Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjalanan ke Ibu Kota II
Flow yang telah sampai di depan gua, markas dari bandit tersebut memasuki gua itu, dengan tetap waspada ia berjalan menelusuri gua itu, tak lama kemudian tampaklah tumpukan senjata dan 10 kotak kira-kira berukuran 10x10 sama 20x10.
tiga kotak berisi koin emas 4 kotak berisi perak dan perunggu sisanya ada bebagai macam perhiasan.
Flow meminta paman kusir membantunya memindahkan semua barang-barang tersebut.
Tak lama kemudian setelah semua di pindahkan ke dalam gerobak, flow pergi meninggalkan gua itu di ikuti paman kusir yang membawa gerobak nya.
Namun tanpa di sadari siapapun flow telah menusukkan jarum beracun pada ketua bandit tadi.
Singkat cerita, akhirnya flow sampai juga di ibu kota. Selama perjalanan hanya pasukan bandit yang menghalangi perjalanannya, setelah itu semuanya berjalan dengan normal hingga flow sampai di gerbang ibu kota, tapi sepertinya untuk masuk ke dalam harus membayar pajak terlebih dahulu sesuai dengan tujuan masing-masing.
Tapi saat flow mengintip suasana dari gerobaknya, ia tak sengaja melihat sosok yang sangat familiar, ia segera turun dari gerobak untuk menghampiri sosok tersebut.
"Paman, tunggu di sini terlebih dahulu ya! Aku ada keperluan sebentar," ucap flow yang di balas anggukan paman kusir.
"Guru, apa yang guru lakukan disini? Aku lelah menunggu di gubuk, ternyata guru pergi ke ibu kota," tajuk flow yang mengagetkan Nilam.
Bukannya senang dan memberikan senyuman saat bertemu, tapi malah merajuk.
"Apa kau ingin melihat ibukota nak?"
"hmm, benar guru. Aku ingin melihat-lihat apakah ada peluang untuk ku mengumpulkan pundi-pundi emas," jawab flow sambil cekikikan membayangkan ia akan kaya raya dan hidup enak.
"Cih, kau ini, selalu saja hanya uang dan emas yang kau pikirkan."
"Hehehe,,tak apa guru, dengan begini aku tidak perlu lagi susah payah mencari-cari kerjaan sana sini dan bangun dini hari serta berjalan kaki untuk pergi kerja," sambil membayangkan ia yang selama ini selalu bekerja keras dan bersusah payah untuk bertahan hidup.
"Haish! kau ini, sudahlah, lebih baik kau ikuti aku sekarang!"
"Tunggu guru, aku kesini dengan menyewa gerobak untuk ke sini."
"Bayarlah terlebih dahulu, lalu ikuti aku."
"Tapi guru, hmm itu,"
"Lebih baik guru lihat dahulu isi gerobak yang aku sewa, aku tidak tahu bagaimana cara membawanya kalau tidak menyewa gerobak guru."
Nilam yang penasaran pun mengikuti flow, ia menatap flow dengan heran. Sesampainya di gerobak, ia kaget melihat begitu banyaknya kotak yang berisi emas, perak, perhiasan, dan ada setumpuk berbagai macam senjata pada sudutnya.
Nilam bolak balik menatap flow dan isi gerobak tersebut dengan rasa tidak percaya.
Tapi ia segera menguasai keterkejutannya, ia langsung memindahkan semua harta itu ke dalam cincin ruangnya.
Justru sekarang flow lah yang ternganga melihat hartanya menghilang begitu saja.
"Gu guru, i itu! emas, emasnya guru, terus perhiasan ku kemana?" tanya flow dengan gugup tak percaya.
"Hahahahaha, sudahlah kau tak perlu khawatir akan semuanya, lebih baik sekarang kita pergi!" ajak Nilam sambil tertawa mengejek flow yang terlihat lesu, 'ternyata ada untungnya juga, flow belum aku berikan cincin ruang, lihatlah muka melas dan frustasinya, hihihi.' Tak lupa Nilam membayar paman kusir, setelah itu mereka langsung pergi ke arah kota.
Nilam dan flow masuk tanpa hambatan, flow masih murung memikirkan semua rampasan nya telah lenyap begitu saja, padahal ia telah membayangkan akan memiliki rumah mewah serta sebuah toko yang besar di ibukota.
Jika ia bisa menjual emas tersebut di dunia nyata, ia akan kaya raya, dan bisa membeli ini itu. Cukup dengan membuka toko di dunia cermin ini, ia bisa mengubah hidupnya.
Tak lama berjalan tibalah mereka di depan kediaman megah, yang memiliki penjaga di setiap sisinya, bahkan di depan gerbang ada empat orang pengawal, flow mengikuti langkah Nilam, saat masuk para penjaga itu menunduk hormat pada mereka.
Saat di dalam, Nilam memanggil seorang pelayan untuk menyediakan kudapan dan minuman untuknya dan flow.
"Flow, duduklah terlebih dahulu! Nanti guru akan menjawab semua pertanyaan mu," ucap Nilam.
"Baik guru," jawab flow patuh, karena melihat sang guru berbicara dengan serius, ia tak berani untuk bercanda.
Tak lama datanglah pelayan membawa minuman serta kudapan untuk mengganjal perut, sebelum makan malam tiba.
"Flow, kau tak perlu khawatir, semua harta berharga yang kau miliki ada padaku, semuanya tersimpan dengan baik di dalam cincin ini. Nah sekarang ambillah cincin itu dan teteskan sedikit darahmu sebagai pertanda bahwa kau pemiliknya. "
"Maaf, guru lupa memberikan padamu cincin itu dari awal," ucap Nilam sambil memalingkan wajahnya.
"Dasar, kejam sekali guru padaku, andai dari awal aku memiliki cincin itu tak perlu susah payah aku mengangkut semua barang-barang ku," gerutu flow yang tak terima ia di permainkan sang guru.
"Sudah, sudah, merajuknya nanti saja. Sekarang ceritakan! dari mana kau mendapatkan harta yang begitu banyaknya?" tanya Nilam dengan begitu penasaran akan harta-harta yang dibawa flow.
"Hehehe,, itu guru saat di perjalanan aku dihadang oleh sekelompok bandit dan itulah hasilnya."
"Bagus, bagus, itu baru murid yang baik. Oh ya, ada yang perlu guru sampaikan padamu."
"Baik guru."
"Jangan sampai ada yang tahu identitas mu yang sebenarnya, jangan ada yang tahu bahwa kau bukan berasal dari sini, mengerti flow?"
"Baik guru, aku mengerti."
"Baiklah, kalau begitu lebih baik kau istirahat terlebih dahulu, besok baru kau lanjutkan tujuanmu!"
Salah seorang pelayan menuntun flow ke ruangan sayap kiri, khusus untuk tamu kehormatan.
Flow terkagum-kagum dengan keindahan kamar itu, jauh lebih baik daripada kamar kontrakannya.
.
.
.
Pagi telah menyapa, mentari mulai menampakkan dirinya dengan malu-malu, burung-burung telah berkicau dengan indah, namun gadis yang terbiasa bangun dini hari, saat ini masih bermalas-malasan di atas tempat tidurnya.
Tok tok tok
"Nona, apakah Nona belum bangun? ini, saya membawakan sarapan Nona, "
"Iya, masuklah," jawab flow dengan suara khas bangun tidurnya.
"Makanannya saya tempatkan di meja ya Nona, saya juga telah mengisi air untuk Nona mandi di ruang samping.
"Baiklah, terimakasih bibi."
Setelah flow selesai mandi dan sarapan ia mencari sang guru, ia akan pergi jalan-jalan ingin melihat-lihat suasana di kota ini.
"Guru!"
"Apa kau akan pergi flow?" tanya Nilam dan di balas anggukan sama flow.
"Benar guru, aku ingin melihat situasi dan suasana di kota ini guru, apakah aku bisa membuka usaha di sini atau tidak."
"Baiklah tapi kau jangan pergi sendirian, lebih baik kau di temani salah seorang pelayan di sini."
"Yuyu, kau pergilah temani flow!"
"Saya Nyonya, baik Nyonya, akan saya temani."
"Pergilah bersama Yuyu, flow! dia sudah terbiasa dengan daerah sini, jadi kau bisa bertanya-tanya dan meminta bantuannya nanti."
Singkat cerita, flow pun pergi bersama Yuyu, tujuan utama mereka pergi ke pusat perbelanjaan, ia yang tengah melihat-lihat kiri kanan tiba-tiba,
Bersambung,
.
.
.
Seperti biasa ya, jangan lupa follow 💗💗
Like dan komentar sebanyak-banyaknya, kalau berkenan gift sama vote nya juga ya!! 👉🏻👈🏻👉🏻👈🏻🤗🤗
Ingat disini boleh berkomentar sesuka kalian, tapi DILARANG MEMBERI RATING RENDAH.
Terimakasih guys, Salam Sayang dari author, 😘😘❤️❤️🫶🫶
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya