Unwanted Bride (Pengantin yang tak diinginkan)
Nazila Faradisa adalah seorang gadis dari keluarga broken home. Karena itulah ia menutup hatinya rapat dan bertekad takkan pernah membuka hatinya untuk siapapun apalagi menjalani biduk pernikahan. Hingga suatu hari, ia terlibat one night stand dengan atasannya yang seminggu lagi akan menyelenggarakan pesta pernikahannya. Atas desakan orang tua, Noran Malik Ashauqi pun terpaksa menikahi Nazila sebagai bentuk pertanggungjawaban. Pesta pernikahan yang seharusnya dilangsungkannya dengan sang kekasih justru kini harus berganti pengantin dengan Nazila sebagai pengantinnya.
Bagaimanakah kehidupan Nazila sang pengantin yang tidak diinginkan selanjutnya?
Akankah Noran benar-benar menerima Nazila sebagai seorang istri dan melepaskan kekasihnya ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch.23
Noran kini telah berada di kantornya. Ia tengah memeriksa beberapa laporan keuangan yang baru saja diserahkan oleh kepala divisi keuangan. Tiba-tiba ia mengusap wajahnya frustasi, mengapa sekarang ia mendadak selalu mengingat wajah Nazila. Ia juga selalu terbayang manis bibir Nazila yang menurutnya lebih manis dari madu. Begitu lembut dan memabukkan.
Noran menggelengkan kepalanya, 'Gila ... ini benar-benar gila. Mengapa aku sekarang teringat dia terus sih?'
Noran terus merutuki dirinya sendiri sambil memijit pelipisnya. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya yang selalu tertuju pada sosok Nazila, ia sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang telah masuk ke ruangannya.
"Sayang," sentak Sarah seraya duduk di pangkuan Noran membuat laki-laki itu tersentak dan reflek berdiri.
Bugh ...
Sarah pun jatuh hingga terduduk di lantai karena gerakan reflek Noran.
"Sarah," gumamannya terkejut saat melihat Sarah telah terduduk di lantai.
"Noran, kamu kenapa sih dari tadi ngelamun?" bentak Sarah kesal sebab ia telah sejak beberapa saat tadi tiba di kantor ini dan sudah beberapa kali juga ia memanggil namanya tapi Noran justru seperti tuli. Ia tak mendengar panggilannya. Noran benar-benar terlarut dengan pikirannya sendiri. "Kamu ngelamunin apa sebenarnya, hah? Jangan bilang kamu mikirin perempuan sialan itu?" tuding Sarah dengan suara menggeram marah. Emosinya mendadak menggelegak. Ia merasa akhir-akhir ini sikap Noran sedikit berbeda. Ia khawatir Noran benar-benar jatuh hati pada Nazila.
"Jangan berpikir aneh-aneh deh, Yang! Kamu nggak liat, aku lagi apa? Aku itu sedang kerja. Aku sedang pusing mikirin keganjilan di laporan keuangan itu. Mungkin karena terlalu fokus aku sampai nggak sadar kalau kamu datang." Noran mencoba berkilah. Tak mungkin kan ia mengatakan kalau ia memang sedang memikirkan istrinya itu, bisa-bisa Sarah mengamuk. Orang cemburu, marah ya jelek.
"Awas ya kalau kamu macam-macam!" ancam Sarah.
"Kamu kenapa sih, datang-datang marah-marah? Ada masalah?" tanya Noran mencoba mengalihkan perhatian Sarah agar berhenti membahas masalah sebelumnya. Ia juga membantu Sarah dan menuntunnya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.
Sarah pun segera merebahkan kepalanya di pundak Noran seraya memeluk lengannya.
"Kamu tu ya, tau banget kalau aku lagi ada masalah," ujar Sarah manja. "Itu Yang, di agency aku itu ada model baru. Masa' job aku tiba-tiba dikasi ke dia, pasti pemilik agency ada affair deh sama dia makanya dia bisa dikasi job segede itu padahal dia belum lama gabung," adu Sarah sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jangan su'udzon! Bisa aja itu memang karena kemampuannya."
"Jadi menurut kamu, dia lebih baik dari aku gitu?" sentak Sarah tak suka mendengar penuturan Noran.
"Bukan gitu, aku cuma bicara apa adanya. Kita itu, jangan mudah su'udzon sebab apa yang kita lihat belum tentu kebenarannya." Noran mencoba menjelaskan dengan lembut agar Sarah tidak mudah berburuk sangka pada orang lain. Ia tidak ingin Sarah jadi perempuan yang naif dan selalu menganggap orang lain di bawahnya.
"Udahlah, kamu emang selalu gitu. Ngeselin," sentaknya lagi seraya berdiri lalu segera keluar dari ruangan Noran seraya membanting pintu dengan keras. Noran hanya bisa menggeleng melihat tingkah Sarah yang makin hari makin keras kepala dan temperamen.
Noran pun kembali duduk di kursi kebesarannya. Ia bingung dengan dirinya sendiri, bila biasanya ia mengejar Sarah saat melihat kekasihnya itu marah, maka kini ia justru berdiam diri. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Ia pun kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sementara itu, di Angkasa Mall, Nazila tetap melakukan pekerjaannya seperti biasa. Ia merupakan seorang pekerja yang profesional, ia takkan menggabungkan masalah pribadi dan pekerjaan. Tidak seperti Noran yang justru selalu terbayang dengan Nazila, Nazila justru terlihat acuh dan lebih memilih melupakan apa yang ia alami pagi tadi.
Waktu sudah memasuki jam makan siang. Beberapa karyawan Angkasa Mall pun menghampiri Nazila untuk mengajaknya makan siang bersama. Awalnya Nazila ingin menolak, tapi karena mereka terus membujuk, akhirnya Nazila pun ikut bergabung bersama mereka. Rencananya mereka akan makan siang di salah satu restoran seafood yang baru saja buka di mall tersebut.
"Mbak mau pesan apa?" tanya salah satu karyawan yang bernama Ana. Usianya 2 tahun lebih muda dari Nazila karena itu ia memanggil Nazila mbak.
"Iya La, kamu mau pesan apa?" timpal Weni yang juga sesama rekan kerjanya.
"Emmm ... cah kangkung dan nila bakar aja deh. Minumnya es jeruk," ucap Nazila yang kemudian dicatat oleh pramusaji di restoran tersebut.
"Mohon tunggu sebentar ya kak!" ucap pramusaji itu yang kemudian segera berlalu dari hadapan mereka.
Tak lama kemudian, pesanan mereka pun datang. Pramusaji itu segera menghidangkan dengan cekatan. Setelah selesai, ia pun segera berlalu.
"La, loe kenal dekat sama pak Kevin ya?" tanya Weni seraya menyuapkan makanannya ke mulut.
"Nggak juga kok," sahut Nazila santai. Ia tak mau terlalu mengumbar kedekatannya dengan putra pemilik Angkasa Mall tersebut.
"Iya kah mbak, tapi kami sering lho liat mbak sampai ketawa-tawa gitu sama pak Kevin. Pak Kevin juga perhatian banget sama mbak, kayak pasangan kekasih tau nggak. Cocok banget." Timpal Ana lalu ia segera menyedot match latte nya.
"Cocok? Mana mungkin lah, aku siapa, pak Kevin siapa, kayak bumi dan langit tau nggak," sanggah Nazila. Ia tak mau terlalu menganggap ucapan teman-temannya itu. Ia mesti sadar diri siapa dirinya saat ini, selain ia merupakan seorang istri dari lelaki lain, ia juga hanya perempuan miskin yang tak punya apa-apa untuk dibanggakan.
"Bagus kalau loe sadar diri. Seharusnya itu juga yang loe lakukan sama Noran. Loe itu nggak pantes tau nggak jadi istri Noran. Udah miskin, belagu lagi." Potong seseorang membuat ketiga perempuan itu menoleh ke arah sumber suara.
"Siapa sih loe, tiba-tiba nimbrung. Nggak sopan banget." Sinis Weni dengan menyipitkan matanya menatap tajam Sarah.
Ya, yang bicara itu adalah Sarah. Dia sedang ada janji dengan temannya, di saat ingin menghampiri meja temannya ia justru melihat Nazila yang tampak asik mengobrol.
"Loe mau tau siapa gue? Gue ini kekasih suaminya dia." Tunjuk Sarah pada Nazila. "Ets, gue bukan pelakor ya asal kalian tau. Justru dia lah orang ketiga dalam hubungan kami. Pernikahan yang kami impi-impikan mendadak batal karena ulahnya. Dia menjebak calon suami gue supaya bisa jadi pengantin pengganti alhasil dia yang dinikahi
kekasih gue. Kalian tau, dibalik sifat polosnya ini, aslinya dia itu sangat busuk. Bayangin gimana kalau kalian jadi gue? Seminggu sebelum pernikahan mendadak batal nikah dan calon suami kalian terpaksa nikahin orang lain, apa itu nggak jahat namanya? Jadi jangan mudah tertipu," ucap Sarah menggebu-gebu.
Weni dan Ana saling memandang tak percaya. Tapi melihat dari sikap Nazila yang diam saja tanpa membantah membuat mereka berdua percaya.
"Seriusan La? Apa bener yang dikatakan perempuan ini?" Weni menunggu penjelasan Nazila tapi Nazila seakan bungkam tak mau bicara.
"Udahlah, nggak perlu pake tanya-tanya lagi. Emang ya, loe itu wanita ular. Bisa-bisanya loe jebak Noran supaya nikah sama loe. Jijik tau nggak liat tampang kayak loe ini. Sok lugu, sok polos, padahal hati ******," ejek teman Sarah yang ikut menghampiri meja Nazila.
Nazila menghela nafas panjang lu berdiri menatap kedua orang tersebut.
"Buktikan kalau memang aku yang menjebak Noran? Apa kalian punya bukti? Kalau nggak ada jangan banyak bicara. Aku bisa laporin kalian atas dasar pencemaran nama baik," tukas Nazila dingin. Sudah cukup ia diadili atas sesuatu yang bukan kesalahannya. Ia pun korban di sini, tetapi mereka malah seenaknya mencaci maki dirinya atas kesalahan yang tidak pernah ia lakukan.
"Loe pikir kami takut?" desis teman Sarah lalu ia mengambil gelas berisi es jeruk yang tergeletak di atas meja lalu menyiramkannya ke atas kepala Nazila. Nazila reflek mundur ke belakang, tapi sayang air es itu sebagian telah membasahi wajah hingga pakaiannya.
"Apa yang kalian lakukan pada Nazila?" desis suara bariton yang menggeram murka terdengar tak jauh dari meja Nazila membuat kelima orang itu sontak menoleh sambil membelalakkan mata.
...***...
...Happy reading 🥰🥰🥰...
g menye-menyeee
⬜🟥⬜⬜⬜🟥⬜
🟥🟥🟥⬜🟥🟥🟥
🟥🟥🟥🟥🟥🟥🟥
⬜🟥🟥🟥🟥🟥⬜
⬜⬜🟥🟥🟥⬜⬜
⬜⬜⬜🟥⬜⬜⬜