Di saat membutuhkan uang tambahan, Roro yang bekerja sebagai perawat mendapat tawaran pekerjaan untuk mengasuh anak yang menderita kanker darah.
Tidak disangka anak itu adalah anak direktur rumah sakit tempat Roro bekerja.
"Ternyata pak direktur adalah duda!" seru Roro.
Direktur sekaligus dokter bedah itu tidak pernah dikabarkan sudah menikah, lantas bagaimana sudah menjadi seorang duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ucapan Terima Kasih
Badan Chila bergetar hebat ketika Roro menyentuh bekas lukanya. Anak itu memeluk Armon dengan keras sambil mengeluarkan air mata.
"Ini tidak akan sakit, Nona," ucap Roro masih berusaha membujuk.
"Lagipula aku tidak mungkin menyakiti nona muda, aku justru ingin membuat nona jadi cantik lagi," lanjutnya.
Chila mulai melemaskan badannya dan berteriak ketika Roro mengoleskan salep. Anak itu jadi teringat masa-masa kemoterapi yang menyakitkan.
Anakku sayang selamat datang
Bermimpilah yang indah, bersama kita bahagia
Kehadiranmu membuatku bahagia
Membuatku percaya, menghadapi dunia
Pelangi kehidupan
Menjelma jadi indah, karena mu
Hei, kehadiranmu membuatku bahagia
Membuatku percaya, menghadapi dunia
Roro bernyanyi seperti itu supaya Chila rileks dan benar saja anak itu jadi tenang dan diam saja dalam pelukan Armon.
Bukan hanya Chila yang terdiam tapi Armon juga tidak menyangka kalau Roro akan menyanyikan lagu seperti itu.
"Sudah selesai!" seru Roro yang sudah mengoleskan salep pada bagian-bagian tertentu di tubuh Chila.
"Tidak sakit, bukan?" tanya Armon pada putrinya. "Tidak ada yang perlu kau takuti, seperti yang daddy katakan sebelumnya kalau daddy akan melindungimu!"
"Tapi, daddy selalu sibuk bekerja, bagaimana cara melindungiku?" balas Chila.
Chila selalu saja bisa mematahkan perkataan Armon.
"Apa nona muda pernah melakukan kemping?" Roro ikut menyela pembicaraan ayah dan anak itu.
"Tidak pernah," jawab Chila.
"Kalau begitu kita akan melakukan kemping malam ini dan tuan Armon pasti akan ikut bersama kita," ucap Roro seraya menatap Armon di sana.
Tentu saja mau tidak mau Armon langsung setuju.
"Aku akan menunggu kalian di meja makan," Armon menyerahkan Chila kembali pada Roro. Lelaki itu jadi ikut terbawa suasana oleh pola asuh dari pengasuh baru itu.
Bisa-bisanya dia langsung setuju dengan ide kemping yang diajukan oleh Roro padahal dia sendiri tidak tahu bisa menepatinya atau tidak.
Tak selang berapa lama, Chila dan Roro menyusulnya di meja makan.
"Suster Roro, ikutlah duduk bersama Chila!" perintah Armon yang membuat Roro tercengang.
"Sa... saya?" Roro bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri. "Saya akan makan di belakang seperti biasanya, Tuan!"
"Tidak, mulai sekarang kau akan makan bersama di meja ini," ucap Armon dengan tegas.
Roro melihat ke arah Chila dan sepertinya anak itu tidak merasa keberatan jadi dengan terpaksa Roro ikut duduk dan makan bersama di meja makan itu.
Diam-diam Vincent tersenyum karena seperti melihat satu keluarga di sana.
Andai saja istri Armon tidak pergi mungkin meja makan itu akan selalu menampilkan pemandangan seperti itu.
Dan setelah kehadiran Roro di kediaman itu, sedikit demi sedikit suasana jadi berubah.
Apa Vincent harus memberitahu pada Roro, kenapa istri Armon bisa pergi?
"Vincent, aku pergi dulu. Aku titip semua padamu!" Armon berpamitan sebelum pergi ke rumah sakit.
"Baik, Tuan," jawab Vincent.
Bukan hanya pada Vincent tapi Armon juga berpamitan pada Roro pagi itu.
"Jangan lupa untuk acara kemping hari ini, Tuan," Roro berusaha mengingatkan.
"Nona Chila membutuhkan lebih banyak perhatian dan kebersamaan," lanjutnya.
"Baiklah, akan aku usahakan dan..." Armon menjeda kalimatnya sejenak.
"Suster Roro, terima kasih untuk kerja kerasmu!"
Roro langsung malu mendengarnya, padahal dia merasa usahanya belum maksimal. Senyum Armon pagi itu membuat Roro jadi meleleh.
"Ternyata selain membuat komplikasi jantung, tuan Armon juga bisa membuat diabetes karena senyumnya terlalu manis, kyaaaa..." batin Roro yang merasa punya penyemangat hari ini.