap ingusnya karena ikutan menangis. Dia jadi merasa bersalah sekarang karena udah jodoh-jodohin Ala dengan laki-laki pilihannya.
Pantas saja Ala nggak minat sama laki-laki modelan kayak apa juga, lha wong Briannya itu benar-benar membuat Ala jatuh cinta. Perlakuan Brian jarang ditemukan pada laki-laki lain.
Meski pernah mendua tapi Brian sadar dan tetap mempertahankan hubungan mereka. Bahkan Ala bilang hubungan itu sejak SMP hingga Ala naik kelas dua SMA. Jarang sekali ada hubungan pacaran saat masa remaja selama itu.
"Kalau jadi novel laku keras, La," celetuk Laras. Berusaha menghibur biar Ala nggak sedih lagi.
Biasanya Ala suka berhentiin abang-abang tukang dagang yang lewat tapi tadi ditawarin batagor dan lain sebagainya nggak mau. Lagi galau jadi males makan mungkin. Bahkan si abang-abangnya tadi nyariin Ala soalnya tuh anak yang sering jajan. Tukang apa juga diberhentiin. Usianya sih sudah mau kepala tiga tapi kelakuan kayak bocah.
Laras kadang geleng kepala berasa lagi momong anaknya sendiri dah tapi seru punya temen kayak Ala ini.
"Ada kok tapi gue belum selesai buatnya. Tiap kali gue tulis tentang dia hati gue nggak kuat jadi nggak selesai-selesai yang ada."
Ala mengambil ponsel khusus nulis yang tidak pernah dia bawa. Lalu menunjukkan kepada Laras tulisannya yang belum selesai itu.
"Antara aku, kau dan cinta? Cakep ini, La. Coba di-update aja. Siapa tahu banyak yang suka," usul Laras.
Ala menggeleng lemah. Bagaimana mau update kalau menggoreskan kisah tentang Brian saja hati Ala terasa perih. Goresan luka itu kembali menganga dan pada akhirnya tak sanggup menyelesaikan sebuah cerita tentangnya.
"Gue yakin lo pasti bisa. Lo harus kuat nulisnya. Jadi gini, move on terbaik itu lo harus nikmatin rasa sakit itu, terus kepoin akun dia sampai hati lo bener-bener capek. Nanti pasti akan terbiasa. Begitu juga dengan menulis kisahnya. Lo harus bisa lawan rasa sedih lo, kangen, sayang dan lain sebagainya. Biar kisah lo abadi dalam novel yang lo buat sendiri, La. Kan keren itu," ucap Laras memberi semangat kepada Ala agar mau melanjutkan novel itu.
Laras membaca tulisan Ala yang sudah sampai lima bab, sementara Ala ke kamar mandi untuk mencuci muka. Lelah menangis dia pun memesan seblak yang jualan dekat kontrakan Laras, padahal tinggal keluar gang tapi Ala malas dan akhirnya dia kirim pesan we-a.
"Mau seblak nggak lo?"
Laras mengangguk sambil serius baca novel yang mengharukan itu.
Ala pun memesan dua porsi dan juga es teh jumbo dua cup. Buat balikin mood Ala yang buruk akibat menangisi Brian.
"Keren, La. Gue hanyut dalam cerita yang lo buat. Coba lo posting di efbe sama akun novel online lo itu deh. Gue yakin banyak yang baca. Janji nggak bocor kalau ini kisah nyata," ucap Laras penuh semangat.
Ala menyeringai, "Alah lambemu suka bocor, Cok! Waktu kemarin aja lo hampir keceplosan gue kerja sampingan jadi penulis!" protes Ala.
Laras meringis, "Ya kan lupa, La. Abis Vina kan heran sama lo kayak nggak ada abisnya gaji lo. Tanggal tua nggak pusing, tapi kan lo lansung nyubit gue kasih kode." Laras membela diri.
"Kalau gue nggak pas dateng tuh mulut nerocos kek ember bocor!" ledek Ala.
Ala nggak mau banyak yang tahu jika dirinya ini seorang penulis. Ala ingin bebas menulis kisah apapun tanpa orang tahu siapa dibalik tulisan itu. Ala hanya ingin mereka mengenal Ala dari hasil karyanya bukan mengenal karya Ala karena tahu siapa Ala sebenernya.
"Ya maap deh! Eh ngomong-ngomong dicerita ini ... Lo bilang suka sayatin tangan kalau inget Brian. Itu beneran?" tanya Laras penasaran.
Sebab dalam cerita itu Ala menjabarkan semua perasaan Ala sejak memutuskan untuk menyudahi hubungannya dengan Brian. Hingga saat rasa rindu yang bercampur kebencian itu hadir, hati Ala menjadi kacau dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Tidak ada tempat untuk bersandar apalagi mencurahkan isi hati Ala. Pada akhirnya jalan yang dia ambil dengan melukai diri sendiri untuk mendapatkan ketenangan.
"Iya, nih lihat!" Ala membuka kaos panjang yang dia kenakan.
Selama ini memang Ala selalu memakai kaos panjang untuk menutupi sayatan luka itu, meski bekasnya tidak lama tapi akan ada luka baru yang dia berikan sebagai obat penenang.
Setiap bekerja, Ala menggunakan manset tangan tujuannya agar luka itu tidak terlihat oleh orang lain dan pasti banyak yang bertanya.
Setiap dikost kalau nggak ada Laras Ala pakai baju pendek tapi ketika ada Laras dia langsung cepat-cepat ganti pakaian panjang. Laras kira memang Ala sukanya pakai baju panjang, rupanya dibalik pakaian berlengan panjang itu ada luka yang tersembunyi.
Tangan sebelah kirinya penuh dengan sayatan yang membuat Laras merasakan pedihnya.
"Lo ... Kenapa begini, La?" Laras mengusap luka itu dan meras linu bercampur perih.
"Gue suka aja, dengan gini pikiran gue jadi tenang," kata Ala seraya tersenyum tipis.
"Jangan gini lagi, Ala. Ada gue yang akan selalu dengerin semua keluh kesah lo!" Laras menepuk pundak Ala.
Gadis itu mengangguk lalu berdiri karena ada yang ketuk pintu, Ala kembali lagi soalnya dia cuma pakai kaos pendek aja buat dalaman. Kaos panjangnya di lepas untuk memperlihatkan luka itu.
"Gue aja, La." Laras bergegas membuka pintu.
Itu tukang seblak yang datang. Baru mau buka dompet orangnya udah pergi aja. Mungkin nggak mau dibayar. Padahal Laras baru bilang terima kasih. Laras angkat kresek itu sambil mengangkat kedua bahunya.
"La, sekarang masih zaman ya? Beli bayarnya pake ucapan makasih?" tanya Laras. Dua kresek tersebut Laras letakkan begitu saja.
"Udah gue bayar, Ege! Gue TF tadi karena nggak ada uang cash! Hadeh!" Ala menepuk keningnya. Mana ada orang jualan dibayar pakai ucapan terima kasih. Ya rugi dong. Laras ini gimana sih.
Laras tertawa terbahak-bahak sementara ekspresi Ala datar saja. Entah selera humornya seperti apa sih anak itu. Kalau ada hal lucu pun dia nggak pernah tertawa.
***
Malam harinya Ala mencoba menuruti usul dari Laras itu. Upload cerita tentang kisah cintanya dengan Brian. Pertama kali Ala upload diakun sosial media berlogo warna biru itu. Lalu pada beberapa grup kepenulisan diakun tersebut.
Ala keluar dari akun khusus nulisnya lalu membuka akun fake untuk melihat status Brian. Berandanya masih sama seperti status kemarin nggak ada aktifitas apapun. Namun, lampu hijau menyala itu menandakan pemilik akun sedang aktif. Ala ingin kirim pesan tapi dia tidak tahu harus bagaimana. Untuk basa-basi itu sulit bagi Ala.
Akhirnya dia memilih membuka aplikasi menulis, membaca ulang tulisannya kemarin siang yang belum diposting. Memastikan nggak ada typo lalu edit kata yang mungkin kurang pas. Jika sudah dia akan posting diaplikasi novel online. Dari sanalah Ala mendapatkan penghasilan tambahan.
"Apa posting juga ya disini? Tapi yang ini masih update, bisa nggak ya nulis dua judul?" Ala mengetuk-ngetuk dagunya.
Menggigit bibir bawah untuk mengurangi rasa bimbang. Kalau sudah masuk aplikasi novel online itu harus wajib posting setiap hari. Makanya Ala harus punya stok bab paling tidak satu atau dua bab agar ketika dirinya sibuk didunia nyata masih tetap bisa update.
Namun, untuk posting dua judul sekaligus yang on going rasanya Ala nggak sanggup. Akhirnya dia memilih satu judul aja. Disana sudah ada tiga novel Ala yang tamat tapi tetap menghasilkan.
Ala pun memutuskan untuk masuk ke akun aslinya. Melihat postingan cerita tadi. Apakah ada yang like ataupun komen. Meski sedikit juga itu sudah buat Ala semangat.
"Hah? Baru bentar udah banjir like dan komen?"
200 like, 30 komen dan satu pesan masuk di messenger.
Ala pun membuka pesan itu, betapa terkejutnya dia saat melihat akun yang mengirimkan pesan. Lalu akun itu juga mengirim permintaan pertemanan.
"Astaga! Se-seriusan dia ...." Ala menutup mulutnya tidak percaya.
Menatap layar laptop yang selama ini dia sembunyikan dari Laras dengan netra yang berkaca-kaca. Siapa sangka jika Briannya menghubungi Ala. Meskipun Brian tidak tahu siapa dibalik nama pena itu.
Ala menggunakan nama pena Abriela Kareen.
[Hay, salam kenal. Aku baru saja baca kisahmu. Boleh bertanya sesuatu?]
Bersambung.....
Selamat membaca ya kakak syang .... Jangan lupa like, komen dan subscribe.
cintanya mas bri udah stuk di kamu
semangat kakak,