Suami Penutup Aib
"Pikirkan baik-baik ya nak, ibu tunggu kabar baiknya"
Pesan itu masuk beberapa saat setelah Ardha menutup panggilan. Seperti tak cukup hanya bicara lewat telpon, ibunya merasa perlu mengirim pesan lagi. Terkesan memaksa, tapi kata-katanya sungguh halus penuh makna.
Ardha duduk di sofa yang membelakangi jendela kamarnya. Memandang ke jalan depan rumahnya yang terletak di pinggiran kota Sidney. Jalan tersebut terlihat lengang karena malam memang sudah cukup larut. Hanya sesekali terlihat mobil atau pejalan kaki yang lewat. Pikirannya kembali ke percakapan dengan ibunya. Mimpi apa dia, tiba-tiba ibunya membawa kabar kalau mantan majikan beliau meminta Ardha untuk menikahi putrinya.
Sebenarnya Ardha merasa ini lebih seperti sebuah lelucon. Tak masuk akal, *impossible*. Ia perlu waktu untuk mencernanya. Tak pernah ia bayangkan dirinya menikah dengan anak seorang pengusaha kelas kakap. Abdi Prasetyo, siapa yang tak kenal dia? Cengkraman bisnisnya dimana-mana, bahkan sampai mancanegara. Seharusnya Ardha merasakan sensasi dapat durian runtuh.
Puteri Pak Abdi, Mawar, sebenarnya bukanlah sosok asing bagi Ardha. Dia mengenalnya sejak kecil bahkan mereka sering bermain bersama waktu itu. Walaupun dengan semakin bertambahnya umur, keakraban itu semakin berkurang dan akhirnya mereka tak pernah berkomunikasi lagi selama hampir sepuluh tahun.
Ibu Ardha pernah bekerja sebagai juru masak di rumah keluarga Pak Abdi. Rumah mewah di pinggiran kota Bogor dengan hamparan kebun teh yang sangat luas serta peternakan yang lumayan besar. Ardha kecil pun biasa diajak ibunya ke sana karena memang tidak ada yang menjaganya di rumah.
Lalu, apa dia akan langsung menyanggupi permintaan itu? Mungkin, jika saja dia belum melamar seorang wanita. Ya, itu masalahnya. Kemarin dia sudah menyatakan lamarannya kepada Nadya seorang gadis imigran asal Rusia.
Nadya Fedorova, seorang diri ia merantau ke Sidney karena dipaksa menjauh dari keluarga besarnya. Mereka tak terima dengan keyakinan baru yang dipilihnya sejak beberapa tahun lalu. Ketegaran itulah yang membuat Ardha kagum dan memutuskan bahwa gadis itu calon yang tepat sebagai pendamping hidupnya.
Dan mengapa gadis itu memilih tinggal di Sidney? Ceritanya panjang. Tapi bagi Ardha yang juga anak perantauan, itu adalah cara Allah untuk mempertemukan mereka.
Nadya merupakan salah seorang karyawan administrasi di restoran yang kini dikelolanya. Sebuah restoran halal yang merupakan alternatif bagi penduduk maupun pengunjung kota Sidney untuk menikmati *western food*. Letaknya di area dekat pusat kota Sidney, tak terlalu jauh dari lingkungan perkantoran dan pertokoan. Memang bukan restoran mewah, tapi cukup ramai pengunjung terutama saat musim liburan.
Ardha sendiri merupakan salah satu pemilik restoran tersebut. Selain sebagai asisten manajer, ia juga merangkap chef kepala di sana dan membawahi 8 chef, beberapa pelayan, kasir, tenaga kebersihan dan administrasi.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Ardha nyatanya punya bakat dan minat yang besar terhadap kompor seperti ibunya. Jadilah setelah lulus SMA, dia melanjutkan pendidikannya di salah satu sekolah kuliner terbaik di Australia.
Berapalah gaji ibunya sebagai juru masak rumahan hingga bisa menyekolahkan Ardha jauh melintas laut dan batas negara. Pun uang peninggalan almarhum ayahnya yang tak pernah sempat dia temui sejak lahir tidak cukup untuk sekedar biaya pendidikan SD nya.
Jadilah Pak Abdi yang berperan sebagai donatur penuh dari biaya pendidikannya. Tak heran ibunya begitu gigih membujuk Ardha untuk menerima permintaan beliau. Singkat kata, demi balas budi.
Lihatlah, rumah miliknya sekarang sangat lebih dari sekedar layak huni. Sungguh berbanding jauh dengan rumahnya saat kecil dulu. Mobil dan segala fasilitas yang kini dia nikmati adalah hasil dari usaha restorannya. Yang secara tidak langsung merupakan hasil dari kemurahan hati Pak Abdi.
Nafasnya berhembus kasar. Ardha benar-benar pusing dibuatnya. Sepertinya akan lebih baik kalau dia berbicara langsung dengan Pak Abdi agar jelas termasuk tentang Nadya.
Nadya... Ardha menyalakan kembali layar ponselnya. Maksud hati ingin memandang wajah calon isteri idaman yang tersimpan di situ, tapi apa daya yang muncul malah aplikasi pesan yang tadi belum ditutupnya. Alhasil, kata-kata menghantui dari ibunya terbaca lagi. Wajah Ardha kembali lesu. Akhirnya ponsel itu terlempar dan berakhir di dudukan sofa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Agus Tina
Muncul di beranda, langsung baca ... sukaaa
2024-11-17
1