Perkumpulan lima sahabat yang awalnya mereka hanya seorang mahasiswa biasa dari kelas karyawan yang pada akhirnya terlibat dalam aksi bawah tanah, membentuk jaringan mahasiswa yang revolusioner, hingga aksi besar-besaran, dengan tujuan meruntuhkan rezim curang tersebut. Yang membuat mereka berlima menghadapi beragam kejadian berbahaya yang disebabkan oleh teror rezim curang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zoreyum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tekanan dan Dilema Besar
Meskipun simpati masyarakat mulai mengalir dan nama Haki semakin dikenal, ancaman terhadap kelompok mereka juga semakin nyata. Bayu dan aparat keamanan semakin agresif dalam mencari cara untuk menghancurkan kelompok ini. Setiap keberhasilan yang diraih kelompok Haki hanya membuat pemerintah semakin terpojok, dan mereka tidak bisa membiarkan pergerakan ini tumbuh lebih besar.
Ancaman yang Semakin Nyata
Di balik simpati yang terus meningkat, Bayu dan jaringannya tidak tinggal diam. Setelah melihat bahwa Haki dan kelompoknya berhasil mendapatkan perhatian masyarakat melalui aksi-aksi yang cerdik dan konten-konten yang viral, Bayu tahu bahwa waktunya untuk bertindak lebih keras telah tiba. Strategi untuk memecah belah mereka secara internal sudah gagal, dan sekarang ia beralih ke tindakan yang lebih ekstrem.
Di sebuah pertemuan rahasia dengan aparat keamanan, Bayu memberi instruksi yang jelas: “Kita udah kasih mereka cukup waktu. Sekarang kita nggak bisa biarin mereka terus bergerak bebas. Tangkap mereka, jebak kalau perlu. Siapkan tuduhan yang bisa bikin mereka nggak bisa lepas.”
Instruksi itu segera dilaksanakan. Bayu merencanakan serangan langsung terhadap kelompok Haki, bukan hanya untuk menghentikan aksi mereka, tetapi juga untuk menjerat mereka dengan tuduhan kriminal. Jika mereka bisa memenjarakan Haki dan beberapa pemimpin gerakan ini, mereka yakin bahwa pergerakan akan mati dengan sendirinya.
Malam itu, Bayu memerintahkan penangkapan besar-besaran di beberapa titik di kota. Operasi ini dirancang untuk menangkap Haki dan teman-temannya di saat mereka paling tidak siap, dan untuk membuat mereka terlihat bersalah di mata publik.
Haki Menghadapi Dilema
Sementara itu, Haki dan teman-temannya terus melanjutkan aksi mereka. Meskipun mereka tahu bahwa ancaman semakin besar, semangat mereka tetap tinggi. Namun, di balik keberhasilan yang mulai mereka raih, Haki mulai merasakan beban yang semakin berat di pundaknya. Sebagai pemimpin gerakan ini, ia tahu bahwa hidupnya kini berada dalam bahaya nyata.
Suatu malam, setelah selesai merencanakan aksi protes berikutnya, Haki berbicara secara pribadi dengan Mayuji. Dia tahu bahwa Mayuji adalah orang yang paling rasional di kelompok mereka, dan Haki butuh perspektif yang lebih bijak untuk memutuskan langkah selanjutnya.
“Kita udah berhasil dapet perhatian, tapi gue nggak bisa ngilangin perasaan kalau kita makin deket ke sesuatu yang lebih besar—dan lebih bahaya,” kata Haki sambil menatap serius ke arah Mayuji.
Mayuji mengangguk, memahami kekhawatiran Haki. “Gue juga ngerasa begitu. Pemerintah nggak akan biarin kita terus-terusan kayak gini. Kita harus siap kalau mereka mulai menyerang dengan cara yang lebih langsung.”
“Gue tahu, tapi pertanyaannya adalah: apa kita bisa terus bertahan? Gue nggak takut sama apa yang bakal mereka lakuin ke gue, tapi gue nggak mau temen-temen kita kena imbasnya.”
Mayuji terdiam sejenak, berpikir. “Kita nggak bisa mundur sekarang, Hak. Kita udah terlalu jauh. Kalau kita berhenti, semua yang udah kita bangun bakal hancur. Tapi kita juga harus lebih hati-hati dari sebelumnya. Kita harus punya rencana buat bertahan kalau mereka mulai main kasar.”
Percakapan itu membuat Haki merenung. Dia tahu bahwa mereka berada di titik yang kritis—di mana setiap langkah selanjutnya bisa menentukan nasib pergerakan mereka. Sementara semakin banyak simpati yang mereka terima, semakin besar pula tekanan yang datang dari pemerintah dan Bayu. Jika mereka tidak hati-hati, semua yang mereka perjuangkan bisa runtuh dalam sekejap.
Serangan yang Terjadi Mendadak
Di saat kelompok Haki sedang mempersiapkan aksi besar berikutnya, serangan yang direncanakan Bayu akhirnya terjadi. Malam itu, di tengah pertemuan rahasia mereka di apartemen, aparat keamanan mengepung gedung tanpa peringatan. Haki, Luvi, Dito, Yudi, dan Mayuji sedang merencanakan detail aksi mereka ketika suara langkah kaki berat di luar pintu membuat mereka semua terdiam.
“Ada yang nggak beres,” bisik Yudi sambil mengintip dari jendela. “Aparat udah di luar.”
Haki langsung bereaksi cepat. “Kita harus keluar dari sini sekarang. Mereka nggak mungkin dateng cuma buat ngasih peringatan.”
Namun, saat mereka berusaha mencari jalan keluar, pintu apartemen didobrak dengan keras, dan aparat bersenjata lengkap masuk dengan paksa. Mereka tidak memberi kelompok Haki kesempatan untuk melarikan diri. Dalam hitungan detik, Haki dan teman-temannya diborgol, diseret keluar dari apartemen, dan dimasukkan ke dalam mobil-mobil polisi.
Suasana di luar apartemen begitu kacau. Wartawan yang sudah lama menunggu di sekitar gedung segera meliput kejadian itu. Kamera-kamera menangkap momen ketika Haki, Luvi, Dito, Yudi, dan Mayuji ditangkap secara paksa. Pemerintah, yang selama ini berusaha memutar balik fakta, mencoba menggunakan kejadian ini sebagai bukti bahwa kelompok Haki adalah perusuh yang berbahaya.
Dalam hitungan jam, berita tentang penangkapan mereka menyebar luas. Media arus utama yang dikendalikan pemerintah langsung mengeluarkan laporan yang menyudutkan kelompok Haki. Mereka diberitakan sebagai pelaku kerusuhan yang terorganisir, yang menggunakan protes mahasiswa sebagai kedok untuk melakukan tindakan kriminal.
Namun, tidak semua orang percaya pada narasi pemerintah. Masyarakat yang sudah mulai bersimpati pada Haki dan kelompoknya melihat penangkapan ini sebagai bukti bahwa pemerintah semakin takut. Di media sosial, video penangkapan yang diunggah oleh para aktivis menunjukkan betapa brutalnya aparat bertindak terhadap mahasiswa yang hanya mencoba menyuarakan pendapat mereka.
“Saya baru tahu sekarang bahwa pemerintah takut pada mahasiswa yang berani bicara,” tulis salah satu komentar yang viral. “Haki dan teman-temannya bukan kriminal. Mereka cuma mau masa depan yang lebih baik buat kita semua.”
Dukungan yang Semakin Kuat, Tapi Bahaya Semakin Dekat
Setelah penangkapan mereka, simpati masyarakat terhadap kelompok Haki semakin kuat. Banyak yang mulai melihat pemerintah sebagai pihak yang represif dan kejam. Namun, di sisi lain, ancaman terhadap kelompok ini semakin nyata. Bayu, yang selama ini bekerja di balik layar, tahu bahwa ini adalah momen krusial. Jika pemerintah bisa menjebloskan Haki dan teman-temannya ke penjara dengan tuduhan berat, gerakan ini mungkin akan mati sebelum mencapai puncaknya.
Di dalam tahanan, Haki dan teman-temannya mulai merencanakan langkah selanjutnya. Mereka tahu bahwa dukungan masyarakat adalah satu-satunya kekuatan yang mereka miliki sekarang, dan jika mereka bisa terus mendapatkan simpati, mereka mungkin masih punya peluang untuk melawan.
“Gue nggak bakal biarin mereka menang,” kata Haki kepada teman-temannya di dalam sel yang sempit. “Kita udah terlalu jauh buat berhenti sekarang. Kalau mereka pikir mereka bisa bungkam kita dengan cara ini, mereka salah besar.”
Mayuji, yang meskipun terkejut dengan kejadian malam itu, tetap berpikir rasional. “Kita harus siapin argumen kuat. Mereka bakal ngelakuin apapun buat nyalahin kita. Tapi selama kita masih punya dukungan di luar, kita masih punya peluang.”
Namun, mereka juga tahu bahwa pertarungan yang mereka hadapi sekarang bukan lagi hanya di jalanan atau di media sosial. Ini adalah pertarungan hidup dan mati di pengadilan, dan musuh mereka—Bayu—adalah orang yang tidak akan berhenti sebelum melihat mereka hancur.
---