Dewi Amalina telah menunggu lamaran kekasihnya hampir selama 4 tahun, namun saat keluarga Arman, sang kekasih, datang melamar, calon mertuanya malah memilih adik kandungnya, Dita Amalia, untuk dijadikan menantu.
Dita, ternyata diam-diam telah lama menyukai calon kakak iparnya, sehingga dengan senang hati menerima pinangan tanpa memperdulikan perasaan Dewi, kakak yang telah bekerja keras mengusahakan kehidupan yang layak untuknya.
Seorang pemuda yang telah dianggap saudara oleh kedua kakak beradik itu, merasa prihatin akan nasib Dewi, berniat untuk menikahi Kakak yang telah dikhianati oleh kekasih serta adiknya itu.
Apakah Dewi akan menerima Maulana, atau yang akrab dipanggil Alan menjadi suaminya?
***
Kisah hanyalah khayalan othor semata tidak ada kena mengena dengan kisah nyata. Selamat mengikuti,..like dan rate ⭐⭐⭐⭐⭐, yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sadar T'mora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Rencana tes genetik
Sepengetahuan Dewi, ibunya hanya melahirkan satu adik untuknya yaitu si Dita. Bagaimana mungkin ada anak laki-laki yang mirip dengan wajah ayahnya.
Jika tidak melihat Jade, Dewi masih akan bingung dengan wajah si penjual keliling yang familiar karena dia perempuan.
Setelah menikah dan melahirkan tentu saja kecantikan seorang wanita akan luntur dimakan waktu dengan berbagai situasi dan kondisi. Tidak terima dengan kenyataan dan kebetulan dia punya banyak uang, ibu Dewi tidak segan-segan melakukan perbaikan pada kelopaknya agar tidak turun. Pada garis bibirnya agar tidak kebanyakan, pada dagunya agar tidak bergelambir dan pada akhirnya dia tergoda rayuan dokter untuk merubah penampilan agar lebih berkelas seperti artis Korea, Jun Ji Hyun si pemeran My love from the star.
Begitulah Dewi lupa dengan wajah asli ibunya karena di akhir wafatnya, wajah ibu telah banyak berubah. Syukurnya, dia dan Dita mengadopsi sedikit wajah ayah mereka. Jika anak mirip ayah, tidak mungkin suami menuduh istrinya selingkuh?
Tapi Jade asli seratus persen Ayah dan si gadis penjual keliling asli seratus persen Jade. Mereka sama-sama kurus, hanya saja Jade lebih tinggi dari Eva. Eva sepertinya lebih tinggi dari dirinya maupun Dita. Ditambah Eva tomboy, pantas saja dia bisa survive hidup di jalanan.
Dewi memang penasaran keturunan asli Jade dan si penjual keliling, tapi dia tidak boleh gegabah. Nanti akan diselidiki pelan-pelan dan senyap-senyap.
Setelah perkenalan Jade pamit, memberi ruang pada Regar berbicara dengan Dewi. "Saya akan berjaga di depan pintu. Ibu boleh menghubungi saya di nomor ini." Dia memberi Dewi sebuah kartu nama.
Hanya ada nomor ponsel yang tertera disana, Dewi memandang kartu nama warna hitam dengan tulisan angka-angka berwarna pink di tangannya. Selama ini dia bebas berkeliaran tanpa khawatir. Kenapa setelah jadi istri Alan dia butuh bodyguard. "Kenapa aku perlu dijaga?" tanyanya.
Regar dan Jade menahan diri untuk tidak saling komunikasi melalui mata maupun ekspresi tubuh lainnya, agar Dewi tidak curiga diantara mereka ada sesuatu.
Regar tidak masalah memandang Jade asal Jade tidak sedang melihat ke arahnya, bagitu pun sebaliknya. Seolah dia juga penasaran pada jawaban Jade, "Iya, kenapa Bu Dewi butuh bodyguard?" tanya Regar penasaran.
Dengan tenang Jade menjawab. "Saya hanya mematuhi perintah, kalau ada pekerjaan artinya ada uang."
Sok misterius, Dewi mengerucutkan bibirnya. "Kamu tidak punya orang tua, kah?" Kesempatan dia bertanya masalah pribadi Jade.
"Hm," senyum Jade mengingatkan Dewi akan ayah dan kakeknya.
"Tentu saja punya, tapi mereka tidak lagi muda saat mendapatkan saya. Kini mereka telah renta, maka sebagai anak saya menggantikan ayah mencari nafkah. Saya sangat bersyukur bertemu Bos Alan yang memberi saya gaji tidak sedikit." Jade menjelaskan apa adanya dirinya.
Punya orang tua yang baik ternyata, tidak seperti Eva yang punya ibu sadis, pikir Dewi. "Kalau kamu menjaga saya sepanjang hari kapan kamu bisa istirahat? Apakah kamu tidak kuliah?"
"Kuliah Bu, jangan khawatir. Saya tidak akan bersama ibu sepanjang masa, hanya jika Bos Alan memerintah seperti malam ini. Mungkin besok pagi akan digantikan orang lain."
Bos Alan? Bukankah dia tidak lagi Kepala Satpam. Hanya bagian dari kelompok sekuriti hotel murah di pinggiran kota. Kenapa masih punya anak buah yang patuh seperti si Hiro? Sekarang Jade juga mengikuti perintahnya, "Sebelum ini kamu bertugas dimana?" tanya Dewi.
"Ini tugas pertama saya setelah lulus tes," jawab Jade terpaksa berbohong. Dia tidak mungkin mengatakan tugas sebelumnya sebagai mata-mata sampai ke luar negeri, menyusup dan menyamar dengan berbagai karakter serta banyak jenis tugas berbahaya lainnya.
"Apakah kamu mengenal teman-teman Alan di komunitas satpam pinggiran kota?"
"Tidak!" Jade menggeleng pasti.
Hm, Dewi merenung Jade. "Dengan tampang culun mu ini, apakah kamu bisa bela diri?" Dia mengekspresikan ketidak yakinannya.
"Ya, sedikit. Cukup untuk melumpuhkan dua puluh lima lawan sekaligus asal diantara mereka tidak ada yang menyimpan senjata api," jawab Jade rendah hati.
Walau kurus hebat juga, pikir Dewi. Baiklah cukup sekian yang ingin aku ketahui untuk sementara. "Seingat saya, saya tidak punya banyak musuh jadi santai saja. Jangan banyak berkeliaran disekitar saya." Dewi tersenyum hambar serasa dirinya telah menikah dengan ketua gangster sehingga harus dikawal. Tapi apa boleh buat, itu adalah konsekwensi menikahi Alan karena ditinggal Arman, si bajingan.
Dia ingat hanya makan roti lapis saat wajahnya sedang dirias, sekarang perutnya agak mengisap. Sepertinya asam lambung telah meluap karena tidak diisi makanan yang cukup. Dewi putuskan untuk pura-pura tidak perduli saat ini meski hatinya sudah tidak tahan ingin mengetahui kebenaran. "Saya masih punya urusan dengan Regar. Bisa tolong kamu ambilkan saya makanan dari lantai 7 saja yang agak dekat."
"Baik, mohon ditunggu." Jade undur diri.
Regar mengantarnya ke pintu, menepuk bahu Jade memberinya semangat. Jade menarik ujung bibirnya, menunduk hormat sekali kemudian pintu ditutup oleh Regar.
.
"Bagaimana keadaan si penjual keliling?" tanya Dewi setelah Regar kembali ke ruangan.
"Setelah menjemput adiknya di salah satu gubuk tetangga mereka di pinggiran sungai, kita langsung ke distributor untuk pelunasan sekarung jajanan. Sebelum ke Mansion saya telah meminta Darti menyiapkan satu kamar kosong untuk dibersihkan." Regar berkata sambil menyerahkan Debit card Dewi. "Darti memberi kamar di belakang, karena berpikir Bu Dewi mengangkat satu asisten rumah tangga lagi."
"Bagaimana tanggapan, Eva?"
"Dia sangat berterima kasih, berharap identitas baru bisa segera diurus agar adiknya bisa langsung didaftarkan sekolah sebelum berumur 7 tahun."
"Sekarang masih hari Minggu. Kalau begitu, besok pagi kamu bawa mereka ke dukcapil langsung biar cepat. Pegang lah kard ini sampai urusan kedua kakak adik itu selesai." Dewi mendorong debit cardnya ke arah Regar. "Oh iya! Sekalian kamu urus paspor mereka juga, instan!" lanjutnya tegas.
Regar mengerut kening. Setelah menikah, Dewi memang rencana bulan madu bersama Arman sekalian mencari referensi kuliner serta layanan kamar hotel-hotel sepanjang liburan. Tapi pengantin pria telah diganti, apakah si bos akan diajak?
"Baik," jawab Regar gak mau banyak tanya meskipun dia penasaran.
"Setelah rapat pemegang saham Minggu depan, saya akan tetap ke Shanghai. Nanti saya tanya Alan apakah dia mau ikut. Yang jelas saya akan membawa gadis penjual keliling serta adiknya untuk menemaniku. Kalau bisa satu penerbang yang telah dibooking bulan lalu, kamu tambahkan tiket. Tapi kalau yang itu sudah penuh, ganti pesawat saja."
Oh, Regar tercengang. Benar-benar bulan madu berempat? Apa mungkin si bos akan setuju, hahaha. Dia menahan tawanya agar tidak lepas.
"Apa kamu mengenal Jade sebelumnya?" tanya Dewi mengganggu kebahagiaan Regar.
Regar telah bersiap seandainya Dewi bertanya, dia hanya akan menjawab sesuai petunjuk Bos Alan. "Tidak Bu. Saya juga baru dikenalkan saat Pak Alan menitipnya pada saya sebelum dia pergi dengan asistennya."
"Sepertinya saya juga mau dia ikut," kata Dewi. Dia rencana melakukan tes paternitas diluar negeri.
.
Dita telah diberi pertolongan pertama oleh Dokter, obat penenang serta penormalan detak jantung disuntikkan ke dalam infus. Arman dan kedua orang tuanya menjaga Dita yang terbaring lemah di kasur, pelayan yang mengurus keperluan Dita di Mansion juga telah dihadirkan untuk membantu.
"Kamu lihat kelakuan si Dewi, Man! benar-benar tidak perduli pada adik kandungnya." Nyonya Bagio mengeluh sengaja, agar putranya semakin membenci Dewi.
Arman fokus memandang wajah pucat Dita yang mengundang rasa kasihan. Ternyata gadis lemah ini yang ditakdirkan menjadi istriku, desah dalam hatinya. Ponsel berdering masuk panggilan dari Farouq, "Hallo," saut nya.
"Bro, lihat apa yang kita temukan!" Suara Farouq sangat antusias.
"Apa, jawab cepat!" sergah Arman tak sabar.
"Menurut laporan Manager Dragonasse yang kita ajak kerjasama, Alan sedang berada di kantor Abraham sekarang bersama ketua dewan yang terhormat."
Jantung Arman berdegup kencang, menggenggam erat ponsel di tangannya. "Jadi benar mereka keluarga!"
"Siapa yang keluarga, Man?" tanya Nyonya Bagio menangkap raut tak senang putranya.
Arman tidak menyembunyikan apapun dari kedua orang tuanya, "Alan ternyata putra kedua Mousa Manggar," jawabnya suara pelan.
"Apa katamu?" Tuan Bagio terkejut sampai pantatnya terangkat dari kursinya.
Nyonya Bagio yang tidak mengikuti berita melongo, "Siapa Mousa Manggar?"
Dita yang mendengar obrolan membuka sedikit sebelah matanya, "ternyata aku salah tangkap," desah dalam hatinya tambah terpuruk.
____________