Seorang laki-laki diminta menikahi puteri pengusaha kaya mantan majikan ibunya. Padahal baru saja ia juga melamar seorang wanita. Bimbang antara membalas budi atau mewujudkan pernikahan impian, membuatnya mengalami dilema besar. Simak kisah cintanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 30
"Mawar, tak kusangka kita bertemu di sini. Sedang apa kamu di Sidney?", tanya si wanita sambil memegang lengan Mawar.
"Eng.. aku.. aku tinggal di sini sekarang", jawab Mawar agak gugup.
"Benarkah?", sahut wanita itu kaget sambil melihat ke arah Ardha.
Sementara itu pria yang bersamanya kini sudah sampai ke tempat mereka.
"Sayang, lihat. Mawar juga ada di sini. Dia bilang dia sekarang tinggal di sini", ucap wanita itu pada pasangannya masih dengan ekspresi heran.
"Benarkah? Kebetulan sekali kita bertemu", sahut pria itu tersenyum yang dari aksennya menandakan dia berasal dari Amerika Serikat.
"Mengapa kau tidak bilang padaku kau akan pindah ke Sidney Mawar? Lalu kuliahmu?", tanya wanita itu lagi dengan sorot mata penasaran.
"Aku.. aku sudah menikah", jawab Mawar melirik ke arah Ardha lalu sedikit menunduk.
"Apa? Kenapa kau tidak memberitahuku hal sepenting ini", wanita itu kini terlihat emosi.
"Maaf May, semuanya berlangsung cepat. Aku sungguh menyesal tidak mengabarimu sebelumnya", jawab Mawar kepada wanita yang ternyata adalah Maya, teman satu apartemen di Amerika dan juga merupakan temannya sejak remaja dulu.
"Dia suamimu?", tanya Maya masih dengan wajah kesal yang hanya diangguki Mawar.
"Apakah kau tidak ingin mengenalkannya pada kami?", tanya Maya lagi sambil menyelidik ke arah Ardha.
"Ah, maaf. Iya, ini Ardha Wijaya, suamiku", jawab Mawar masih dengan ekspresi tidak nyaman.
"Ardha, ini.. Maya teman satu apartemenku di Amerika. Dan.. ini pacarnya Collin", ucap Mawar kemudian kembali menundukkan pandangannya.
"Sepertinya aku pernah melihatmu", Maya menelisik ke arah Ardha.
Mawar terlihat agak gelisah, seperti ingin segera pergi tapi tidak enak dengan temannya.
"Aha.. bukankah kau si anak pelayan? Yang dulu pernah kutaksir?", ucap Maya spontan.
Mawar sontak memejamkan matanya, sementara Ardha seperti sedang memproses pikirannya. Ya, sekarang dia ingat. Wanita di hadapannya sekarang adalah gadis kaya yang saat ultah Mawar dulu menjadi penyebab Ardha mengetahui siapa dirinya di mata Mawar.
"Sayang, ada apa?", tanya Collin kemudian memegang pundak Maya.
"Oh, maaf sayang. Dulu saat kami remaja, aku pernah menyukai Ardha. Kau tahu apa kata Mawar? Dia bilang Ardha bukan siapa-siapa, cuma anak pelayan di rumahnya. Sekarang aku mengerti, dia berkata seperti itu karena dia tidak ingin aku memilikinya, dia ingin menyimpan Ardha untuk dirinya sendiri", ucap Maya sambil terkekeh.
"Dan aku sekarang juga mengerti kenapa kau tidak mengundangku saat menikah. Ah, Mawar.. kau sungguh licik. Pantas saja aku tidak pernah melihatmu bersama seorang laki-laki, ternyata selama ini kau sudah memiliki Ardha", ucapnya tertawa lebar dan kesalnya kini menguap entah kemana.
Mawar hanya diam, perasaannya sekarang benar-benar campur aduk. Dia bahkan bingung harus berkata apa.
"Aku sungguh minta maaf karena kalian tidak bisa hadir di pernikahan kami. Sebagai gantinya, kami mengundang kalian ke restoranku Minggu malam nanti. Kami akan mengadakan resepsi kecil untuk teman dan kolega di sini yang juga tidak hadir saat resepsi kemarin", ucap Ardha yang langsung mendapat tatapan protes dari Mawar.
"Wow, benarkah? Sekarang kau memiliki sebuah restoran?", tanya Maya, lebih kepada tak yakin.
"Yah.. kebetulan kami masih di sini sampai awal Minggu depan. Tentu saja kami akan hadir", Maya terdengar antusias kemudian mengambil kartu nama yang disodorkan Ardha.
"Baiklah, kami pergi dulu. Terima kasih atas undangannya, sampai jumpa lagi", ucap Maya lagi kemudian mencium pipi Mawar dan berlalu sambil melambaikan tangan. Diikuti oleh Collin yang hanya mengangguk.
Setelah kepergian mereka berdua, Mawar melepaskan tangan Ardha kemudian menghadap ke arahnya.
"Apa maksudmu? Mengapa kau membuat alasan resepsi pernikahan untuk mengundang mereka?", kini protes Mawar sudah keluar dalam bentuk kata-kata.
"Itu bukan sebuah alasan, aku memang sedang menyiapkan resepsi yang kumaksud tadi. Hanya saja aku belum memberitahumu", jawab Ardha.
"Sudahlah, tidak apa-apa. Tidak perlu merasa malu karena akhirnya kau harus menikah dengan anak seorang pelayan. Kita tunjukkan pada mereka, anak pelayan juga bisa sukses. Dan kita buat Maya menyesal karena dulu sudah urung mendekatiku hanya karena statusku", jawab Ardha tersenyum entah bercanda, ingin menghibur atau malah menyindir Mawar. Lalu ia mengajak Mawar meneruskan niat mereka untuk melihat-lihat di dalam toko.
Tapi sepertinya Mawar sudah tidak semangat, ia akhirnya meminta pulang karena merasa lelah. Lenyap sudah antusiasnya karena pertemuan tak terduganya dengan Maya dan Collin.
Di mobil, Ardha kembali memperhatikan raut wajah Mawar yang masih terlihat sendu.
"Sudah, jangan terlalu dipikirkan, jaga kesehatanmu dan bayimu. Ingat kata dokter tadi, kau tidak boleh stres, bisa berpengaruh ke janinnya. Bersenang-senanglah, siapkan dirimu untuk resepsi nanti. Bukankah Mawar Prasetyo, isteri Ardha Wijaya pemilik sebuah restoran populer di Sidney harus terlihat sempurna di resepsi pernikahannya?", Ardha bermaksud mengembalikan mood Mawar. Tapi sepertinya tak berhasil, Mawar hanya menghela nafas panjang. Melihat sebentar ke arah Ardha, tapi sejurus kemudian berpaling ke arah jendela dan terdiam.
Kini giliran Ardha yang menghela nafas panjang. Sepertinya pertanyaan Jason tempo hari tentang pernikahan mulai masuk akal.
Sedih & lucu...
Masih ada beberapa kesalahan nama...