Seorang wanita cantik yang suka dengan kehidupan bebas hingga mendirikan geng motor sendiri. Dengan terpaksa harus masuk ke pesantren akibat pergaulannya yang bebas di ketahui oleh Abahnya yang merupakan Kyai di kompleks perumahan indah.
Di Pesantren Ta'mirul Mukminin wanita cantik ini akan memulai kehidupannya yang baru dan menemukan sosok imam untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 20
"Alhamdulillah..." Nayla bernafas lega.
"Mbak jago banget. Mbak Fia keren." Sherly mengacungkan dua jempolnya. "Apa ku bilang tadi Mbak Nay, Mbak Yul. Mbak Fia pasti menang. Benar menang kan?" ucap Sherly girang.
"Iyaa Sher. Mbak Fia menang." ucap Yulia tersenyum.
"Ternyata Mbak Fia jago beladiri juga yaa. Hebat, Mbak. Ajari aku juga dong, Mbak." pinta Sherly.
Fifia menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Nanti akan ku pikirkan"
"Mbak ayoo ke ndalem. Katanya mau ke sana siang ini." ajak Nayla.
"Ahh yaa lupa. Kita bantu Mbak Yulia sama Sherly dulu. Kasihan, kerjaan mereka belum selesai ini. Setelahnya baru kita ke ndalem." ucap Fifia.
"Sudah, kalian ke ndalem aja. Ini tinggal dikit aja kok. Aku sama Sherly aja yang bersihin." ucap Yulia.
"Iyaa, Mbak. Tinggal dikit aja kok. Kalian ke ndalem aja nggak papa." timpal Sherly.
"Beneran nggak papa nih?" tanya Fifia yang hanya di angguki oleh Sherly dan Yulia.
"Yaa sudah, kalau begitu kita tinggal dulu yaa. Assalamu'alaikum.." ucap Fifia melangkah pergi dan di ikuti oleh Nayla.
"Wa'alaikumsalam..." ucap Sherly dan Yulia bersamaan.
"Adududuuuhhh.... Pelan-pelan ngobatinnya. Sakit ini." ucap Mila kesal saat Ulya menekan-nekan pipinya yang memar akibat tamparan dari Fifia.
"Iyaa iyaa, Mbak. Ini juga sudah pelan-pelan kok ngobatinnya." ucap Ulya.
"Awas aja kalian. Aku nggak terima di perlakukan seperti ini. Aku pasti akan balas dendam." geram Mila mengingat kejadian tadi.
"Harus itu, Mbak. Aku juga nggak terima Mbak Mila di perlakukan kayak tadi."
Kkkkrrrrrruuuuuuukkkkkk....
Suara perut Mila berbunyi. "Cepetan Ul. Aku sudah lapar. Lama banget kamu ngobatinnya." gerutu Mila kesal karena ia sudah tak tahan lagi menahan rasa lapar.
"Iyaa Mbak, ini sudah selesai kok." Ulya merapikan P3K.
"Ayoo kita ke kantin pesantren." Mila menarik tangan Ulya.
"Ehh, Mbak. Kotak P3K nyaa belum aku masukkan ke dalam lemari."
"Sudah itu nanti saja. Yang penting sekarang perut ku yang sudah lapar." Mila terus menarik tangan Ulya membawanya ke kantin pesantren.
Fifia dan Nayla berjalan berdampingan sembari berbincang-bincang. Saat sudah semakin dekat ndalem. Netra Fifia tak sengaja menangkap dua sosok lelaki tampan tengah berada di teras ndalem.
Dua sosok lelaki tampan itu tengah berbincang-bincang sembari menatap layar laptop. Yang satunya Fifia kenal namun yang satunya lagi ia tidak kenal.
"Ehh Nay, tunggu dulu. Itu ada Ustadz Fari dan satunya lagi aku nggak tau. Mereka lagi di teras ndalem. Gimana kita masuknya?"
Nayla menatap ke arah teras ndalem. "Oohh, itu sebelah Ustadz Fari namanya Ustadz Rehan. Beliau putra Abah Shodiq dan Umi Zahra."
"Oohh, kalau nggak salah yang baru pulang dari Jawa Timur ituu yaa?" tebak Fifia.
"Iyaa betul"
"Terus kita gimana masuknya, Nay?"
"Kita tunggu mereka selesai aja."
"Tapi kayaknya mereka lama deh. Lihat aja tuh, ada laptop di hadapan mereka."
"Benar juga sih, Mbak. Yaa udah kita masuk aja sambil bilang permisi." Nayla menarik tangan Fifia.
"Ehh tunggu, tunggu. Emang nggak papa?"
"Nggak papa. Udah ayoo, keburu masuk pelajaran kelas siang." Nayla menarik tangan Fifia. Membuat Fifia pasrah saat tangannya di tarik oleh Nayla.
"Assalamu'alaikum... Permisi Ustadz." ucap Nayla.
Sontak dua sosok lelaki itu pun mendongakkan kepalanya. "Wa'alaikumsalam warohmatullah wabarokatuh" ucap mereka bersamaan.
Ustadz Fari menundukkan kepalanya saat dua santriwati itu ada di hadapannya.
Sedangkan Ustadz Rehan, netranya berbinar saat melihat siapa yang datang. Bibirnya tersenyum merekah. "Kalian ada apa kemari?" tanya Ustadz Rehan tersenyum. Netranya tak bisa berpaling dari sosok wanita cantik yang ia sukai.
Fifia hanya diam, kepalanya tertunduk. Ia tak berani mendongakkan kepalanya. Ia malu dengan orang yang selalu membuatnya berdebar-debar. Membayangkannya saja ia sudah berdebar apalagi berhadapan langsung seperti ini. Membuat jantungnya seperti ingin melompat dari tempatnya.
"I-ini Ustadz, Uminya ada?" ucap Nayla kikuk. Pasalnya ia tak biasa dengan senyum Ustadz Rehan ini. Ia jarang sekali melihat Ustadz Rehan tersenyum. Apalagi tersenyum manis seperti ini. Membuatnya merasa tak nyaman.
"Oohh, Umi. Ada, beliau ada di dalam. Kalian masuk saja."
"Terima kasih, Ustadz. Kalau begitu kami permisi dulu. Maaf jika sempat mengganggu tadi." ucap Nayla lalu menarik tangan Fifia kembali.
Ustadz Rehan hanya mengangguk. Bibirnya masih tersenyum menatap punggung wanita yang ia sukai.
"Maaf, Ustadz. Mari kita lanjutkan pembahasan ini." ucap Ustadz Fari membuat Ustadz Rehan tersadar.
"Ahh iyaa, Ustadz."
oke lanjut
semangat untuk up date nya
Alhamdulillah double up date
oke lanjut thor
semangat lanjutkan Thorrrrr