Di masa putih abu-abu, Juwita dan Calvin Cloud menikah karena kesalahpahaman. Calvin meminta Juwita untuk menyembunyikan status pernikahan mereka.
Setelah lulus sekolah, Calvin pergi ke luar negeri untuk menempuh pendidikan. Sedangkan Juwita memilih berkuliah di Indonesia. Mereka pun saling menjauh, tak memberi kabar seperti kebanyakan pasangan lainnya.
Lima tahun kemudian, Juwita dan Calvin dipertemukan kembali. Calvin baru saja diangkat menjadi presdir baru di perusahaan Lara Crop. Juwita juga diterima menjadi karyawan di perusahaan tersebut.
Akan tetapi, setelah bertemu, sikap Calvin tetap sama. Juwita pun menahan diri untuk tidak memberitahu Calvin jika beberapa tahun silam mengandung anaknya.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Juwita dan Calvin? Apakah Juwita akan tetap merahasiakan buah hatinya, yang selama ini tidak pernah diketahui Calvin?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Dipecat!
"Juwita!" Seseorang yang baru saja namanya disebut Juwita, tiba-tiba datang ke ruangan. Kini Calvin berdiri di depan pintu toilet dengan mata melebar sempurna. Secara bersamaan pula Juwita ambruk di tempat, dan kehilangan kesadaran.
"Apa yang kalian lakukan hah?!" lanjut Calvin kembali. Kini, urat-urat di wajahnya semakin keluar. Lelaki itu terlihat marah besar. Pemandangan di depan, membuat dadanya bergemuruh kuat, Juwita dalam keadaan mengenaskan sekarang.
Lina, Dewi dan Salma tersentak saat melihat kedatangan sosok yang menjadi pemicu, mereka menyerang Juwita.
"Pak Calvin ...." Mendadak rasa takut menyerang seluruh tulang-tulang Lina. Lidah wanita berpakaian seksi dengan belahan di dada itu mendadak kelu saat ini.
Salma dan Dewi pun sama, tak mampu berkata-kata lagi. Sebab sang tambatan hati melangkah dengan cepat ke arah mereka sekarang.
Begitu sudah dekat, Calvin segera mengangkat tubuh Juwita lalu melirik ketiga wanita itu secara bergantian.
"Tindakan kalian benar-benar tidak terpuji! Ikut aku sekarang!" pekik Calvin lagi begitu nyaring, hingga Dewi tanpa sadar menutup kedua telinganya sangking besarnya suara Calvin barusan.
Dewi, Lina dan Salma terpaksa mengangguk. Gurat kepanikan tergambar sangat jelas di wajah mereka sekarang. Aura yang menguar dari tubuh Calvin membuat mereka tidak mampu bernapas. Ternyata sosok yang mereka puja-puja ini terlihat sangat menyeramkan.
Tak lama kemudian, tibalah Dewi, Salma, dan Lina di ruangan pribadi Calvin. Mereka tengah melihat Calvin membaringkan Juwita di sofa ruangan.
"Juwita bangunlah," ucap Calvin tiba-tiba seraya menepuk pelan pipi Juwita. Calvin sangat panik saat melihat bibir Juwita memucat, terlebih setelah berusaha dibangunkan, tak ada tanda-tanda Juwita akan segera tersadar.
Melihat pemandangan di depan, dada ketiga wanita di dalam ruangan mendadak panas. Menahan cemburu, melihat tambatan hati mereka menaruh perhatian pada Juwita. Kebencian di rongga hati mereka semakin mengakar-akar sekarang.
"Sebenarnya kalian ada masalah apa dengan Juwita hah?!" Calvin membalikkan badan tiba-tiba sambil melayangkan tatapan tajam kepada ketiga karyawannya tersebut.
Lina, Dewi dan Salma terlonjak, lantas serempak menundukkan kepala, tak berani memandang ke arah Calvin, yang auranya terasa sangat mengintimidasi. Walaupun tidak memandang ke depan saat ini, akan tetapi mereka dapat merasakan seolah-olah akan dikuliti Calvin.
"Bagaimana ini?" Dewi menyenggol sedikit lengan Salma. Dewi tampak ketakutan setengah mati, hingga membuat keringat mulai mengucur dari keningnya.
Salma menoleh ke samping lalu melototkan mata sejenak. "Diamlah, Dew."
Dewi meringis sejenak. Sebab rencana mereka tak sesuai dengan rencana awal. Dalam hitungan detik, perhatian kumpulan manusia di ruangan teralihkan dengan bunyi ketukan pintu di luar.
Secepat kilat Calvin menoleh ke arah pintu lalu berkata,"Masuk!"
"Tuan Calvin, kenapa Anda lama sekali ...." Ardi menjeda kalimatnya tatkala merasakan hawa di ruangan terasa amat mencekam sekarang, terlebih melihat Juwita terbaring lemah di atas sofa. Tidak salah lagi, lamanya kemunculan Calvin di bawah tadi, pasti ada sangkut pautnya dengan Juwita dan ketiga wanita di dalam ruangan ini.
"Ardi, kamu telepon dokter pribadiku, suruh dia datang ke kantor sekarang! Jika dia tidak bisa datang cepat, jemput lah!" perintah Calvin kemudian.
"Baik Tuan." Tanpa pikir panjang, Ardi keluar lagi lalu menelepon dokter keluarga Cloud. Saat telepon tak kunjung diangkat, Ardi memutuskan ke rumah dokter, kebetulan rumah sang dokter tidak terlalu jauh dari perusahaan sekarang.
Sementara itu, selepas kepergian Ardi. Calvin mengalihkan lagi pandangan ke arah Lina, Dewi dan Salma kembali. Sorot matanya masih sama, dingin dan sangat tajam.
"Ikut aku sekarang ke ruangan lain. Jelaskan padaku, apa alasan kalian menyerang Juwita!" Setelah titah dikeluarkan Calvin melangkah cepat menuju ruangan.
Lina, Dewi dan Salma saling lempar pandang sejenak lalu mengekori Calvin dari belakang.
Sesampainya di ruangan lain, Calvin langsung membuka suara.
"Apa alasan kalian menyerang Juwita hah?!" Sebagai seorang pemimpin, Calvin harus bersikap profesional. Dia harus menanyakan apa alasan ketiga karyawan itu menyerang Juwita.
Lina, Dewi dan Salma tak langsung menjawab, justru saling menyenggol lengan kawan masing-masing. Mereka tampak takut-takut mengangkat kepala.
"Cepat jawab!!!" pekik Calvin dengan napas semakin memburu. Membuat Lina, Dewi dan Salma terperanjat kaget.
Beberapa menit sebelumnya, Calvin memutuskan untuk tidak langsung pulang. Dia kembali lagi ke ruangan, hendak memeriksa data-data dari cabang lain perusahaan Lara Crop. Setelah keluar dari ruangan, Calvin merasa heran kala melihat tas kerja usang milik Juwita tergeletak di atas lantai.
Calvin pun bergegas mencari keberadaan Juwita ke ruangan khusus karyawan. Namun, tak ada tanda-tanda ada Juwita di dalam. Berbagai pertanyaan menyeruak di benak Calvin. Dia pun berusaha menelepon Juwita, tapi ternyata ponsel berada di tas Juwita.
Calvin lantas mencari lagi ke seluruh ruangan, sampailah dia di sebuah lorong yang jarang dilalui orang. Dari kejauhan, Calvin tampak makin bingung, melihat salah satu toilet lama terbuka lebar. Tanpa pikir panjang dia melangkah cepat menuju ruangan tersebut, kemudian melihat Juwita diserang karyawan di depannya ini.
"Kalian masih belum mau menjawab hah?!" Calvin kembali membuka suara kala Lina, Dewi dan Salma tak kunjung menanggapi.
Calvin menyeringai tajam. "Baiklah, jika kalian tidak mau menjawab, mulai detik ini kalian bukan lagi karyawanku, kalian semua aku pecat!!!"
o ya ko' Chester bisa ke perusahaan sendiri,dia kan masih bocah... sementara kan jarak rumah ke perusahaan jauh?