Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 7
Devan menuju sofa yang ada di dekat jendela. Ia menyamankan posisinya. Menaruh satu tangan di atas kepalanya. Dan satunya lagi berada di dadanya. Dalam sekejap ia pun terlelap.
******
Beberapa jam kemudian.
Samar, netra dengan binar kesedihan itu mengerjap. Kepalanya sedikit sakit. Tubuhnya serasa remuk, seperti habis dipukuli. Aira belum begitu fokus, ketika ia melihat sekeliling ruangan. Begitu ia sadar secara penuh. Terdengar bunyi dari monitor yang ada di sampingnya.
Para medis langsung berdatangan. Aira hanya tertegun, bagaimana semua orang yang berpakaian putih itu dengan cekatan melakukan pemeriksaan.
"Apa yang terjadi?" Suara berat yang Aira kenali.
'Tidak mungkin. Itu tidak mungkin dia!" Sergah Aira dalam hati, tak percaya.
"Bisa menjauh sedikit Pak. Biar kami tangani. Sepertinya pasien sadar," ujar salah satu perawat menghalangi Devan untuk mendekat.
Dokter Rendra datang dengan sebuah catatan di tangannya. Dengan cekatan ia langsung memeriksa keadaan gadis yang berbaring lemah.
Devan membelalakkan mata ketika melihat jari-jemari dokter pria yang merawat istrinya, menyentuh dada. Devan menggerakkan rahangnya. Mengepal erat jemari tangan hingga memutih. Sungguh ia tidak rela.
Tapi, untuk melarang. Pasti malah pria tampan itu yang akan diketawai.
Dengan gusar, ia melangkah lebar keluar ruangan.
Tanpa Devan sadari, Ia telah ditumbuhi rasa cemburu. Cemburu pada pria yang mendekati Aira istrinya.
Devan hanya bisa mendengkus napas kasar. Ia baru saja tertidur beberapa jam. Kepalanya masih pusing belum lagi perutnya belum terisi semenjak kemarin sore, dan ketika terbangun, ia mendapati istrinya tengah dijamah oleh pria lain. Sungguh hal itu membuatnya kesal bukan main.
Tiba-tiba dering ponsel berbunyi cukup keras dan mengagetkannya. Tulisan "Mama" memanggil. Devan langsung menyentuh tombol warna hijau. Menaruh ponsel itu pada telinganya.
"Halo Ma."
"Kau ada.di mana?!" suara lembut penuh nada khawatir bertanya di ujung telepon.
"Iya, Ma, aku berada di rumah sakit Mulia Insan di kota Y," jawab Devan datar.
"Iya, Mama sudah tahu kalau kalian ada di rumah sakit ini. Mama sudah di depan, Kalian di ruangan apa?" tanya Linda di ujung telepon.
"Oh, Mama sudah di depan? Masuk saja Ma. Aira masih di ruang UGD."
Devan memutuskan ponsel, setelah ibunya menelpon.
Sesaat ia tersadar. Matanya membesar seketika.
"Mampus! Mama datang!"
Entah apa yang pria tinggi dan tampan itu pikirkan. Sepertinya, ia ingin menggali lubang dan mengubur dirinya sendiri.
Jika papanya, Rehan Bramantyo yang datang. Devan masih bisa mengatasinya, walau sulit. Tapi, jika Mamanya yang datang. Ia tak.uakin bisa mengatasi ibunya. Yang pasti ia tak akan selamat dari cecaran pertanyaan.
Pria itu bukannya takut pada sang mama. Tapi, rasa segan dan cinta membuatnya takut mengatakan sesuatu yang selama ini ditutupinya.
Devan menanti kedatangan kedua orang tuanya dengan perasaan cemas.
Berkali-kali ia menelan saliva kasar. Tapi, tenggorokannya tetap kering.
Benar saja. Wajah Devan seketika pias, melihat, Linda, mamanya berjalan cepat menghampirinya.
"Mana Aira? Bagaimana keadaannya? Kenapa bisa ia di sini?" dan serentetan pertanyaan yang membuat Devan hanya bisa mematung, tanpa bisa menjawab apapun
Bersambung.
Makanya... Jangan gitu.
Hai ... Readers aku update lagi nih. Tapi biar tambah semangat boleh dong like dan komentar positifnya.
boleh juga kasih votenya.
jangan lupa masukkan kisah ini pada ranjang baca kalian ya.
Sekali lagi mohon dukungannya.
Makasih
kok rasa'a sedih bgt ya merasakan apa yg dirasakan reena...
jgn sampai jaka kehilangan kedua'a...
dr qwal kenal tania bukan'a gercep,,sdh ditikung ken baru bingung sendiri,,
tdk bisakan sinta spt linda mama'a devan yg tdk memandang status???
jgn sampai jaka menyesal jika reena kehilangan semangat memperjuanhkan cinta'a,,
reena sbg wanita sdh berusaha mengungkapkan cinta'a buat jaka...
enak bgt jadi devan,menyakiti semaua'a sendiri dan memperlakukan aira spt ydk ada harga diri'a...
gimana kepiye to kihhh???
banyak part-part yang seharusnya ditulis tapi malah dihilangkan, jadi kurang ngena cerita nya