Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 : Dipanggil Ke Ruangan BK
Saat ini Billa berada di ruang kepala sekolah dengan ditemani oleh Raya serta pula Aldeo sebagai saksi. Jesica dan Anna tidak datang karena luka tubuh mereka lebih parah.
Dan kenapa Billa serta kawan-kawannya bisa berada di ruang kepala sekolah karena saat Raya menghampiri Billa dan Aldeo. Dari suara Loudspeaker sekolah memanggil nama Billa dan Aldeo untuk ke ruang kepala sekolah.
Pak Arya selaku Kepala sekolah dari kedua sekolah Wijayakusuma dan Rajawali. Mendesah panjang, memijat pelipisnya. “Saya sudah mendengar dari Pak Anggoro selaku guru BK kalian. Apa kalian tidak lelah membuat keributan terus?”
“Enggaklah, Pak. Nanti kalau kita ga ribut pekerjaan guru BK ngapain? Kita itu siswa siswi yang sayang kepada bapak ibu guru sekalian maka dari itu kita tidak ingin membiarkan guru BK memakan gaji buta. Kalau kita rusuh kan guru BK ada pekerjaan.” Balas Billa santai.
Pak Arya tidak habis pikir. Bisa bisanya ada murid seperti Billa. “Kamu Billa, Bapak skorsing selama seminggu.”
“LOH! PAK GA BISA DONG! SAYA DISINI KAN MEMBELA TEMAN SAYA YANG DI FITNAH DAN MEREKA MEMANCING EMOSI SAYA! GA BISA DONG PAK KALAU SAYA KENA SKORSING!” Sela Billa tidak terima akan putusan Pak Arya.
“Tapi dari keterangan Anna dan Jesica yang diberitahukan oleh Nathan tadi, mereka—“
“Bapak Cuma percaya sama mereka berdua? Ga percaya sama penjelasan saya?” Tanya Billa memotong ucapan Pak Arya.
“Saya murid Wijayakusuma sedangkan mereka Rajawali yang Bapak pungut untuk bisa belajar di sini. Saya di sini tidak merasa bersalah karena niat saya emang ingin membela teman saya dan saya sendiri karena sudah di fitnah.” Ujar Billa menekan setiap kalimatnya dengan mata tajam menatap Pak Arya yang duduk di kursi kebesarannya.
“Tapi Bil, kalau itu Cuma pembicaraan mereka berempat kan gak apa-apa. Mereka juga pasti gak berani kalau menyebar hal yang gak baik ke semua orang.” Celetuk Al yang sedari tadi berdiam diri.
Billa tersenyum mengejek, “Oke sekarang gue tanya, temen Lo suka clubing di club jalan merpati kan?”
“Apa maksud Lo ngomong gitu?” Raut wajah Al yang sedari tadi tenang terganti mengetat.
“Liat reaksi Lo, ini gue ngomong di depan Lo bukan di belakang Lo. Dan Lo dengar sendiri gue jelek in temen Lo dan reaksi Lo kayak gak terima kan? Otak di pakai bro gak dibuat pajangan doang.”
“Dan untuk Pak Arya, saya menolak keras akan hukuman saya. Permisi.” Lanjutnya sembari pamit undur diri.
Pak Arya menghela nafas berat. Sudah tidak asing dan tidak awam lagi di telinga guru bahwa murid dari Wijayakusuma dengan Rajawali tidak dapat bersatu. Tetapi ia tidak menyangka bahwa sebenci itu kan mereka berdua.
Raya dari tadi diam dan mengamati suasana. Ia menegakkan tubuhnya, “Om Arya saya di sini tidak membela Billa maupun Anna dan Jesica tetapi Om tahu akan sifat Billa bagaimana dan juga jangan beritahu masalah ini kepada kedua orang tua Billa. Saya undur diri, permisi.” Pamit Raya.
Kenapa Raya bisa memanggil Pak Arya tanpa embel-embel Pak malah Om. Karena kepala sekolah Wijayakusuma adalah Om Billa dan Raya serta kawan-kawannya sudah kenal Om Arya. Dan juga kenapa Billa tidak memanggil Omnya dengan sebutan Om malah Pak. Karena Billa memang tidak ingin dikenali sebagai keponakan dari kepala sekolah. Yang tahu akan Billa keponakan Pak Arya hanya teman dekatnya saja.
Saat ia membalikkan tubuhnya, ia kembali menatap Aldeo serta mengucapkan sesuatu yang dapat membuat Al membeku. “Dan untuk Lo, jangan suka ikut campur dan jangan deket-deket sama Billa. Billa gak butuh cowo pengecut kaya Lo. Jangan kira gue gak tau masalah Lo sama Billa.”
Setelah itu, Raya keluar dari ruangan kepala sekolah.
...
...
Zai, Jenny, Vian, Dio, Agam, dan Aiden duduk di tempat duduk yang telah disediakan di depan ruang Kepala sekolah. Menunggu Raya serta Billa yang sedang di dalam ruangan.
Mereka sebenarnya tadi masih berada di kantin. Karena Billa tidak segera kembali, Raya berniat menghampiri Billa sendirian. Dan yang lainnya tetap berada di kantin. Tetapi mereka dikagetkan karena nama Billa serta salah satu anak Rajawali dipanggil dari Loudspeaker.
Karena mereka khawatir, mereka semua bergegas ke ruangan Kepala sekolah. Saat sudah sampai di sana, mereka malah bertemu Reza dan Nathan yang baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah.
“Lo cari Billa sama Raya? Dia di dalam.” Ujar Nathan kepada Zai. Karena ia pikir mereka mencari kedua temannya.
“Gue tahu sebelum Lo kasih tahu.” Balas Zai ketus.
Nathan langsung memasang wajah julidnya. Ia pikir seharusnya tadi tidak usah memberitahu, sia-sia niatnya. Langsung saja ia melengos pergi menjauh mengikuti Reza.
Vian menatap tajam punggung Reza sampai tertelan dinding lainnya. Ia mengalihkan pandangannya, “Kita tunggu di sini.”
Mereka menganggukkan kepalanya. Zai, Jenny, Dio dan Aiden duduk di kursi yang memang disediakan. Sedangkan Vian serta Agam berdiri sembari bersandar di dinding.
Sampai di mana pintu kembali dibuka. Billa keluar dengan wajah datar serta dinginnya. Sampai membuat Jenny yang ingin memanggil nama Billa tidak jadi. Billa juga tidak menatap kawan-kawannya, ia langsung pergi tanpa mengatakan sepatah kata pun.
“Biarin Billa, ga usah dikejar. Biar Billa nenangin diri.” Ujar Vian menatap Aiden yang ingin mengejar Billa.
Dan tidak sampai se-menit pun pintu kembali terbuka dan Raya keluar.
“Hmm?” Dehem Raya memasang wajah bingung karena Zai dan Jenny menatapnya penasaran.
Raya akhirnya menghela nafas. Niatnya tidak ingin menceritakan karena ia lelah. Tadi saja ia tidak sempat makan pesanannya. Hanya meminum minumannya.
“Billa tadi pergi ke mana?” Tanya Raya.
“Ke arah sana, mungkin ke rooftop.” Jawab Dio dan dibalas anggukan kepala oleh Raya.
“Raya ayo cerita, gimana kalian berdua bisa masuk ke ruangan Om Arya?” Tanya Jenny.
“Nanti gue cerita in, kita balik ke kelas.”
“Udah jam berapa ini? Bel masuk udah kelewat 25 menit yang lalu, mending sekalian bolos aja. Yuk kantin aja.” Seru Dio.
“Iya Ray, sekali-kali bolos dan Lo harus ceritain ini. Tanpa nanti-nanti karena gue udah kepo tingkat tinggi.” Ujar Zai langsung menarik Raya ke arah kantin dibantu oleh Jenny.
Raya yang ditarik oleh kedua manusia laknat yang sayangnya kawan baiknya ini hanya pasrah. Dio dan Aiden berseru pelan dengan senang. Vian dan Agam hanya diam mengikuti di belakang.
...
...
“Oh jadi Jesica sama Anna yang cari masalah dulu?” Tanya Jenny dengan raut berpikir.
Sekarang mereka berada di kantin yang sepi karena waktu pelajaran sudah dimulai sedari tadi. Mereka menikmati makanannya sembari mendengarkan cerita dari Raya. Siapa sangka meskipun Raya tidak di lokasi saat itu, ia dapat tahu semuanya. Ya semua itu karena kelebihannya yang ia miliki.
“Anjing juga mereka, berani-beraninya.” Umpat Dio tidak habis pikir.
“Tapi gue salut sama Jesica yang punya nyali ngelawan Billa.” Kata Zai yang langsung diberikan hadiah Jenny dengan sebuah jitakkan di dahinya.
“Salut apanya goblok!”
Zai meringis menatap tidak terima kepada Jenny, “Ya dipikir dong, pas Billa emosi aja gue gak berani senggol lah mereka malah berani.”
“Iya sih.” Angguk Jenny.
“Yee.” Zai membalas dengan jitakkan di kepala Jenny.
“Balas dendam ni ceritanya?” Jenny menatap tajam Zai yang cengengesan.
“Udah diem napa dah? Billa gak ada gantian kalian berdua yang ribut. Kayak neng Raya ini loh, diam aja cantiknya tambah.” Celetuk Dio.
“Terus maksud Lo gue gak cantik?” Seru Jenny, ia sangat sensitif sungguh.
“Loh kapan Dio yang ganteng ini mengucapkan kata bahwa kau tidak cantik wahai Jenny anaknya Pak Udin?”
“BAPAK GUE GA UDIN ANJIR NAMANYA!”
“Ya udah sih, gak usah teriak. Kalau bagus gak apa-apa, la ini.”
“APA? APA? MAU NGEHINA SUARA GUE LO? EMANG SUARA LO UDAH SEBAGUS APA HAH?!”
“Ayo hajar Jen, jangan kasih ampun.” Ujar Zai menyemangati Jenny yang siap akan menganiaya Dio.
“Ga mba, suara gue mah kayak suara tong kerupuk ya kan? Kan?” Ucap Dio mengode ke arah Aiden agar membantunya.
“Jen, masa tadi ia kode gue sama bisiki gue kalau Lo mirip buto ijo pas lagi marah, masa gitu.”
“ANJIR! GA DA JEN! SUMPAH FITNAH ITU!” Teriak Dio sembari lari menjauh saat Jenny langsung dengan siap menghampiri Dio.
“JANGAN LARI LO!” Teriak Jenny mengejar Dio.
Zai tertawa terbahak-bahak. Raya tersenyum tipis.
“Gue ke toilet dulu.” Celetuk Aiden dengan raut wajah yang berbeda. Tidak seperti tadi.
“Lo mau ke Billa?” Tanya Vian.
Aiden mengangguk. Memang hanya Vian dan Raya yang seperti cenayang dan langsung tahu tanpa ia mengatakan sesuatu.
“Bawa in makanan, dia tadi gue liat belum kemasukan makanan.” Suruh Vian dan langsung di angguki oleh Aiden.
Agam menatap Vian meminta penjelasan karena suara mereka berdua pelan ditambah jarak Agam duduk sedikit jauh.
“Billa.” Balas Vian singkat.
Agam yang langsung mengerti pun mengangguk diam dan melanjutkan kegiatan makannya.