NovelToon NovelToon
Terpaksa Menjadi Ibu Sambung

Terpaksa Menjadi Ibu Sambung

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / Ibu Pengganti / Anak Yatim Piatu / Menikah Karena Anak
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.5
Nama Author: Ina Ambarini (Mrs.IA)

Saphira Aluna, gadis berusia 18 tahun yang belum lama ini telah menyelesaikan pendidikannya di bangku sekolah menengah atas.
Luna harus menelan pil pahit, ketika detik-detik kelulusannya Ia mendapat kabar duka. Kedua orang tua Luna mendapat musibah kecelakaan tunggal, keduanya pun di kabarkan tewas di tempat.

Luna begitu terpuruk, terlebih Ia harus mengubur mimpinya untuk melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi.
Luna kini menjadi tulang punggung, Ia harus menghidupi adik satu-satunya yang masih mengenyam pendidikan di bangku sekolah menengah pertama.
Hidup yang pas-pasan membuat Luna mau tak mau harus memutar otak agar bisa terus mencukupi kebutuhannya, Luna kini tengah bekerja di sebuah Yayasan Pelita Kasih dimana Ia menjadi seorang baby sitter.

Luna kira hidup pahitnya akan segera berakhir, namun masalah demi masalah datang menghampirinya. Hingga pada waktu Ia mendapatkan anak asuh, Luna malah terjebak dalam sebuah kejadian yang membuatnya terpaksa menikah dengan majikannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ina Ambarini (Mrs.IA), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pesona Khafi

Pagi itu, pukul setengah lima pagi Luna sudah bangun. Ia harus membangunkan adiknya, Luna juga harus membantu Ica dan Brian untuk menyiapkan perlengkapan sekolah Mereka.

"Nuka. Bangun!" Seru Luna.

Brian menggeliat, Ia melirik jam yang menempel di dinding kamar.

"Masih jam 5, Kak. Masih lama," ucap Nuka.

"Iya, Kakak tahu. Tapi Kakak juga banyak yang harus di siapkan, Kakak harus bantu anak majikan Kakak yang mau sekolah juga." Luna menjelaskan.

Nuka bangkit dari tidurnya, Ia baru ingat kalau kini Mereka tinggal di rumah majikan sang Kakak.

"Oh, iya ya. Nanti Aku berangkat dari sini, dong. Jaraknya tambah jauh, Kak. Kakak punya uang buat ongkos?" Tanya Nuka.

"Ada." Luna melirik piring kosong yang semalam Ia bawa ke dalam kamar.

"Kamu semalam makan?" Tanya Luna.

Nuka mengangguk, "iya. Oh iya, malem Kakak kok gak ada di kamar. Kemana?" Tanya Nuka.

"Oh, itu Kakak harus nemenin Ica tidur. Ya udah Kakak antar Kamu ke kamar mandi di dapur, Kamu mandi. Nanti Kakak siapkan sarapan sekalian buat yang lain juga." Luna beranjak dan mengantar Nuka ke kamar mandi yang ada di dapur.

Setelah Nuka masuk ke dalam kamar mandi, Luna beralih untuk menuju kamar Rena.

Sebelum itu, Ia berpapasan dengan Bi Yuni yang juga sudah terangun.

"Bi. Lagi mau ngerjain apa?" Tanya Luna.

"Biasa. Jam segini Bibi masak, buat sarapan. Kamu tugas intinya urus anak-anak aja, urusan dapur itu jadi tugas Bibi." Bi Yuni menuturkan.

"Oh, gitu. Ya sudah Aku ke kamar Rena dulu," ucap Luna.

Ia segera menuju kamar Rena, memastikan apa Rena sudah bangun atau belum.

Sebelum masuk, Luna mengintip lebih dulu di ambang pintu.

"Rena masih tidur, Aku ke kamar Brian dulu deh." Melihat Rena yang masih terlelap, Luna beralih menuju kamar Bria.

Sesampainya disana, Ia melihat Brian yang baru saja terbangun namun masih berada di atas tempat tidur.

"Hay, Brian. Kak Luna boleh masuk?" Tanya Luna.

Brian menoleh, dan mengizinkan Luna untuk masuk ke kamarnya.

"Brian sekolah gak hari ini?" Tanya Luna.

"Sekolah." Brian menjawab seadanya.

"Kalau gitu, Brian mandi, terus siap-siap. Biar Kak Luna nanti bantuin siapin buku sama tasnya!" Seru Luna.

Brian mengangguk, lalu Ia turun dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandk yang ada di kamarnya.

Sementara Brian mandi, Luna langsung menuju kamar Ica.

Ia melakukan hal yang sama, meminta Ica untuk segera mandi dan bersiap untuk sekolah.

Setelah itu, Luna berlari menuju kamar Rena. Namun ketika hendak masuk, Luna dibuat terkejut karena seseorang meringis akibat terkena pintu yang Luna buka secara cepat.

Bhukk!

"Ahh!" Ringis suara seseorang yang tak lain ialah Khafi.

"Astaga. Pak, maaf, Pak. Saya gak sengaja," ucap Luna sembari dengan refleks mengusap kening Khafi yang memerah.

Khafi terdiam, begitupun dengan Luna. Dua pasang mata beradu, wajah Luna mendongak melihat wajah Khafi dari jarak yang dekat.

"Ya ampun, bos Aku ganteng banget." Luna tanpa sadar memuji ketampanan Khafi dalam hatinya.

Saat tengah menikmati wajah mulus Khafi, tiba-tiba Khafi mendorong Luna menjauh dari tubuhnya.

"Gak sopan!" Hardik Khafi.

Luna terkejut, Ia lalu menundukkan wajahnya.

"Maaf, Pak. Saya tidak segaja," ucap Luna.

"Kemana aja Kamu? Rena udah bangun dari tadi, tapi Kamu belum sigap ada di kamar Dia?" Tanya Khafi dengan sinis.

"Ma-maf, tapi tadi Saya habis membangunkan Brian dan Ica dulu, Pak." Luna mencoba untuk menjelaskan.

Khafi tak menimpali, Ia lalu keluar kamar Rena tanpa permisi.

Luna menghembuskam nafasnya, Ia merasa takut melihat reaksi Khafi yang begitu tak suka dengan sikapnya tadi.

"Huh. Ganteng sih, tapi ucapannya tajem banget." Luna menggerutu.

Luna memburu Rena, memandikannya dan langsung membuatkan sarapan untuk Rena.

Selesai membuat sarapan, Luna menggendong Rena menuju meja makan.

"Rena, duduk yang anteng. Sekarang Kita makan," ajak Luna.

Luna mulai menyuapi Rena, namun secara bersamaan Brian dan Ica datang menghampirinya.

"Kak, Aku mau di siapin buku sama tas." Brian meminta.

"Aku juga!" Seru Ica.

Luna merasa bingung, Ia harus menyuapi Rena tapi kedua anak Khafi yang lainnya juga meminta bantuan padanya.

"Emm sebentar, ya. Kak Luna nyuapi Rena dulu," ucap Luna.

"Kak. Aku dapat sarapan, gak? Aku mau berangkat pagi, soalnya takut macet. Aku kan belum tahu jalanan disini gimana," ucap Nuka yang juga datang menghampiri Luna.

Dari kejauhan, Khafi dan Selina datang. Mereka melihat Luna yang kerepotan, Selina pun bermaksud untuk memberi bantuan.

"Lun. Rena biar Aku yang suapi, Kamu bantuin Brian sama Ica aja. Kalau buat Nuka, Kamu ke dapur temuin Bi Yuni terus minta sarapan, ya." Selina menuturkan.

"Baik, Bu. Nuka permisi dulu," ucap Nuka sembari pergi menuju dapur.

"Dia siapa, Mi?" Tanya Brian pada Selina.

"Oh. Dia itu Nuka, adiknya Kak Luna. Dia tinggal disini juga, boleh, kan?" Tanya Selina pada putranya.

"Wah kalau gitu Brian jadi ada teman main, dong." Tampaknya Brian menyambut kaberadaan Nuka dengan baik di rumah itu.

"Iya, dong. Udah gih Kamu sama Ica pergi ke kamar, kasih tahu Kak Luna apa aja yang harus di bawa hari ini!" Pinta Selina.

"Iya, Mi." Ica dan Brian pun kembali ke kamarnya, di ikuti oleh Luna yang merasa sangat terbantu oleh majikannya.

Selina mulai menyuapi Rena, Ia masih berusaha untuk bisa mengurus putri bungsunya dengan baik.

"Mas. Kamu sarapan juga, gih!" Pinta Selina.

"Nanti aja, bareng sama yang Kamu dan yang lain." Khafi menunda jam sarapannya dan sesekali mengajak Rena bercanda.

"Mas. Luna cantik, ya. Baik juga," ujar Selina.

Khafi terdiam, Ia tak menjawab pertanyaan istrinya.

"Masih muda tapi sudah harus menanggung beban hidup yang berat, Aku salut sama Luna. Menurut Kamu Luna itu gimana?" Tanya Selina.

Khafi menghela nafasnya, Ia menatap lembut pada sang istri.

"Di mata Aku, gak ada perempuan yang lebih cantik, dan baik di banding Kamu. Jadi jangan pinta Aku buat menilai wanita lain!" Seru Khafi.

Selina tersenyum kecil, di sisi lain Ia merasa beruntung memiliki suami seperti Khafi.

"Mas. Kalau suatu hari nanti Aku gak bisa..."

"Ssstt. Udah, jangan bahas hal itu lagi. Lina, dengerin Aku! Kamu pasti sembuh," ucap Khafi dengan tegas.

Lina terdiam, Ia tahu bahwa suaminya sangat mencintainya dan tak ingin kehilangannya.

"Iya, Aku percaya. Aku juga selalu berharap kalau Tuhan akan kasih Aku keajaiban, tapi Kita juga harus siap dengan segala takdir yang akan terjadi. Dan takdir terburuk adalah saat Aku sudah tidak bisa berjuang lagi dengan penyakitku," tutur Luna.

"Mas. Hidup itu hanya ada dua hal, meninggalkan dan yang di tinggalkan. Kalau Aku yang harus meninggalkan, Aku mohon Kamu untuk tidak terlalu kehilangan. Aku mau Kamu melanjutkan hidup Kamu dengan layak, bahagia dengan anak-anak Kita. Aku juga mau Kamu mencari pengganti Aku yang tentunya jauh lebih baik dari Aku," ujar Luna.

"Lina, udah cukup. Aku gak mau denger hal itu lagi, Aku yakin kok Kamu pasti akan sembuh. Dan satu hal lagi, gak akan ada yang bisa gantiin Kamu. Siapapun itu!" Tegas Khafi.

1
Selvi Sitio
mampir kekaryaku ya teman-teman @sipencuri hati mafia & @jangan ikuti aku
Harry Saputra
bagus ceritanya ngga bertele tele singkat padat jelas & keren pastinya.. 👍👍👍❤️
Koni Saputri
luar biasa,, keren
Koni Saputri
Buruk
Nadira Alexa
Luar biasa
Meyma Chamie
Luna apa Lina?
Linda Herlina
waah agak serem nich..
yusuf b
Lumayan
Ida Kristyati
khaif apa khafi
A
Luar biasa
Liaastuti
Biasa
Liaastuti
Buruk
anita
ya allooh baik bnget hati kamu luna d saat hak kamu tdk d berikan suamimu justru kamu mnjlnkan kwajiban buat anak sambungmu
Safta Anggraini
di rumahnya ada satpam ga sih... bisa ga klo yuke mau dateng ga boleh di suruh masuk... /CoolGuy/
Safta Anggraini
sakit banget jd luna....
Safta Anggraini
hahahhaah mangap lu yuke pergi sana lho...
Safta Anggraini
klo uda baca tentang kematian air mata pun ikut menetes... /Sob/
Ipul Pasha
Luar biasa
Ipul Pasha
Lumayan
Wulan
🥹🥹🥹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!