Kayvan Hadi Wijaya, pria berusia 24 tahun.
seorang pria tampan berdarah campuran.
ia adalah satu satunya pewaris kerajaan bisnis sang ayah
" WIJAYA GROUP "
Namun percayalah,
menjadi seorang pewaris tak serta merta membuatnya bahagia dan tenang.
segala aturan dan beban tanggung jawab yang di timpakan di pundaknya menjadikan seorang Kayvan Herald Hadi Wijaya menjadi seorang raja jalanan.
ia lebih nyaman berada di jalanan dan melakukan balap liar serta tawuran dan masih banyak hal mengerikan lain yang ia lakukan bersama anak buahnya yang lain, ketimbang duduk manis di atas kursi bundarnya.
namun tiba tiba hidupnya berubah, dunianya seolah teralihkan ketika tanpa sengaja ia bertemu dengan seorang gadis bernama Zalwa Aisyah Mawardi.
gadis cantik berusia 22 tahun,
Zalwa seorang yatim piatu.
sayangnya, Zalwa telah bertunangan.
hasrat Kayvan yang ingin memiliki gadis itu membuatnya gelap mata.
ia tak lagi peduli meski gadis itu tak mencintainya, meski gadis itu telah bertunangan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 29 sedikit perhatian
" mana yang sakit....?! " tanya Kayvan kepada Zalwa sambil berjongkok di hadapan gadis itu duduk.
Mata Zalwa menatap tak berkedip kepada sosok Kayvan saat ia mendengar pertanyaan pria itu kepadanya.
Tanpa sadar, ia mengulurkan kaki kanannya yang memang terasa nyeri karena terkilir tadi.
Kayvan mengambil kaki kanan Zalwa dan menaikkannya di salah satu lututnya yang tertekuk.
Zalwa menjadi kikuk dalam posisi seperti ini. Kakinya berada di atas lutut seorang pria.
Duhhh...
Rasanya sangat aneh dan memalukan.
Sementara Kayvan,
Pria itu sejenak menatap kaki Zalwa yang tak lagi berbalut kaos kaki.
Kaki itu terlihat sangat bersih, putih, halus dan mengkilat.
Ia baru menyadarinya saat ini.
Kayvan menghela nafas mencoba menetralisir perasaannya sendiri yang masih tak ia pahami.
" tahan sebentar...." kata Kayvan sebelum ia menarik dengan kuat pergelangan kaki Zalwa.
Klek....
Suara tulang Zalwa yang di tarik oleh Kayvan.
Meski lirih tapi masih bisa di dengar jelas oleh telinga kedua orang itu.
" aww....sakit....!! " rintih Zalwa ketika pria itu tiba tiba menarik pergelangan kakinya setelah sebelumnya memijitnya terlebih dahulu.
" huft...huft...." Kayvan sedikit panik melihat Zalwa berteriak dan wajah gadis itu berubah sedikit memucat.
Tanpa sadar,
Dengan reflek pria itu meniup niup pergelangan kaki gadis itu yang baru saja ia tarik.
Zalwa yang meringis menahan sakit, terdiam sejenak.
Bibirnya terlipat sempurna.
Matanya berkedip kedip sedikit salah tingkah.
" a..a...aku..aku mau shalat dulu " kata Zalwa kemudian dengan tergagap setelah ia terdiam beberapa menit.
kata kata Zalwa sedikit menyadarkan Kayvan dengan tingkahnya yang absurd.
" ekhem...." pria itu kemudian berdehem demi menetralkan kegugupannya yang tiba tiba mendera dirinya.
Kemudia pria itu menurunkan kaki Zalwa ke lantai.
Kayvan berdiri.
" cepatlah...aku akan mengantar kau pulang " kata Kayvan sambil melangkah berlalu meninggalkan Zalwa.
Sepeninggal Kayvan, Zalwa menghela nafas lega.
tak lama gadis itu terlihat bangkit dari duduknya.
Mencoba menggerak gerakkan kakinya itu.
Alisnya sedikit terangkat keatas ketika ia merasa tak lagi merasakan sakit di pergelangan kaki kanannya.
Zalwa tersenyum tipis.
Tak ia sangka, pria arrogant itu ternyata punya keahlian memijit dan bisa bersikap manis juga rupanya.
Apalagi saat ia mengingat pria itu mau berjongkok di hadapannya hanya untuk memijit kakinya.
Zalwa kembali tersenyum tipis,
Tapi senyum itu segera pudar ketika ia teringat apa yang sudah di lakukan pria itu terhadapnya tadi.
Seribu tanya terukir di hatinya tentang alasan pria itu bersikap seperti itu kepadanya.
Zalwa menggigit bibirnya kuat kuat,
Tak ingin larut dengan pikirannya sendiri.
Kemudian gadis itu nampak melangkah ke arah kamar mandi.
Ia harus segera mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat asyar.
Sedangkan Kayvan, pria itu sedang duduk di ruang tengah apartemennya.
Matanya menatap ke arah jendela kaca yang ada di samping rungan itu.
Bayangan tangannya yang tadi mengusap lembut kaki Zalwa membuat jantungnya berdesir.
Kaki Zalwa yang terasa halus menyentuh telapak kulit tangannya,
kulit kaki gadis itu yang putih dan bersih benar benar membuatnya terpana.
Zalwa benar benar sukses membuat dirinya terobsesi untuk memiliki gadis itu.
" aku sudah selesai...bisa aku pulang sendiri sekarang ?! " tiba tiba suara milik Zalwa sedikit mengejutkan Kayvan.
Pria itu menoleh kepada sumber suara.
Mata pria itu pun tak berkedip menatap gadis yang kini berdiri di hadapannya.
Gamis mode long midi dress warna coklat muda yang di padukan Zalwa dengan kerudung warna milo semakin membuat gadis itu terlihat cantik dan segar.
Gamis yang merupakan salah satu gamis dari sekian banyak gamis pilihan Kayvan yang tadi sengaja di beli oleh Kayvan untuk Zalwa.
Sungguh mata Kayvan seolah benar benar terhipnotis dengan penampilan Zalwa saat ini.
Meski tak ada polesan make up di wajah polosnya.
Bibir Zalwa yang mungil dan semerah cerry membuat dada Kayvan berdesir.
" aku antar kau pulang..." kata pria itu kemudian sambil meraih kunci mobil yang ada di atas meja di hadapannya itu.
" tapi aku bisa..."
" jangan membantah, atau kau ingin aku mengurungmu di apartemen ini semalaman nanti ?! " kata Kayvan sambil meraih tangan Zalwa dan melangkah menuju pintu.
Mendengar kata kata pria itu membuat Zalwa bergidik ngeri.
klik....
Pintu apartemen itu terbuka,
Kayvan dan Zalwa melangkah keluar pintu apartemen.
Zalwa berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Kayvan, namun pria itu semakin mempererat genggamannya pada jemari tangan gadis itu.
Kayvan terus melangkah menuju lift dengan menggenggam jemari Zalwa.
Tak ia hiraukan tatapan orang orang yang berpapasan dengannya di lorong ataupun di dalam lift.
Satu hal yang akan membuatnya bereaksi dengan cepat, yakni jika ada seorang pria yang menatap Zalwa terlalu lama.
Maka Kayvan akan menarik Zalwa untuk lebih dekat kepadanya,
Atau Kayvan akan menatap seseorang itu dengan tatapan mengintimidasi.
Dan hal itu justru membuat Zalwa menjadi risih.
Tak lama keduanya terlihat telah berada di basemant gedung apartemen mewah itu.
" aku mau kesekolah lebih dulu, jika kau keberatan....biarkan aku kesana sendiri " kata Zalwa ketika ia baru saja masuk dan duduk di mobil.
" mau apa ?! " tanya Kayvan tanpa menoleh kepada Zalwa namun mulai menghidupkan mesin mobilnya.
Hatinya agak terganggu ketika gadis itu bicara tentang tasnya.
Hal itu membuatnya teringat akan Zalwa yang tak mau mengangkat panggilannya tadi hingga menyulut amarahnya.
" tasku juga ponselku masih di sana " jawab Zalwa sedikit hati hati.
Kayvan terdiam sejenak.
sebelum akhirnya ia kembali melajukan kendaraannya.
" tidak perlu kesana lagi, akan ada yang membawakannya ke padamu nanti " jawab kayvan dingin.
Mendengar Zalwa berkata ponsel semakin membuat moodnya berantakan saja.
Mobil Kayvan terus melaju meninggalkan gedung apartemen itu.
Terus melaju hingga kemudian mobil itu memasuki area parkiran sebuah restauran.
Hati Zalwa sedikit menyelipkan rasa khawatir.
Pasalnya,
Ia ingat bagaimana akhir dari sebuah makan bersama pria itu.
Membuatnya teringat akan seseorang.
Yasir.....
Deg....
Jantung Zalwa seolah berdetak lebih kencang,
Sudah dua minggu berlalu, tapi ia belum tahu bagaimana kabar pria itu.
Kayvan membukakan pintu Zalwa kemudian menarik tangan gadis itu dengan sedikit pelan.
Sekali lagi jantung Zalwa berdetak kencang.
" kita makan...aku lapar sekali " kata Kayvan pada Zalwa.
Kayvan terus melangkah memasuki area restauran sambil terus menggenggam jemari Zalwa seolah takut gadis itu akan menghilang jika tangannya tak ia genggam.
Sampai,
Kayvan menemukan meja yang menjadi pilihannya.
Keduanya duduk berhadapan.
seorang pelayan datang dan memberikan buku menu kepada dirinya.
" pilihlah.." kata Kayvan kepada Zalwa sambil menyodorkan buku menu pada gadis itu.
" kau saja...aku tak tahu apa apa tentang makanan mewah seperti ini " jawab Zalwa menolak.
Kayvan menatap Zalwa tak berkedip.
" sungguh..." kata Zalwa seolah paham dengan arti tatapan Kayvan.
Bibir Kayvan sedikit mencebik ketus.
Tatapan matanya tajam terarah kepada Zalwa.
" kau tak tahu tentang makanan makanan di tempat seperti ini atau kau yang memang tak mau memilihkannya untukku ?! " kata Kayvan sambil menyahut kembali buku menu yang sempat di pegang oleh Zalwa dengan kasar.
Zalwa diam tak menjawab.
Tatapan mata gadis itu menatap lurus ke arah meja di hadapannya.
Sementara pelayan yang masih berdiri di sisi keduanya duduk,
Menatap terperangah pada sikap Kayvan terhadap Zalwa.
Benar² sebuah obsesi...
Thank's Khitara cerita bagus mu ini ...
Bayikk tgu cerita mu selanjutx
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣