sebuah notifikasi pesan masuk dari reno "sayang, kamu tolong bayarin dulu apartment aku bulan ini ya!"
lalu pesan lainnya muncul "sekalian transfer juga buat aku, nanti aku mau main sama teman teman, aku lagi gak ada duit"
jangan dibawa serius plies 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dhyni0_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 2
Keira membuka pintu apartemennya dengan wajah lelah. Begitu tiba di rumah, ia berharap bisa beristirahat dan melupakan pertengkarannya dengan Reno malam ini. Namun, bayangan percakapan terakhir mereka masih terngiang-ngiang di benaknya. Mengapa semuanya bisa berubah menjadi seburuk ini?
Ia meletakkan tas kerjanya di sofa, melangkah ke kamar tidur, dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur yang empuk. Pandangannya menerawang menatap langit-langit yang gelap. Reno belum menghubunginya lagi sejak percakapan tadi. Mungkin dia marah, mungkin dia kesal. Tapi jujur, Keira merasa lebih tenang tanpa pesan-pesan makian itu.
Sembari berbaring, Keira menarik napas panjang, mencoba mengusir semua pikiran yang berputar-putar di kepalanya. Perlahan, ia menutup mata dan membiarkan kantuk menyelimutinya. Namun, ketika malam semakin larut dan suasana apartemennya sunyi, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu depan.
Keira tersentak bangun. Detik itu juga, rasa kantuknya hilang seketika. Siapa yang datang malam-malam begini? Dengan hati-hati, ia bangkit dari tempat tidur dan melangkah menuju pintu. Ketukan itu terdengar lagi, kali ini lebih keras.
“Siapa?” tanyanya dengan suara pelan, menahan rasa gugup.
Tak ada jawaban, hanya ketukan yang terus berulang. Keira memeriksa interkom dan melihat sosok yang tak asing berdiri di depan pintunya Reno. Hatinya berdegup kencang. Apa yang dia lakukan di sini? Dan… dia terlihat tidak stabil. Wajah Reno memerah, matanya setengah terpejam, dan tubuhnya sedikit terhuyung.
Dengan ragu, Keira membuka pintu perlahan. Begitu terbuka, aroma alkohol yang kuat langsung menyergap indra penciumannya. Reno terhuyung masuk ke dalam apartemen tanpa menunggu undangan dari Keira. Ia langsung menutup pintu dengan keras dan tanpa mengatakan apa-apa, Reno tiba-tiba memeluk Keira erat.
"Re-Reno, kamu ngapain di sini?" Keira berusaha mendorongnya, namun pelukannya begitu kuat.
“Keira… kamu, kamu nggak boleh tinggalin aku,” gumamnya dengan suara yang serak. Matanya merah, dan ia mengendus seperti seseorang yang kehilangan arah.
Reno menarik Keira ke dalam pelukannya lebih erat, seolah takut wanita itu akan menghilang jika ia melepaskan. Lalu, tanpa aba-aba, ia memiringkan wajahnya dan mulai menempelkan bibirnya ke bibir Keira, menciuminya dengan kasar.
“Reno! Stop!” Keira mendorong tubuhnya dengan panik, tetapi Reno hanya semakin mempererat cengkeramannya. Ciuman itu bukanlah ciuman yang lembut seperti biasanya, melainkan ciuman yang penuh emosi, penuh keputusasaan, dan bercampur dengan bau alkohol yang membuat Keira mual. Dia berusaha keras melepaskan diri, tapi kekuatan Reno yang mabuk malah menjadi semakin sulit dilawan.
“Aku… aku sayang kamu, Keira,” gumam Reno di sela-sela ciumannya. “Kamu nggak boleh tinggalin aku!”
Keira merasa seluruh tubuhnya bergetar. Reno dalam kondisi seperti ini benar-benar menakutkan. Ia mencoba bicara dengan suara lembut, meski ketakutan mulai merayap di benaknya.
“Reno, tolong… kamu mabuk. Kamu nggak sadar apa yang kamu lakukan,” ucapnya dengan tenang, berharap Reno akan sadar dan mau mundur.
Namun, Reno malah mengabaikannya. Tangannya mulai bergerak liar, meraba-raba tubuh Keira seakan ingin memastikan bahwa wanita itu nyata, bahwa Keira ada di sana bersamanya. Keira merasakan punggungnya bersentuhan dengan tembok di belakangnya. Ia terjebak. Tidak ada jalan keluar.
“Lepasin aku, Reno! Aku serius!” Suara Keira mulai meninggi, matanya mencari-cari cara untuk bisa melepaskan diri dari kekangan ini.
Tapi Reno hanya menatapnya dengan pandangan kabur, seolah-olah tak mengerti apa yang Keira katakan. Tatapan mata Reno berubah aneh kehilangan sinar hangat yang biasanya membuat Keira merasa nyaman. Yang ia lihat malam ini hanyalah kekosongan dan kemarahan yang tak terkontrol.
“Jangan tinggalkan aku, Keira,” bisiknya lagi. Suaranya rendah dan serak, hampir seperti ancaman. “Kamu milik aku.”
Dalam sekejap, ia tahu bahwa Reno malam ini bukanlah Reno yang ia kenal. Pria ini berbeda pria yang ada di hadapannya adalah seseorang yang dikuasai oleh emosi negatif dan tak terkendali. Dan jika ia tidak melakukan sesuatu, situasi ini bisa berakhir dengan sangat buruk.
Mengumpulkan keberanian, Keira menggunakan seluruh tenaganya untuk mendorong Reno sekuat mungkin. Pria itu tersentak mundur beberapa langkah, terhuyung dan hampir jatuh.
“Reno, keluar dari sini sekarang,aku capek!” teriak Keira dengan suara yang terdengar lebih berani dari yang sebenarnya ia rasakan.
Reno menatapnya, bingung dan terluka. Seolah tak percaya bahwa Keira benar-benar akan menolaknya. Tapi saat ia melangkah maju lagi, mencoba mendekat, Keira mengangkat tangan, menahannya.
“Kalau kamu nggak pergi sekarang, aku akan telepon polisi!” ancamnya.
Kata-kata itu akhirnya menghentikan Reno. Ia menatap Keira, lalu ke tangannya yang gemetar, dan perlahan, kesadaran tampaknya mulai meresap ke dalam pikirannya. Dengan langkah terseok, Reno mundur menuju pintu.
“Kamu… kamu beneran mau ngelakuin ini ke aku, Keira?” gumamnya, suaranya terdengar patah. Namun, Keira tak bergeming. Matanya menatap Reno dengan tegas, tak lagi ada rasa takut di sana.
hampir mirip dengan hidupku
Semangat terus Authot
Jangan lupa mampit ya 💜