Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.
Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.
Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.
Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Randy
Randy mengemudikan mobilnya perlahan-lahan di sepanjang jalanan yang familiar. Jarak antara rumahnya dan rumah Calista terasa begitu dekat, namun di dalam hatinya, jarak itu seolah membentang sangat jauh. Dalam dua hari terakhir, pikirannya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan dan keraguan. Kenapa Calista tidak memberitahunya bahwa dia akan ke Indonesia? Kenapa dia terlihat bahagia saat bersama lelaki lain? Semua itu berputar-putar di benaknya, membuatnya sulit berkonsentrasi.
Keputusan untuk kembali ke Indonesia tanpa memberi tahu Calista bukanlah hal yang mudah. Dia tahu bahwa jika dia datang secara tiba-tiba, itu bisa membingungkan. Namun, saat dia tiba di tanah air dan mendengar kabar tentang Calista, hatinya bergetar. Dia merasa rindu, dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak melihatnya. Namun, saat melihat Calista bersama Kenneth, sesuatu di dalam dirinya terasa patah. Dia bersembunyi di balik mobil, memandangi mereka.
Kebahagiaan Calista saat bercanda dengan Kenneth membuat jantungnya berdesir. Kenapa dia bisa terlihat begitu lepas? Kenapa tawa itu bukan untuknya? Randy menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir jatuh. Dia merasa hancur. Rasa sakitnya semakin mendalam ketika dia memperhatikan bagaimana Kenneth memperlakukan Calista. Randy tahu, dari pengalaman, bahwa Calista tidak suka didekati oleh laki-laki lain. Dia biasanya sangat menjaga batasan. Namun di hadapannya, semua itu tampak hancur.
Setelah menunggu di dalam mobil hingga larut malam, rasa cemas dan curiga semakin membara. Kenapa Calista tidak pulang? Dia tidak bisa lagi berdiam diri. Dia mulai mencari informasi dari teman-teman mereka di universitas. Dia merasa seperti detektif yang mencoba memecahkan kasus yang rumit. Dia tidak pernah menyangka bahwa ia akan menjadi seorang penyelidik dalam kisah cintanya sendiri.
Ketika salah satu teman kuliahnya memberitahunya bahwa Calista kini sedang hamil, jiwanya seakan melompat keluar dari tubuhnya. Berita itu seperti bom yang meledak dalam pikiran Randy. Calista hamil? Tidak mungkin! Dia tidak pernah menyentuh Calista dengan cara yang lebih dari sekadar merangkulnya. Ia ingat betapa ketatnya Calista dalam menjaga jarak. Tidak ada satu malam pun yang berlalu tanpa mendengar Calista berulang kali mengatakan betapa pentingnya untuk menjaga diri dan tidak terjebak dalam hubungan yang lebih intim sebelum menikah.
Tapi sekarang, semuanya terlihat seperti sebuah kenyataan pahit. Kenapa semua ini bisa terjadi? Dia merasa bingung dan marah. Bagaimana bisa pacarnya hamil oleh laki-laki lain? Di dalam hatinya, ada campuran antara sakit hati dan kemarahan. Randy tidak ingin berpikir buruk tentang Calista, tetapi pikirannya tidak bisa berhenti berputar. Dia merasa dibohongi. Setiap kenangan indah yang mereka buat terasa palsu saat mengetahui ada hal besar yang dia sembunyikan.
Randy merasa terjebak dalam badai emosi. Di satu sisi, dia ingin sekali berbicara dengan Calista, menjelaskan betapa dia merindukannya, namun di sisi lain, dia tidak yakin apakah dia bisa menghadapi kenyataan yang menyakitkan itu. Dia memikirkan semua kata-kata yang akan keluar dari mulut Calista saat dia akhirnya tahu bahwa Randy tahu tentang kehamilan itu. Bagaimana jika Calista menganggap dia tidak percaya padanya? Bagaimana jika dia merasa tertekan dan mengabaikan perasaannya?
Randy memutuskan untuk terus mencari tahu tentang Kenneth dan hubungan mereka. Dia tidak ingin pergi dengan tangan kosong. Dia harus tahu sejauh mana hubungan mereka, dan bagaimana Calista bisa jatuh ke dalam pelukan lelaki lain. Dia menghabiskan malam-malamnya di depan komputer, mencari informasi tentang Kenneth. Dari profil media sosialnya, Randy menemukan bahwa Kenneth adalah seorang pemuda yang tampak baik, pintar, dan karismatik. Namun, bagi Randy, semua itu tidak berarti. Dia tidak bisa memisahkan perasaannya terhadap Kenneth dengan perasaan sakit yang ia alami.
Hari-hari berlalu, dan Randy masih berkutat dalam kesedihannya. Setiap kali dia memikirkan Calista, rasanya hatinya ditusuk-tusuk jarum. Dia membayangkan Calista tersenyum, tertawa, dan bahagia. Kenapa itu bukan dia? Kenapa dia tidak bisa menjadi orang yang membuatnya bahagia? Dalam pikirannya, dia berusaha mencari cara untuk melanjutkan hidupnya, tetapi semua usaha itu tampak sia-sia. Rasa cinta yang dalam membuatnya sulit untuk berpaling.
Suatu malam, Randy duduk di ruang tamu rumahnya, memandangi foto-foto Calista di ponselnya. Dia tersenyum dalam foto-foto itu. Dia mengenang semua kenangan indah yang mereka lalui, saat-saat ketika mereka tertawa bersama, saat-saat di mana Calista memberinya semangat. Namun, semua itu tampak seperti mimpi yang telah sirna. Dia tidak bisa lagi merasakan kehangatan itu. Semua yang dia miliki hanyalah rasa sakit dan kerinduan yang mendalam.
Randy merasakan pergelangan tangannya terasa berat saat melihat jam di dinding. Dia tahu bahwa dia tidak bisa terus menerus menjalani hidup seperti ini. Dia perlu bicara dengan Calista. Dia perlu mendapatkan kejelasan. Namun, di mana harus memulainya? Apa yang harus dia katakan? Keterpurukan hatinya tidak akan bisa diungkapkan dengan kata-kata.