Sinopsis :
Mozea Cantika alias Zea, si hijaber sekolah yang galak dan tidak suka pelajaran matematika. Alzio Ray alias Zio, si kapten basket ganteng dengan tubuh jangkung, hidupnya sempurna nyaris tidak ada celah. Apa jadinya jika dua orang ini dipaksa menikah karena perjodohan orangtua mereka?.
Di sekolah mereka saling membenci, bahkan saling panggil dengan nama ledekan yaitu si keong dan si kodok. Di rumah mereka harus berakting menjadi pasangan suami istri muda yang romantis untuk menyenangkan hati orangtua mereka. Meski demikian Zea dan Zio sepakat merahasiakan pernikahan mereka dari teman-teman di sekolah.
Kata orang benci dan cinta adalah rasa yang sangat tipis perbedaannya. Mungkin karena terbiasa bertengkar dan bersama, tumbuhlah rasa cemburu dihati mereka, sebuah rasa tidak suka jika milik diri di ambil orang lain. Akankah Zea dan Zio menyadari rasa cinta mereka masing-masing? Dan memberikan cucu seperti yang diharapkan kedua orangtua mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wanita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 : Akting
Murni masuk ke dalam setelah mengomeli putrinya. Di kamar, dia mengambil ponselnya, menelepon kakek Adi. Setelah telepon tersambung, kakek Adi langsung mengangkatnya.
"Hallo Om Ray," ucap Murni.
"Murni, ada apa? Tumben pagi-pagi menelepon?" tanya Adi dari seberang telepon.
"Zio dan Zea masih malu-malu kucing Om Ray. Kalau gini caranya bagaimana mereka cepat punya anak. Hubungan mereka juga tampaknya kurang baik." Murni mengadu.
"Gawat kalau begitu."
"Om Ray, Murni perlu bantuan Om. Om tau sendiri Zio dan Zea sayang sama Om."
"Apa yang harus ku bantu. Aku siap melakukannya. Agar aku cepat ketemu cicitku."
"Om harus pura-pura sakit parah. Om gunakan saja penyakit jantung Om. Bilang pada mereka untuk segera punya anak, baru Om bersedia operasi."
"Oke, oke, tenang, Om pandai berakting.".
"Makasih ya Om."
"Sama-sama." Panggilan telepon berakhir.
"Papa teleponan sama siapa?" tanya Rangga.
"Besanmu. Rangga, kata Murni hubungan Zea dan Zio kurang baik. Jika ini dibiarkan, mereka bisa cerai. Pokoknya kita harus bantu mereka akrab," kata Adi pada anaknya.
"Lalu apa yang harus kita lakukan, Pa?" tanya Rangga balik.
"Ini semua usul Murni. Papa akan pura-pura pingsan lagi. Dokter datang dan bilang penyakit jantung Papa sangat parah dan harus dioperasi. Papa menolak operasi karena dokter tidak bisa menjamin keselamatan Papa setelah operasi, tapi operasi itu harus dilakukan, jika tidak papa akan cepat mati. Nah, Zio dan Zea pasti mendorong Papa untuk cepat operasi, di situ Papa akan membuat syarat. Bagaimana menurutmu?" tanya Adi.
"Ide yang bagus, Pa. Ayo kita mulai, Pa." Rangga setuju.
***
"Zea, mana baju gue?!" teriak Zio.
"Kaya bocah aja sih Lo gak bisa cari baju sendiri?" sahut Zea, yang baru datang ke kamar.
"Gue kedinginan habis mandi. Masa gue seharian harus pakai handuk gini? Gue perlu pasang baju. Lo kan udah gue gajih untuk menyediakan semua keperluan gue. Layani gue dong dengan baik."
"Lo gak bisa cari baju sendiri?"
"Enggak, dulu pembantu yang nyiapin buat gue. Gue tinggal pasang."
"Ih, ngeselin banget. Dasar anak manja."
"Terserah Lo mau bilang gue anak manja atau apa. Lo tau sendiri gue Alzio Ray, sejak kecil gue terbiasa hidup bagai pangeran. Itu resiko Lo nikah sama pangeran kaya seperti gue," jawab Zio dengan bangga.
"Nyesel gue nikah sama Lo. Setiap hari gue harus jadi babu."
"Kalau Lo gak mau, balikin kartu itu. Terus gue tinggal cari babu yang lain."
"Kartu yang udah di beri gak boleh diminta lagi. Ya udah tunggu sebentar, gue siapin semua keperluan Lo. Baru kali ini gue ketemu cowok manja kaya Lo. Apes banget sih hidup gue."
Zea akhirnya mau menyiapkan pakaian untuk Zio walau sambil menggerutu. Zio tersenyum samar melihat Zea mencarikan pakaian untuknya. "Zea, Zea, rame banget sih hidup gue. Padahal gue boong. Gue sengaja aja pengen dimanja sama Lo. Jadi gini ya rasanya punya istri, semua keperluan gue bakal disiapin sama Zea," batin Zio, senang.
"Nih, ada lagi?" Zea menyodorkan pakaian untuk Zio.
"Gak ada. Gue pasang baju dulu. Lo masih di sini? Atau mau liat gue ganti pakaian?"
"Ogah, gak ada yang bisa diliat juga dari badan Lo," tolak Zea.
"Yakin?" tanya Zio, sedikit menggoda. Zio tanpa aba-aba langsung menarik pinggang Zea, masuk ke pelukannya. Zio memeluk Zea dengan erat dan menatap wajahnya dengan senyuman. Zea terkejut atas apa yang Zio lakukan.
"Lepasin gue, Lo mau apa?" ucap Zea. Melihat senyum tampan Zio, membuat Zea terpana. Tangan Zea tanpa sadar meraba badan Zio sedikit demi sedikit. "Wow," batin Zea. Takjub karena badan Zio cukup sispex.
"Gimana, bagus kan badan gue?" tanya Zio ulang.
Mendengar pertanyaan Zio membuat Zea langsung sadar. "Lepasin! Apaan sih!" Zea langsung menjauh.
"Udah puas merabanya?" goda Zio.
"Siapa yang meraba badan Lo. Lo yang narik gue, jadinya gak sengaja kepegang," jawab Zea, ngeles.
"Masa?" goda Zio lagi.
"Cepetan sana ganti baju!" jawab Zea, mengalihkan pembicaraan. Zea kemudian berbalik, dia tidak mau melihat Zio berganti pakaian.
Namun, tiba-tiba saja jantung Zea berdetak kencang. Pipinya memerah semerah tomat. Zea memegang dadanya. Suara debaran jantung Zea benar-benar hebat.
"Kok gue gini? Gue kenapa?" batin Zea.
Ponsel Zio berdering. Mendengar ponselnya berdering, Zio langsung berjalan menuju sofa, kemudian meraih ponselnya di atas meja. Zio melihat dilayar, kakeknya lah yang menelepon.
"Iya, kek?" jawab Zio.
"Ini Papa, Zio. Kakek kamu pingsan lagi. Kami sudah menelpon dokter Aryan. Dokter Aryan akan datang ke sini. Kamu dan Zea juga ke sini, ya?" kata Rangga, berakting.
"Iya, Pa, aku dan Zea ke sana sekarang." Telepon pun di tutup.
"Siapa yang telepon? Kok Lo panik gitu?" tanya Zea, yang sudah berbalik badan sejak tadi.
"Kakek pingsan lagi. Ayo kita ke rumah orangtua gue sekarang." Zio cepat-cepat memasang pakaiannya. Dia cemas dan khawatir pada kakeknya. Tak bisa di dustai, dia sangat menyayangi kakek Adi. Terlebih saat ayah dan ibunya sibuk bekerja mengurus perusahaan, Zio kecil lebih banyak bermain dengan kakeknya.
Lo itu udah kalaaaaaah jauuuh banget dari Zea...
udah la move on,kek gak laku aja jadi perawan...
putus satu ya cari lagi...
plong kan rasanya....