Demi bakti ku kepada Ayah aku bersedia memenuhi keinginannya untuk menikah dengan lelaki pilihan Ayah ia juga alah satu orang kepercayaan Ayah, namun kini ia membawa mawar lain masuk kedalam rumah tangga kami.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EVI NOR HASANAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Puluh Lima
****
Kini Indra dan Ajeng sang istri sudah berada di ruang tunggu milik perusahaan AC, mereka menunggu karena janji temu yang mereka ajukan pada Rendi kemarin bertepatan dengan rapat saham di perusahaan AC.
"Selamat siang Bapak Ibu anda sudah di tunggu oleh Pak Seno silahkan ikuti saya" ucap Rendi sembari melangkahkan kaki diikuti Indra dan istri yang mengekor di belakang.
Tok.. Tok.. Tok..
"Masuk" ucap Seno dari dalam ruangan.
Setelah mendapatkan jawaban Rendi segera memutar kenop pintu ruangan Seno lalu mempersilahkan tamu mereka masuk dan duduk.
Pasutri tersebut di buat melotot dan menganga tak percaya akan adanya seorang wanita yang sangat mereka hindari, Clarissa iyaa di merengek ingin meminta ikut ke perusahaan tak ada jalan lain selain menurutinya karena Clarissa mengancam akan mogok makan.
"Silahkan duduk, maaf ada keperluan apa sehingga Pak Indra dan Bu Ajeng bertandang ke perusahaan yang saya pimpin" ucap Seno tanpa basa basi.
"Nak Seno maaf jika saya lancang, bisa kah kita bicara tanpa adanya mahluk astral yang terus menempeli nak Seno seperti cicak" ucap Ajeng.
Ppfffttt....
Rendi dan Indra menahan tawa bisa-bisa nya Ajeng berkata jika Clarissa adalah mahluk astral yang bersifat seperti cicak.
Seno mengarahkan pandangannya kepada Clarissa, ia yang seolah mengerti meninggalkan Seno dan tamunya dengan kaki yang di hentak-hentakkan.
Blam...
Pintu di banting kuat oleh Clarissa beruntungnya semua orang yang berada di ruangan tersebut tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
Seno pikir kemarahan Clarissa tidak ada apa-apa nya jika di banding dengan Ambar istrinya, bahkan ini sudah hampir seminggu namun rasa sakit di pinggang akibat bantingan yang di lakukan oleh Ambar malam itu masih terasa.
"Nak Seno mengapa wanita tadi bergelayut manja dan menempeli nak Seno seperti itu bagaimana perasaan Ambar?" ucap Ajeng to the poin.
Ajeng memang tipikal orang yang tak ingin bertele-tele jika salah ia akan benar salah, jika benar ia akan berkata benar ia juga tegas dalam mengambil sikap.
"Ambar sudah menerima semuanya Tante" ucap Seno menyatukan jemarinya di atas meja.
Indra, Ajeng dan Rendi mengerutkan kening dengan penuturan Seno, bagaimana bisa istri sah diperlakukan seperti itu namun hanya diam saja.
"Bagaimana maksud mu nak Seno"
Kini Indra yang angkat bicara, ia sebagai lelaki pun tak paham akan jalan pikiran Seno mengapa lelaki sepintar Seno dapat dengan mudah terjerat oleh wanita mur*han seperti Clarissa?
"Ambar sudah menerima keputusan saya, saya akan menikahi Clarissa dalam waktu dekat Om Tante karena Clarissa sudah mengandung benih kami" ucap Seno sembari menyugar rambutnya.
Yang di tangkap oleh Indra sepertinya Seno pun tak percaya jika akan menjadi seperti ini, sepertinya Seno pun tak menginginkan jika ia mengharuskan menikah lagi.
"Dimana ot*ak kamu Seno! Di mana hati nurani mu? Ambar sudah seperti anak ku aku tidak akan diam saja jika Ambar kamu sakiti, kamu yang dulu nya hanya orang biasa dan dapat kepercayaan oleh Bambang untuk menjalankan perusahaan sekaligus meminang anak gadisnya. Mengapa sekarang kamu malah ingin berkhianat? Saya bertanya pada mu sebagai Tante yang kamu kenal Tante yang penyayang. Nak tolong pikirkan baik-baik jangan sampai akhirnya kamu menyesali semuanya, Clarissa itu bukan wanita baik-baik di wanita mur*han yang bersedia tidur dengan siapa saja hanya demi menuruti apa yang ia mau" ucap Ajeng dengan nada rendah sangat rendah bahkan ia juga menumpahkan air matanya pertanda jika ia menyayangkan sikap Seno kali ini.
"Maaf Tante saya sudah yakin dengan apa yang menjadi pilihan saya, dengan saya menikahi Clarissa itu tidak akan menjadi masalah dengan rumah tangga ku dengan Ambar. Ini bukan ranah Tante dan Om di sana pintu keluarnya mohon maaf saya masih banyak pekerjaan, Rendi tolong antar Om dan Tante keluar" ucap Seno sembari membuka berkas yang semula ia abaikan.
"Seno saya harap kamu tidak akan menyesali keputusan mu saya dan istri saya permisi" ucap Indra sembari menggandeng tangan istrinya.
Rendi yang sejak tadi menyimak ia hanya tersenyum sinis, pada keputusan yang di ambil oleh Seno. Padahal Om Indra termasuk.orang yang sangat penting jika ia mendatangi orang tersebut di luar jam kerja berati orang tersebut memang sudah di anggap sebagai keluarganya.
Rendi mengantarkan Indra dan istrinya hingga ke parkiran mobil, Ajeng yang masih tidak terima akan keputusan yang di ambil oleh Seno masih mengomel hingga ia memasuki mobil.
Setelah kepergian Indra dan istrinya Seno kembali menutup berkas yang tadi hanya di jadi kan alasan agar Indra dan istrinya cepat pergi, iya menarik nafas kasar dan menyugar rambutnya ia nampak seperti orang yang linglung.
*****
"Ha ha ha... Bagus jal*ng teruslah menempeli Seno seperti itu, buat dia segera menikahi mu dan menceraikan Ambar maka akan ku pastikan bahwa tidak ada lagi yang bisa menyentuh Ambar walau seujung kuku pun. Aku akan membawanya pergi dari negara ini secepatnya".
Bagi Abi seorang Seno itu tidak ada apa-apanya di bandingkan diri nya, ia memiliki perusahaan nya sendiri hasil kerja kerasnya sendiri. Sedangkan Seno ia hanya menumpang saja, apalagi kini ia telah di ambang ke hancuran karena menyakiti Ambar.
*****
Di ruangan asing dengan cat tembok bernuansa abu putih menambah kesan wah, dan betapa misteriusnya sang pemilik kamar tersebut.
Seorang wanita duduk di depan jendela menghirup aroma kopi latte nya, ia menyeruput kopi miliknya lalu meletakan cangkir kopi tersebut di atas meja.
Wanita itu terus saja melamun entah apa yang ia pikirkan.
Ceklek...
" Maaf nona saat nya makan siang sudah dari semalam anda tidak makan, dan hanya merenung dengan menikmati kopi latte anda. Mohon untuk kali ini mendengar saya nona"ucap Lelaki muda tersebut dengan menundukkan kepalanya.
"Alfa aku ini kakak mu bukan nona mu, ayo makan aku juga sudah lapar teryata berpikir itu malah menguras energi ku sangat banyak. Mona masak apa hari ini?" ucap Ambar menggandeng tangan Alfa.
Alfa adalah orang kepercayaan Ambar yang Bambang sendiri tidak mengetahui jika anak gadisnya bahkan memiliki perusahaan yang sudah ia bangun sejak lama.
Ambar mempercayakan perusahaan miliknya pada Alfa yang sudah ia anggap adiknya sendiri, sama seperti Rendi hanya saja Alfa masih sungkan memanggil Ambar dengan sebutan kakak jika Ambar tidak mengamuk terlebih dahulu.
Mona adalah istri dari Alfa mereka memang bukan orang asli Indonesia namun mereka lahir di Indonesia, Alfa dan Mona sendiri lebih dulu mengenal Ambar dari pada Seno dan Rendi.
Aku mau jelaskan sedikit yaaa...
Disini Ambar sudah memiliki perusahaannya sendiri tanpa di ketahui oleh ayahnya sekali pun, ia mempercayakan semuanya pada Alfa dan hanya Alfa yang di ketahui sebagai pemilik perusahaan AAM Corporation.
AAM sendiri adalah nama dari Ambar Alfa dan Mona.
Cukup segini ya...
"Monaaaaa yuhuuuuu... Kau di mana sayang?"
"Husss... Berisik tidak bisa kah kau pelan kan suara mu Ambar, seperti petir saja kau ini" ucap Mone memukul pelan pundak sahabatnya itu.
Ambar hanya terkekeh geli ia berhasil menjahili temannya yang seperti kulkas itu, Ambar sendiri pun tak paham dengan yang namanya garis jodoh.
Alfa yang sedingin kulkas pintu empat bisa menikah dengan Mona yang dingin seperti kulkas pintu dua, hhh.... Memang hanya penulis lah yang tau semuanya.