Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA DUA EMPAT
Patahan tulang Alhambra tidak fatal, justru hanya terdapat di beberapa titik yang tidak begitu krusial. Beruntung, penanganan dan perawatannya cukup memadai sejauh ini.
Sedikit demi sedikit, Alhambra sudah mau melepas tongkatnya. Tapi, tidak bisa terlalu lama karena kakinya belum terbiasa bergerak.
Alhambra masih butuh pelatihan lagi dan untuk setiap paginya, Kinara yang menjadi partner terapisnya. Membantu kaki Alhambra berayun-ayun secara bergantian sementara Alhambra dalam posisi berbaring di matras.
Di mana setiap paginya pula, justru otak mesum Alhambra yang lebih melesat jauh dari pada kakinya sendiri. Bagaimana tidak mesum, Kinara berada di atas saat Alhambra mengayunkan kakinya perlahan.
"Kamu kenapa sih?" Kinara protes, sepertinya Alhambra mulai tak fokus jika dilihat dari mata mesum yang lebih fokus ke dadanya.
"Kamu seksi dilihat dari sini." Alhambra tertawa ketika Kinara menepis kakinya.
"Mulai deh!" Kinara mendengus, berkacak pinggang, mendongak seakan kesal, lalu memeriksa kaus longgar miliknya.
"Perasaan aku sudah pakai baju paling longgar deh, Bra! Mesum kamu tuh susah banget di kondisikan heran!"
Alhambra memutar bola matanya, mesum saat bersentuhan bersama istri itu bukankah perilaku normal? Justru kalau tidak, itu yang perlu dikhawatirkan.
"Aku sudah pernah lihat semua yang ada di dalam kaus longgar kamu, ya Ki! Semuanya! Mau kamu pake jubah kek, mau kamu pake baju opet kek, aku masih bisa bayanginnya!"
"Emang dasarnya aja mesum!"
Alhambra bangkit pelan-pelan dengan bertumpu pada tongkat kruk miliknya. Dia berjalan hati-hati tanpa bantuan tongkat ke arah Kinara.
Ada kesempatan sedikit saja, Alhambra merentangkan kedua tangannya, menggulingkan Kinara di ranjang.
Hal yang sudah sering sekali Kinara dapati semenjak kaki Alhambra berangsur membaik dan bisa berdiri. "Aku mau mandi."
Kinara sempat terpejam menikmati kecupan-kecupan di lehernya. Lantas, beranjak dari tempat setelah raba tangan Alhambra sampai di bawah pinggang.
Kinara sering kali dibuat tak fokus di kelas, jadi untuk pagi ini, dia tidak mau mencemari otak jernihnya dengan sentuhan-sentuhan Alhambra yang jujur saja sudah terasa candu.
Alhambra memelas. Sejauh ini, Kinara masih terlalu kaku bahkan masih sering menghindari sentuhan-sentuhannya.
"Ki--"
"Hmm?"
"Kamu nggak ada rasa apa-apa sama aku?"
"Rasa apa?"
Kinara melirik kecil, di sana Alhambra masih merentangkan kedua tangannya seraya menatap langit-langit kamar.
"Nyaman atau semacamnya." Pandangan Alhambra lantas beralih pada Kinara yang lekas berpaling.
"Ngapain nanya begitu?"
Alhambra bangkit, pelan-pelan berjalan mengekori langkah Kinara yang masuk ke dalam kamar mandi.
"Kita tahu pernikahan kita ini bukan mau kita kan, kita juga baru saling kenal setelah menikah, jadi aku harus tahu, apa kamu juga nyaman sama aku kayak aku yang sudah cukup nyaman sama kamu?"
Alhambra meraih tangan Kinara yang agaknya berat menjawab pertanyaan seriusnya. Dia akan mendengar walau tidak sesuai harapan.
Kinara menghela sejenak, sejatinya, pertanyaan Alhambra cukup dilematis.
"Aku nyaman sama kamu. Tapi, aku masih punya banyak benteng-benteng pertahanan yang mungkin memberikan kesan kalau aku membatasi ruang hatiku sendiri."
"Kenapa begitu?" cecar Alhambra.
Kinara angkat bahu. "Karena aku dengar kalimat nyaman kamu, saat kaki mu belum sembuh. Saat kamu belum keluar lagi. Saat kamu masih bersama ku."
"Maksudnya?" Kening Alhambra mengerut.
"People will experience changes. Aku nggak bisa tahu kapan kamu bakalan tetep nyaman sama aku, kapan kamu bosen sama aku, dan asal kamu tahu, Hambra, aku bukan cewek yang suka ribet sama masalah percintaan."
"Aku males patah hati karena aku nggak punya bahu buat bersandar. Aku nggak punya seseorang yang bisa aku panggil dengan sebutan Papa kayak remaja lainnya. Jadi tolong maklum kalau aku butuh waktu buat bisa jawab pertanyaan kamu yang barusan."
"Kamu ragu sama aku?" lirih Alhambra.
"Kamu Alhambra kan?" Kinara mundur, lalu menatap Alhambra dari atas hingga bawah sambil berkacak pinggang.
"Sebentar lagi kaki kamu sembuh. Di luar sana, kamu bisa tunjuk cewek mana yang kamu mau. Aku bukan pesimis. Aku cuma lagi sadar diri aja."
Alhambra memutar bola mata. Ternyata Kinara masih menganggap dirinya play boy seperti perangainya sebelum menikah.
Kinara sudah akan melepas kaus t-shirt miliknya, tapi urung setelah ingat masih ada Alhambra di dalam sana. "Aku mau mandi!"
"Mau dimandiin nggak?"
"Nggak makasih!!"
Alhambra keluar setelah mendapatkan dorongan pelan istrinya. Di luar, layar ponsel miliknya masih menyala kedap kedip.
Rupanya, Mommy Lala yang barusan menelepon dan sudah mati. Hanya ada pesan singkat yang kemudian menyusul
📥 "Sayang, Daddy Sky sakit loh."
Alhambra berdecak. "Orang tua ini--"
Gegas, Alhambra melayangkan panggilan telepon pada nomor ayahnya. Nomor yang sudah jarang sekali Alhambra panggil dan Daddy Sky tak butuh waktu lama hanya untuk mengangkat telepon putra kesayangannya.
📞 "Hmm, Sayang--"
"Kamu sakit brother?"
📞 "Jenguk Daddy, mungkin Daddy akan sembuh kalau kamu besuk."
Alhambra mengusap kening, dia duduk saat kakinya sudah merasa lelah. "Hari ini ada matkul. Jadi nanti malam, ya."
📞 "Hmm ... Okay."
Alhambra lekas mengernyit mendengar suara seseorang di seberang sana. "Mbak Miranda ngapain di situ, Dadd?"
📞 "Dia sekarang mertua kamu! Setidaknya panggil Ibu atau Mama."
"Ngapain di sana?" Alhambra tidak akan memanggilnya Mama. Itu terjadi semenjak Alhambra tahu jika Miranda menipu Kinara perihal hutang-hutang almarhum Papanya.
📞 "Kerja lagi. Katanya butuh pekerjaan."
Bekerja? Alhambra terkejut. "Bukannya Daddy sudah kasih duit banyak ke dia, belum ada satu tahun loh, harusnya belum habis kalau dia gunakan uang itu untuk modal usaha!"
📞 "Entah, Mommy kamu yang mempekerjakan Miranda lagi."
"Oh." Jadi Mommy Lala, pantas saja Miranda bisa bekerja lagi di sana. Daddy Sky takkan pernah bisa memutuskan apa pun jika itu sudah menyangkut keinginan Mommy Lala.
📞 "Datang ya, Sayang. Daddy kangen."
"Hmm."
Alhambra menutup telepon setelah Daddy Sky pamit. Dia termenung sejenak untuk waktu yang lama, pikirnya sedikit risih dengan kehadiran Miranda di kediaman utama.
Alhambra melirik kecil ke arah pintu kamar mandi yang baru tergeser. Alhambra lantas membuka fitur cctv di ruangan ganti demi menyaksikan Kinara melepas handuknya.
Indah rasanya, senyumnya manis, Alhambra menikmati pemandangan itu setiap harinya, sampai, Alhambra sadar akan tatapan Kinara yang jatuh pada kameranya.
"Hambra!!"
Buru-buru Kinara menyelesaikan gantinya sebelum berlari keluar dari walk in closed, demi memukuli kepala berisi kemesuman Alhambra yang tertawa.
"Jadi kamu pasang cctv hah?! Mesum banget kamu!! Matiin nggak kameranya!!"
Alhambra terkikik, sudah lama Alhambra memantau Kinara dari cctv, dan Kinara baru menyadari hari ini. "Seksinya istriku..."
"Lepas nggak kameranya!" Tunggu, Kinara tertegun sejenak. "Jangan-jangan di kamar mandi juga ada, ya?!"
Alhambra, menaikan pupil matanya ke atas seolah sedang berpikir. "Kamu memberi ku ide brilian, kenapa baru kepikiran, kenapa nggak aku pasang juga di kamar mandi, ya?"
"Hambra!"
Alhambra menangkis pukulan Kinara yang dijatuhkan bertubi-tubi. Terakhir, pemuda itu berhasil mencium mesra wanitanya sampai Kinara mulai terdiam melongo.
Entahlah, sudah cukup sering mereka beradu bibir, respon tubuhnya masih sama-sama tak karuan rasa debar-debarnya.
"Oya--" Alhambra merangkum dua pipi Kinara menatapnya lembut, "nanti malam kita besuk Daddy, ya," ajaknya kemudian.
Kinara tersenyum setelah sekian lama dibuat kesal dengan kelakuan suaminya. Kabar ini, lumayan sehat didengar. "Kamu baikan sama Daddy Sky ya?"
"Sedikit. Tapi ehm ... Aku rasa, dia masih Daddy yang baik untuk kita."
Ah, entahlah, Kinara lega. "Alhambra, andai kamu bersikap manis seperti ini terus di sepanjang hidup kamu dan aku masih terus langgeng jadi istri kamu ... Mungkin aku jadi wanita yang harus sering chek diabet deh."
Alhambra tertawa tersanjung.
makasih outhor kesayangan,rasanya gak mau berenti baca,,kayaknya mau nambah deeeh ciuuus
udah dech ki.. kamu mah kalah ilmu kl sdh dgn daddy sky🤣🤣🤣