sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 18
Sore hari itu, ruangan rumah sakit terasa begitu sunyi. Axel sudah pergi sejak tadi, meninggalkan Keira sendirian dalam keheningan yang hanya memperparah kekacauan pikirannya. Keira menatap langit-langit, pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab menghantui benaknya.
"Kenapa semuanya jadi begini? Apa yang aku lakukan? Kenapa aku sebodoh ini? "
Air mata mulai mengalir di pipinya. Ia menangis dalam diam, merasakan betapa terjebaknya ia dalam situasi yang menyakitkan. Rasa sakit, ketakutan, dan kebingungan bercampur aduk, membuatnya merasa tenggelam dalam lubang yang tak berujung.
Tak lama kemudian, pintu kamar rawatnya terbuka perlahan. Luna dan Shinta, sahabat-sahabatnya, masuk dengan wajah penuh kekhawatiran. Mereka langsung menghampiri tempat tidur Keira, memegang tangannya erat.
"Ra... Ra, lo kenapa?" suara Luna terdengar lembut, penuh kepedulian.
Shinta menatap Keira dengan mata yang hampir berkaca-kaca, ikut merasakan kepedihan sahabatnya. Mereka tanpa ragu langsung memeluk Keira, memberikan kehangatan yang Keira butuhkan di saat paling rapuh dalam hidupnya.
Tangisan Keira yang semula terpendam pecah seketika saat tubuhnya dilingkupi pelukan hangat dari sahabat-sahabatnya. Ia menangis tersedu-sedu, merasakan betapa ia telah lama menahan semuanya sendirian, menutupi rasa sakit yang terus ia sembunyikan dari dunia.
"Kita di sini buat lo, Ra," bisik Shinta dengan lembut di telinga Keira, mencoba menenangkan tangisannya. "Lo gak sendirian."
Luna ikut menepuk punggung Keira, berusaha memberi kekuatan. "Apa pun yang terjadi, kita selalu ada buat lo. Jangan simpan semua sendirian, ya?"
Pelukan mereka memberikan sedikit kenyamanan di tengah badai yang menghantam hati Keira. Meskipun rasa sakit itu belum sepenuhnya hilang, ia merasakan bahwa ia tidak lagi sendiri. Ada orang-orang yang peduli, yang mencintainya, dan yang siap menemani perjuangannya, apa pun yang terjadi.
"Lo kenapa, Ra? Kenapa lo jadi begini? Biasanya juga kalau kecapean kerja, nggak sampai separah ini," ujar Luna dengan nada cemas, matanya penuh tanya.
Keira hanya terdiam, berusaha menahan tangis yang sudah di ujung batasnya. Dengan suara bergetar, ia menjawab, "Reno... dia..."
Luna dan Shinta saling berpandangan, mulai menyadari sesuatu yang lebih serius terjadi. "Reno? Apa lagi yang dia perbuat ke lo, Ra?" tanya Shinta penuh rasa ingin tahu sekaligus marah, merasa ada yang tidak beres.
Keira menundukkan wajah, air mata kembali mengalir tanpa bisa ia hentikan. "Dia ngancem gue... kalo gue berani macem-macem, apa ninggalin dia, dia bakal sebarin foto dan video gue," suara Keira terdengar lirih namun penuh ketakutan. "Gue takut."
Perkataan Keira langsung membuat Luna dan Shinta terdiam sesaat. Wajah mereka berubah dari khawatir menjadi penuh amarah. Amarah yang mereka rasakan terhadap Reno sangat kuat, namun di saat yang sama, mereka tak ingin membuat Keira merasa semakin tertekan.
"Ra..." suara Luna gemetar. Tanpa banyak berkata-kata lagi, mereka berdua langsung memeluk Keira erat, memberikan kehangatan di tengah kerapuhan hati Keira. Meski amarah berkobar dalam hati mereka, Luna dan Shinta tahu sekarang bukan waktunya untuk membicarakan rencana balas dendam. Yang Keira butuhkan adalah dukungan dan rasa aman.
"Lo nggak sendirian, Ra," ujar Shinta dengan lembut. "Kita nggak akan biarin dia ngancurin hidup lo. Kita akan bantu lo keluar dari ini."
Keira mengangguk pelan, meskipun hatinya masih dipenuhi ketakutan. Namun, pelukan dari sahabat-sahabatnya memberi sedikit ketenangan, seolah ada sedikit cahaya di tengah kegelapan yang melingkupi hidupnya.