Bekerja sebagai pelayan di Mansion seorang Mafia???
Grace memutuskan menjadi warga tetap di LA dan bekerja sebagai seorang Maid di sebuah Mansion mewah milik seorang mafia kejam bernama Vincent Douglas. Bukan hanya kejam, pria itu juga haus Seks wow!
Namun siapa sangka kalau Grace pernah bekerja 1 hari untuk berpura-pura menjadi seorang wanita kaya yang bernama Jacqueline serta dibayar dalam jumlah yang cukup dengan syarat berkencan satu malam bersama seorang pria, namun justru itu malah menjeratnya dengan sang Majikannya sendiri, tuanya sendiri yang merupakan seorang Vincent Douglas.
Apakah Grace bisa menyembunyikan wajahnya dari sang tuan saat bekerja? Dia bahkan tidak boleh resign sesuai kontrak kerja.
Mari kita sama-sama berimajinasi ketika warga Indonesia pindah ke luar negeri (〃゚3゚〃)
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMLMM — BAB 04
KECEROBOHAN PERTAMA
Cukup berbincang dengan maid baru. Maida menggeleng malas. “Jika kau sudah selesai, cepat ke dapur, aku akan membagi tugas untukmu.” Ucap Maida lalu berbalik pergi.
Grace masih termenung di kamar, dia tidak mungkin terus menerus mendekam di kamar. Dia datang untuk bekerja, jadi... “Baiklah, toh pria itu tidak akan di rumah terus-menerus.” Pikir Grace penuh keyakinan hingga dia pun beranjak dari kasurnya menuju ke dapur.
...***...
Di sebuah ruangan yang luas, mewah dengan warna merah gelap, hitam dan gold sangat cocok untuk sosok mafia seperti Vincent Douglas (31th).
Pria berpostur tubuh gagah dan tinggi dengan otot-otot membentuk membuatnya sangat diminati oleh banyak kaum hawa. Seorang pria bermata biru sapphire tajam, rambut hitam pekat yang selalu rapi tersisir ke belakang, warna kulit natural serta rahang tegas.
“Tuan, mereka sangat keras kepala. Para polisi itu bahkan meminta kerjasama dengan sebagian kartel untuk meruntuhkan kita.” Jelas salah satu asisten setianya bernama Jack (32th).
Mendengar kabar itu membuat Vincent kesal, meneguk segelas Vodka hingga habis dalam satu tegukan. Sudah sejak malam pengiriman barang nya digagalkan oleh para polisi untuk pertama kalinya.
Karena merasa gerah, Vincent dengan kasar merobek kemeja putihnya hingga tubuh sixpack nya terlihat jelas dengan hiasan corak tatto di punggung atas membentuk segitiga terbalik. Di lengan kirinya juga terlihat tatto melingkar.
“Sambungkan aku dengan perusahaan itu dan polisi bajingan itu.” Pinta Vincent menatap tajam bak silet.
Jack segera patuh dan segera mengurus semuanya sebelum bosnya lepas kendali.
Kini di ruangan luas tersebut dengan hanya diterangi oleh cahaya matahari di cela jendela, Vincent sendirian di sana. Pria itu berjalan ke arah jendela dan membuka gorden di sana.
Sorot matanya benar-benar seperti elang, bahkan para maid dan penjaga yang tak sengaja melihat ke arah jendela milik ruangan bosnya, langsung berpaling saat melihat keberadaan pria itu yang tengah memantau.
Tok! Tok! Tok! Sebuah ketukan ringan di pintu membuat pria kejam itu menoleh. “Masuk.” Pintanya.
Tak lama Maida masuk dengan penuh kesopanan dan hormat. “Maaf mengganggu waktu Anda. Bathtub Anda sudah disiapkan.” Ujar Maida tersenyum tipis.
Wanita tua itu hanya tersenyum kepada Vincent saja, tidak kepada lainnya karena dia sangat tegas.
“Hm. Pergilah, dan suruh maid membawakan aku wine saat mandi.” Pinta Vincent tanpa tersenyum dan hanya berkerut alis.
Maida mengangguk lalu pamit pergi.
Setelah kepergian wanita tua itu, Vincent memijit keningnya dengan pusing karena memikirkan perkejaan terus-menerus. Sudah berapa tahun dia hidup seperti ini, hidup dalam ketakutan karena ingatan masa lalu.
.
.
.
Setelah diberi tugas oleh Maida, Grace mengerjakan nya dengan sangat teliti. Hanya disuruh menanam beberapa tanaman di halaman samping sama sekali tidak sulit untuk dikerjakan, apalagi Grace sudah pernah menanam seperti itu.
Hanya ada satu yang membuatnya tak nyaman. “Pakaian ini terlalu pendek. Bagaimana jika ada yang mengintip saat aku berjongkok ke depan.” Gerutu Grace berulang kali membenarkan dress maid nya di atas lutut.
Mau tak mau, Grace berlutut agar tak terlihat, sehingga dia merelakan lututnya yang akan kotor karena tanah liat.
Di sisi lain, Gorden kamar mandi baru saja dibuka lebar-lebar. Mansion VincentDo hanyalah satu lantai saja, namun luasnya sangat luas. Sementara ruangan khusus Vincent berada di lantai atas di dalam Mansion.
Sungguh, tempat tersebut bak istana dengan dinding warna krem tua.
Seorang pria baru saja duduk di sofa singel, sambil menggunakan bathrobe hitam Vincent bersandar dengan pikiran pecah. Air di bak mandi masih tidak tersentuh.
Tak lama seorang maid cantik berambut pirang baru saja datang membawakan sebotol wine dengan gelasnya sekaligus.
Wanita itu terus menunduk saat meletakkannya ke atas meja kaca dekat keberadaan tuannya duduk. “Tuangkan ke gelas.” Ujar Vincent dengan suara seksinya yang selalu membuat para maid nya berdegup kencang.
“Siapa namamu?” tanya Vincent menerima gelas berisi wine dari tangan lentik wanita tadi yang masih berlutut di hadapannya.
“Victoria.” Jawab pelan wanita itu masih tak berani menatap wajah Vincent.
Seketika tangan kekar dan berurutan milik pria mafia itu menyentuh dagu Victoria sehingga wanita itu mendongak memperlihatkan wajahnya yang cantik berpoles lipstik merah. Dengan wajah datar, “Puaskan aku.” Perintah Vincent melepaskan tangannya dari dagu wanita itu dan mulai menikmati wine miliknya.
Mendapat perintah seperti itu adalah keinginan terdalam para maid dan juga wanita lainnya yang sangat minat dengan pria bernama Vincent Douglas itu. Mereka rela melakukan apa saja demi dekat dengannya dan menyentuh setiap kulit di tubuh pria itu.
Victoria sambil tersenyum tipis tangannya mulai membuka bathrobe tuannya bermain dengan pusaka pria itu sesuai ritme.
“Fast— ” pinta Vincent dengan napas memburu serta mendesis hingga tangan kanannya menekan kuat kepala Victoria.
Selang beberapa menit pelepasan, mata tajam Vincent tak sengaja terbuka dan melihat seorang mafia di taman dengan selang air muncrat tak karuan. Itu adalah Grace yang saat ini kesusahan memegang selang air yang hendak dia buat menyiram tanaman.
Melihat kecerobohan maid nya, Vincent menatap tak suka hingga menjambak rambut Victoria yang sudah berantakan. “Pergilah dan suruh Maida menemui ku.” Ujar pria itu sedikit kasar dengan matanya yang terus menyorot ke arah Grace.
Tak lama Maida datang dengan tergesa-gesa dan melihat tuannya berwajah kesal.
“Anda memanggil saya Tuan?”
Vincent menatap Maida. “Siapa maid itu?” tanya Vincent yang tak melihat jelas wajah Grace karena jarak yang lumayan jauh.
Maida mengintip sekilas dan terkejut dengan kelakuan Grace.
“Di-dia maid baru Tuan.”
“Ajari dia dengan benar. Jangan merusak lingkungan Mansion ku.” Jelas Vincent marah karena dia tidak suka kerusakan.
“Baik Tuan.” Setelah itu Maida melangkah pergi sambil menggerutu. “Dasar wanita ceroboh.”
Grace masih tertawa kecil saat dia kesulitan meraih selang yang menyala, dia sepertinya menikmatinya walaupun saat ini bosnya tengah memperhatikan dia dengan tatapan marah.
“Hei!” panggil Maida sedikit keras hingga Grace menoleh dan senyuman hilang bahkan air di selang pun sudah berhenti.
Kini wanita muda itu terlihat lusuh dan basah.
“Bibi Maida!” sapa balik Grace.
“Kau sedang apa? Perbuatan mu sedang diperhatikan oleh tuan Vincent.” Tegas Maida sembari memelototi nya.
Terkejut akan ucapan itu, Grace menengok sekilas ke arah jendela besar yang tak jauh dari sana. Memang benar, seorang pria dengan bathrobe hitam tengah memandanginya tajam. Grace langsung menunduk berpaling menyembunyikan wajahnya.
Melihat tingkah maid itu, Vincent mengernyitkan keningnya heran, begitu juga dengan Maida. “Ayo ikut aku.” Seret wanita tua itu menggandeng paksa tangan Grace dan membawanya pergi.
Sementara di kamar mandi, Vincent masih memperhatikan kepergian maid baru tadi. “Who's she?” gumamnya seolah pernah mengenalnya.